Isu Pernikahan

"Selamat pagi Ayah" sapa Mona yang sudah menyiapkan makanan untuk anggota keluarganya.

"Selamat pagi sayang" balas Herman yang menuju meja makan.

Terlihat sajian sederhana yang menggugah selera, yang membuat mata Herman berbinar.

Begitu terlihat segar kondisi ayahnya setelah bercerai dari ibu tirinya itu. Seperti beban berat telah terangkat dari pundaknya. Setelah putusan cerai keluar dari pengadilan, Ratna langsung angkat kaki dari rumah Herman.

Mona yang melihat reaksi ayahnya, tersenyum bahagia.

"Kenapa tidak dari dulu Ayah menceraikan wanita lampir itu. Cinta memang buta" batinnya.

"Mona, Adi mana? Dia tidak kesiangan kan?" tanya Herman.

Mendapati adiknya belum turun, teriakan ala komandan pun keluar dari mulutnya.

"Adi! Sarapan!" teriak Mona.

"Ya ampun kak, apa-an sih teriak-teriak" Suara Adi yang menyauti teriakan kakaknya, lalu duduk di meja makan di samping ayahnya.

"Cepat sarapan, nanti terlambat!" perintah Mona sambil berdecak pinggang.

"Iya! Dasar bawel!" ucap Adi dengan memanyunkan bibirnya kesal.

"Kau ini, mau uang jajanmu aku potong?" ancam Mona sambil memicingkan matanya ke arah adiknya.

"Mulai lagi deh, Ingat ya Kak, kakak bisa aku laporkan atas tuduhan pengancaman anak di bawah umur" Adi mengancam balik sambil melipat tangan di dada.

Mona memutar bola matanya malas mendengar ancaman adiknya yang menggemaskan itu. Seorang adik laki-lakinya yang bercita-cita ingin menjadi seorang pengacara.

Herman yang menyaksikan pertengkaran kedua anaknya hanya tersenyum, karena kehangatan di dalam keluarganya yang hilang selama 5 tahun, kini kembali lagi.

"Kamu juga harus sarapan Mona, kamu juga harus berangkat kuliah kan?" ucap Herman.

"Baik, yah"

Ketiganya sarapan dengan tenang, sampai makanan yang tersaji habis tak tersisa.

"Kenyangnya....!" Adi yang merasakan perutnya terasa penuh, sambil mengelus perut yang agak melar itu.

"Ayah, Mona berangkat kuliah dulu" Mona berpamitan sambil meraih tas selempang miliknya

"Adi juga, Ayah" saut Adi.

Sebelum berangkat, seperti biasanya kedua anak itu mencium punggung tangan ayahnya berpamitan.

Segera Adi berangkat sekolah bersama teman-temanya bejalan kaki, karena jarak sekolah dari rumahnya cukup dekat. Sedangkan Mona, sudah pasti berangkat dengan motor kesayangannya.

"

"

"Pagi mbak Mona" Sapa seorang tukang kebersihan bernama kang Ujang.

"Pagi Kang Ujang" balas Mona yang telah sampai di parkiran Universitasnya. Keduanya terlihat akrab, karena anak Ujang satu kelas dengan adiknya.

"Ada apa ini mbak, wajahnya kok terlihat sangat bahagia?" tanya Ujang sambil memperhatikan senyum yang terpancar dari bibirnya. "Baru jadian ya?" godanya.

"Iiih! Apa-an sih Kang, memangnya aneh kalau saya bahagia?"

"Bukan begitu Mbak, hari ini Mbak Mona sangat berbeda, mata pak ujang sampai silau melihat senyuman Mbak Mona" goda Ujang lagi.

"Mona!" Suara seseorang dari kejauhan, yang tidak lain temannya, Resti.

"Resti!" Balas Mona sambil melambaikan tangannya.

"Sudah Kang ya? Mona ke kelas dulu"

"Iya Mbak!" saut Ujang.

Kemudian Mona berlari menuju Resti yang sedari tadi menunggunya.

"Kau tidak lupa sekarang kelasnya Pak Jarwo kan?" tanya Mona sambil menepuk bahu Resti.

"Mana mungkin aku lupa, Dosen ter-killer abad ini, mendengarnya saja membuatku bergidik"

"Hiiiiiii....." ucap keduanya sambil tertawa.

Masuklah keduanya ke kelas. Tak berapa lama dosen killer yang di maksud pun memasuki kelas, siapa lagi kalau bukan pak Jarwo.S.Ikom.

"Mala petaka dan marah bahaya sudah sampai di hadapan kita Res?" bisik Mona.

Resti yang duduk di samping Mona dengan raut wajah malas pun berkata, "Kau yang pintar saja bilang begitu, apalagi aku yang otaknya tak sampai" sambil memanyunkan bibirnya.

"Selamat pagi anak-anak" sapa Jarwo dengan tampilan setelan kemeja berwarna biru dengan celana hitam. Postur tubuh agak gemuk dengan perut buncitnya, dan tak lupa kepala botak depan yang nampak licin, selicin porselen.

"Pagi pak" balas para mahasiswa serentak.

"Baiklah, kita mulai kelas hari ini. Hari ini bapak akan membahas..." Jarwo menjelaskan mata kuliahnya.

Sedangkan para mahasiswanya mendengarkan penjelasannya, salah satunya Mona yang fokus dengan mata kuliah yang di sampaikan, sedangkan Resti mendengarkan malas sambil sesekali menguap.

Detik demi detik, menit demi menit sampai berganti jam. Dari mata kuliah satu ke mata kuliah lain dari dosen satu ke dosen lain. Akhirnya waktu menunjukkan pukul 3 sore, menandai berakhirnya kegiatan kuliah mereka.

"Huaaaa...." suara menguap dari Mona, "Melelahkan sekali" ucapnya.

"Kau benar, leherku sampai kaku, apalagi jam nya Pak Jarwo, jadi ingin cepat-cepat keluar dari kelas" keluh Resti sambil memijit tengkuk lehernya.

"Ayo ke kantin sebentar, aku ingin makan bakso" Resti mengajak Mona yang sedari tadi merasa lapar karena mata kuliah yang menguras energinya.

"Ayo!" Mona menyanggupi ajakan temannya itu.

Mereka akhirnya sampai di kantin dan keduanya duduk saling berhadapan. "Bang bakso dua, es teh dua" ucap Resti sambil mengangkat tangan ke arah abang tukang bakso.

Tidak menunggu lama, bakso pun sampai di meja mereka. "Akhirnya makan juga" ucap Mona.

Keduanya pun menyantap bakso panas yang menggugah selera, di temani es teh dingin yang mendinginkan otak keduanya yang panas akibat mata kuliah mereka yang padat.

Namun entah kenapa di kantin saat ini, samar-samar terdengar para mahasiswa sedang bergosip membicarakan seorang artis terkenal yang tidak lain Alice Claretta.

Sudah pasti gosip itu membuat Resti penasaran, mengingat artis tersebut adalah salah satu idolanya, dari sekian banyak artis yang di idolakan. Segera dia mengambil ponsel miliknya dan mencari beritanya.

"Astaga naga! Apa ini benar?!" suara tinggi Resti yang mengagetkan Mona.

"Apa-an si Res?! Bikin kaget saja"

"I-ini...berita ter panas tahun ini, idolaku Alice, kabarnya akan menikah?!" Resti yang tetap fokus dengan ponselnya.

"Aku pikir apa? Kalau artis menikah, bercerai, terus menikah lagi, itu sudah biasa. Tapi kalau ada berita pak Jarwo menikah denganmu, itu baru luar bisa" ledek Mona terkekeh.

"Iiiiih..amit-amit!" saut Resti merasa ogah.

"Alice kan juga punya kehidupan pribadi sendiri, kenapa kau melarangnya untuk menikah, dasar aneh" Mona sampai heran dengan tingkah temannya itu.

"Masalahnya bukan di Alice nya, tapi pria yang akan menikahi Alice. Kalau Alice sih, dia memang idolaku, tapi kalau dia menikah dengan pria pujaan hatiku, aku tidak terima!" sambil melipat tangan di dada.

"Memang siapa pria yang akan menikahinya?" tanya Mona sambil menikmati baksonya.

"Reno, si pengacara tampan itu, pria pujaan hatiku" jawab Resti sambil memasang wajah yang baru patah hati.

"Huk..uhuk..uhuk" Suara batuk Mona yang tersedak. "A-apa katamu, dengan Reno?!" Mona terkejut mendengar ucapan Resti.

"Benar, Alice akan menikah dengan Reno" jawab Resti mengangguk lesu.

Mona menatap temannya yang lesu tak bersemangat, seperti tidak ada gairah hidup. "Sudahlah, pria pujaanmu itu memang sangat tampan, tapi tak setampan sikapnya"

"Apa maksudmu? Memang kau pernah bertemu dengannya sampai kau menilai buruk padanya"

"Bu-bukan seperti itu, maksudku apa yang terlihat di luar belum tentu sama baiknya dengan yang di dalam" Mona berusaha menjelaskan pada Resti.

"Terserah kau saja, pokoknya mulai hari ini aku akan jadi haters nya Alice, karena sudah berani menikahi Reno ku"

Mona melihat tingkah Resti hanya menggelengkan kepalanya heran, tak habis pikir temannya itu seperti orang tidak waras hanya karena kabar pernikahan Reno.

"Sudahlah Resti, kembali ke kenyataan, jangan kebanyakan berkhayal"

Resti hanya diam saja, tak menghiraukan celotehan Mona.

"Baiklah aku akan langsung ke restoran, kau berangkat bersamaku atau berangkat sendiri?" tanya Mona pada Resti yang masih fokus dengan ponselnya, mencari berita kabar pernikahan Reno dan Alice.

"Aku berangkat sendiri, kau duluan saja"

Mona menghela nafas melihat temannya yang masih terlihat cemberut itu. "Baiklah aku berangkat dulu" pamit Mona.

Kemudian Mona berlalu meninggalkan Resti menuju Restoran.

"Apa sih yang hebat dari Reno, wajahnya memang sangat tampan tapi kelakuan nol besar" gumam Mona sambil fokus mengendarai motornya.

Tin,tin....

Suara klakson mobil, dengan laju mobil yang sangat cepat, mengagetkan Mona. Sampai akhirnya.

Brak....

Mona dan motornya jatuh tersungkur.

"Aww! Sakit" suara Mona yang kesakitan karena posisi kakinya tertimpa motor miliknya.

Tak berapa lama langkah kaki terdengar oleh Mona, di susul dengan suara seseorang. "Anda tidak apa-apa mbak?"

Mendengar suara yang seperti tak asing baginya, Mona langsung mengangkat wajahnya.

"Kau!" Saut keduanya saling menatap terkejut.

Episodes
1 Mona Ayunda
2 Abraham Reno Winata
3 Perpisahan Yang di Syukuri
4 Isu Pernikahan
5 Pertemuan
6 Membencimu
7 Hangat-Menyesakkan
8 Obsesi Alice
9 Hancurnya Karir Alice
10 Pertemuan Yang Tak Diharapakan
11 Kehangatan keluarga
12 Kebencian dari Reno
13 Bibit Kebencian
14 Kehormatan Yang Terenggut
15 Meminta Pertanggung Jawaban
16 Peristiwa Berdarah Part 1
17 Peristiwa Berdarah Part2
18 Mengorbankan Diri
19 Menjadi Kuat dan Tegar
20 Situasi Memburuk
21 8 Tahun Penjara
22 Ingin Tetap Hidup
23 Di Selamatkan
24 Pengakuan
25 Siasat
26 Menolak
27 Menemukan Titik Terang Part 1
28 Menemukan Titik Terang Part 2
29 Bimbang
30 Hitam Di Atas Putih
31 Cinta Tak Terbalas
32 Mencari Bukti
33 Hukuman Yang Adil
34 Bersiap Menemui
35 Bertemu Calon Mertua
36 Menjalani Hariku Seperti Biasa
37 Hubungan Yang di Sembunyikan
38 Mengharap Lebih
39 Tersulut Amarah
40 Kembali Bertemu
41 Cinta Sepihak
42 Pernikahan Yang Terasa Hampa
43 Malam Pertama Tapi Bukan Yang Pertama
44 Pertemuan Yang Tak sengaja
45 Hubungan Persahabatan Yang Tak Wajar
46 Menutupi
47 Menuntut Kepatuhan
48 Tatapan Hina
49 Keadaan Rumah tangga Yang Di sembunyikan
50 Kesepakatan Baru
51 Tak Terkendali
52 Bebasnya Herman
53 Di Balik Hubungan Pernikahan
54 Ketahuan
55 Berakhirnya Hubungan Tak Sehat
56 Rencana Zenia
57 Jebakan
58 Hubungan Yang Di Akhiri
59 Pertemuan Yang Tak Di Duga
60 Jatuh Cinta
61 Tak Bisa Membohongi Hati
62 Mempertahankan
63 Rasa Bersalah
64 Bertemu Dengan Masa Lalu
65 Bertemu Sang Mantan
66 Jesslyn
67 Ketahuan
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Mona Ayunda
2
Abraham Reno Winata
3
Perpisahan Yang di Syukuri
4
Isu Pernikahan
5
Pertemuan
6
Membencimu
7
Hangat-Menyesakkan
8
Obsesi Alice
9
Hancurnya Karir Alice
10
Pertemuan Yang Tak Diharapakan
11
Kehangatan keluarga
12
Kebencian dari Reno
13
Bibit Kebencian
14
Kehormatan Yang Terenggut
15
Meminta Pertanggung Jawaban
16
Peristiwa Berdarah Part 1
17
Peristiwa Berdarah Part2
18
Mengorbankan Diri
19
Menjadi Kuat dan Tegar
20
Situasi Memburuk
21
8 Tahun Penjara
22
Ingin Tetap Hidup
23
Di Selamatkan
24
Pengakuan
25
Siasat
26
Menolak
27
Menemukan Titik Terang Part 1
28
Menemukan Titik Terang Part 2
29
Bimbang
30
Hitam Di Atas Putih
31
Cinta Tak Terbalas
32
Mencari Bukti
33
Hukuman Yang Adil
34
Bersiap Menemui
35
Bertemu Calon Mertua
36
Menjalani Hariku Seperti Biasa
37
Hubungan Yang di Sembunyikan
38
Mengharap Lebih
39
Tersulut Amarah
40
Kembali Bertemu
41
Cinta Sepihak
42
Pernikahan Yang Terasa Hampa
43
Malam Pertama Tapi Bukan Yang Pertama
44
Pertemuan Yang Tak sengaja
45
Hubungan Persahabatan Yang Tak Wajar
46
Menutupi
47
Menuntut Kepatuhan
48
Tatapan Hina
49
Keadaan Rumah tangga Yang Di sembunyikan
50
Kesepakatan Baru
51
Tak Terkendali
52
Bebasnya Herman
53
Di Balik Hubungan Pernikahan
54
Ketahuan
55
Berakhirnya Hubungan Tak Sehat
56
Rencana Zenia
57
Jebakan
58
Hubungan Yang Di Akhiri
59
Pertemuan Yang Tak Di Duga
60
Jatuh Cinta
61
Tak Bisa Membohongi Hati
62
Mempertahankan
63
Rasa Bersalah
64
Bertemu Dengan Masa Lalu
65
Bertemu Sang Mantan
66
Jesslyn
67
Ketahuan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!