"Kamu gak minta saya mampir dulu?" Tanya Alder sesaat setelah mereka tiba di apartemen.
"Gak, ini kan udah malam Pak. Gak enak sama tetangga," jawab Jasmine.
Alder tertawa, "Tetangga yang mana? Kamu pikir ini di kampung?"
Memang begitu bukan? Tinggal di ibukota tak seperti tinggal di kampung. Sebagian orang tak perduli dengan lingkungannya, tak bersosialisasi atau tak bertetangga.
Mereka bersikap acuh, masa bodo dan tak ingin tahu urusan orang. Berbeda dengan di kampung, apapun akan jadi omongan.
Jika di kampung sangat bertetangga dan kental dengan ramah tamah. Maka di kota sebaliknya, meski tak semua orang seperti itu, tapi kebanyakan ya seperti itu.
"Emang Bapak mau apa mampir? Di sana gak ada makanan, saya gak masak," kata Jasmine lagi. Mana bisa ia berdekatan dengan Alder terlalu lama, ini saja ia tak tahan ingin bersin.
"Karena itu, saya lapar. Kamu tahu sendiri kan, tadi kita gak makan. Jam makan malam udah lewat, gimana kalau saya pingsan karena kelaparan? Kamu yang akan di salahkan karena sekarang saya sama kamu. Bisa kan kamu masakin sesuatu buat saya?"
Jasmine berdecak, kenapa juga tadi Alder menolak makan. Padahal Jasmine sangat ingin mencoba semua menu yang tersaji di atas meja, tapi Alder justru memaksanya pulang saat ia hendak mencoba makanan lainnya.
"Kenapa tadi Bapak ngajak saya pulang? Jadi repot kan?" Omelnya.
"Berani yah ngomelin saya? Gaji lembur kamu saya tahan," Alder menemukan senjata yang tepat yang ia gunakan sebagai ancaman. Semua karyawan pasti tak ingin gajinya terganggu, itu yang Alder tahu.
"Kok gitu? Curang banget ngancam-ngancam. Ya udah iya," putus Jasmine, ia lalu keluar dari mobil lebih dulu, di susul Alder yang tersenyum menang karena berhasil membuat Jasmine mati kutu.
Mereka berjalan bersama namun berjarak, terlihat seperti sepasang kekasih yang tengah cek-cok.
Jasmine baru berjalan lebih dulu saat hendak memasuki lift, melewati Alder yang justru menghentikan langkah.
"Pak, ada apa?" Tanya Jasmine saat mendapati Alder hanya terdiam di ambang pintu lift.
Alder menggeleng, "Gak papa, parfume kamu familiar buat saya," jawabnya.
Jasmine berdehem, kemudian mengalihkan pandangan. Apa Alder mengenali wangi parfumnya? Tapi mana mungkin? Dulu Alder tak pernah perduli padanya, apalagi pada wangi parfumnya. Mungkin wangi parfumnya sama dengan wangi seseorang yang dekat dengan pria itu.
Di dalam lift, mereka kembali saling diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai terdengar bunyi TING pertanda mereka sampai di lantai yang di tuju. Pintu lift pun terbuka, kemudian mereka keluar bersama.
Jasmine melirik Alder saat ia tengah membuka pintu dengan card miliknya, pria itu tampak pura-pura tak melihat, membuat Jasmine berdecih lalu mempersilahkannya masuk.
"Silahkan masuk, Pak. Saya ganti pakaian dulu baru masakin makanan," ucap Jasmine sebelum ia meninggalkan pria itu di ruang tamu.
Alder merebahkan dirinya di sofa, rasanya begitu lelah. Setiap hari berjibaku dengan segudang pekerjaan yang tak ada habisnya. Bukan hanya lelah raga, tapi juga jiwa.
Tapi itu sudah keputusannya, sejak sang papa sakit-sakitan, Alder memutuskan untuk mengambil alih perusahaan dan melupakan mimpinya menjadi seorang dokter spesialis bedah.
Apalagi sejak mamanya meninggal, Papa sering melamun, tak fokus lagi dalam pekerjaannya. Kesalahan pun sering Papa lakukan, yang mengakibatkan banyak kerugian bagi perusahaan.
Jika ia tetap mengejar mimpinya, siapa yang akan meneruskan perjuangan sang Papa mengurus perusahaan? Perusahaan yang Papa bangun dari nol. Mana tega Alder merusak kehidupan Papa juga semua karyawan yang bergantung pada perusahaan.
Apalagi perusahaannya tak hanya satu, ada lima perusahaan di lima kota berbeda. Bahkan kini sudah mulai merambah ke Mancanegara.
Dan ketika merasa lelah seperti ini, ia sangat membutuhkan pelukan dari Mama. Namun sayangnya, Mama sudah tiada sejak satu tahun lalu.
Perlahan mata pria itu terpejam, mencoba mencari kenyamanan dengan tidur meringkuk di atas sofa. Tak ada yang tahu seberat apa beban yang ia pikul selama ini, yang orang lain tahu, Alder adalah pria beruntung yang hidup serba berlebih. Tak kekurangan harta sejak ia dilahirkan.
Di karuniai ketampanan yang nilainya di atas rata-rata, di tambah hidup bergelimang harta, membuat hidup Alder tampak sempurna di mata orang lain. Padahal, ia pun kerap merasa lelah dan merasa kesulitan dalam hidup. Hanya saja, tingkat kesulitannya mungkin berbeda dengan orang lain, karena semua orang punya takaran masing-masing.
***
Jasmine memelankan langkah saat mendapati Alder tertidur meringkuk diatas sofa. Ia pun berjalan mengendap menghampirinya.
Seperti maling yang tak ingin ketahuan, Jasmine berusaha membuat langkahnya tak terdengar dan membuat Alder bangun.
"Polos banget," gumamnya. Ia berjongkok, mensejajarkan dirinya dengan wajah tampan Alder yang tidur begitu lelap.
Jasmine tatap wajah Alder dengan seksama, memindai pahatan sempurna yang Tuhan ciptakan di wajah pria itu. Jantungnya tiba-tiba berdebar, apalagi ketika Alder tiba-tiba menariknya lalu memeluknya.
Gadis itu menahan nafas, takut jika ia tak bisa menahan bersin. Satu sisi ia merasa tak percaya dengan yang sekarang terjadi, Alder memeluknya? Hal yang dulu hanya ada dalam khayal, kini nyata adanya. Alder benar-benar memeluknya, ini bukan mimpi.
"Haccciiiih," akhirnya hidungnya bereaksi, Jasmine tak bisa menahannya lagi.
Dan suara bersin itu membuat Alder membuka mata, namun alih-alih melepaskan pelukannya pada Jasmine, Alder justru semakin mengeratkan dekapannya.
"Pak, lepaskan saya!" Ucap Jasmine, dan entah kenapa ia hanya bisa berbisik, ia seperti tak bisa bicara dengan keras.
"Sebentar saja, biarkan seperti ini sebentar saja," lirih Alder. Pelukan ini begitu nyaman dan membuatnya tenang, seperti hangatnya pelukan sang Mama yang sudah satu tahun ini tak ia rasakan lagi.
"Tapi Pak ..."
"Please, Nara. Saya mohon, saya butuh pelukan ini. Saya lelah..." Lirih Alder. Membuat Jasmine tak kuasa menghindar, suara pria itu menyiratkan sebuah permohonan yang sulit untuk ia tolak. Sepertinya Alder benar-benar merasa lelah, bukan hanya lelah bekerja, tapi lelah dalam segala hal.
Jasmine tak tahu apa saja yang dilalui Alder selama ini, entah mengapa seperti ada sesuatu yang membuat pria itu tertekan. Sorot matanya begitu sendu, seperti memendam kesedihan yang tak pernah pria itu perlihatkan sebelumnya.
Apa yang sebenarnya terjadi? Selama lima tahun ini, apa yang ia tak tahu? Untuk bertanya pada Oryza pun tak mungkin, Jasmine masih kecewa pada pria itu.
Tapi dari mana ia harus mencari tahu? Tidak mungkin ia bertanya langsung pada Alder.
"Ya Tuhan, kenapa sulit banget buat gak perduli sama dia? Lagi-lagi hatiku tak kuasa menjauh darinya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Defi
Apa Alder dulunya pernah menyukai Jasmine sampai wangi parfum pun hapal
2024-03-10
1
Ita rahmawati
tuh kn bner,,kyknya dari dulu alder emg udh ada rasa ke jasmine jelak deh,,tp gengsi 🤭
eh kok mamanya jasmine gk di jemput² toh min,,kan kamu udh enak di jakarta,,lupa ya gegaraalder 🤦♀️🤦♀️🤔🤔
2024-02-25
0
Keysha Aurelie
begitulah cinta Mine
2024-02-24
0