"Kenapa kamu menatap saya seperti itu?" Tanya Alder saat mendapati Jasmine menatapnya dengan tatapan dingin dan tajam.
Jasmine mengerjap, ia lalu tersenyum. "Gak papa pak, maaf. Tadi saya melamun," elaknya. Ia juga terkejut saat tiba-tiba Alder menoleh ketika ia menatap pria itu dengan tatapan tajam. Ia tengah mengingat kejadian di masa lalunya.
Alder menggelengkan kepalanya, "Saya kan sudah pernah bilang, saya gak suka karyawan saya kebanyakan ngayal. Stress nanti kamu lama-lama."
Pria itu terkadang tak mengerti dengan sekretarisnya, sesekali ia mendapati Jasmine menatapnya dengan tajam, sesekali tatapan gadis itu tampak dingin, namun sesekali juga tampak lembut dan hangat.
"Maaf Pak," kata Jasmine sekali lagi. Andai bisa, ia ingin mencubit bibir pedas pria itu.
"Simpan maaf kamu buat lebaran nanti, mana berkas yang saya butuhkan untuk meeting nanti?" Alder menatap Jasmine sekilas, kemudian membuang muka.
Jasmine menyodorkan dua berkas ke hadapan Alder, pria itu pun menerimanya lalu memeriksa apakah pekerjaan Jasmine sudah benar atau belum.
"Ini sudah bagus. Ok, kerja kamu cepat juga. Nanti malam temani saya meeting, siapkan semuanya," titah Alder.
"Nanti malam?" Ulang Jasmine. Masa iya sampai malam ia harus kerja juga?
"Iya? Kenapa? Kamu keberatan? Klien meminta kita ketemu sambil makan malam, ini klien penting, saya gak mungkin nolak. Kamu tenang saja, ada uang lembur buat kamu, gimana?"
Jasmine pun mengangguk, mana mungkin juga ia menolak jika di iming-imingi uang lembur.
"Baik Pak, saya siap," kata Jasmine pada akhirnya.
"Nah gitu dong, jangan nyusahin saya. Pokoknya kamu harus siapa kapan pun saya butuhin kamu!"
Jasmine mengangguk, ia menoleh saat pintu ruangan Alder terbuka, Oryza muncul dari baliknya.
Untuk sesaat tatapan mereka bertemu, namun kemudian Jasmine memutusnya lebih dulu. Sejak siang tadi, ia tak bertemu lagi dengan Oryza.
"Pak, apa saya boleh pulang? Pekerjaan saya juga sudah selesai," kata Jasmine.
Alder melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, lalu berkata, "Ok, ini juga sudah waktunya pulang. Nanti malam saya jemput kamu jam 7, jangan telat. Saya ke sana kamu sudah harus siap, saya gak suka nunggu!" Tegasnya.
"Baik Pak, saya permisi."
Jasmine beranjak, tanpa menoleh pada Oryza sedikit pun ia lalu keluar dari ruangan itu.
Sedangkan Oryza yang masih berdiri di dekat meja Alder hanya bisa menatap Jasmine dengan pasrah, ia tak mungkin mengejar Jasmine di hadapan Alder. Alder bisa curiga, karena ia tahu, Jasmine pasti ingin menyembunyikan jati dirinya dari Alder juga.
Sikap Jasmine mengundang perhatian Alder, tadi pagi mereka terlihat baik-baik saja, lalu kenapa sekarang seperti musuh?
"Kalian kenapa?" Tanya Alder. Ia mendongak, menatap Oryza yang kini berdiri di sampingnya.
"Gak papa, jadi meetingnya nanti malam?"
Alder mengangguk, "Kamu gak ikut juga gak papa, istirahat aja."
"Kok tumben? Biasanya gak bisa kalau aku gak ikut? Apa karena ada Jas.. emmm Nara maksudnya."
Dengan kening berkerut Alder bertanya, "Jas? Jas apa?"
"Aku salah ngomong, udah gak usah di pikirin. Oiya, tadi Pak Darto bilang, Nara belum bisa pakai mobil, aku yang akan mengajarinya," Oryza menawarkan diri, ia harus berbaikan dengan Jasmine.
"Jadi dia gak bisa nyetir? Tumben menawarkan diri? Biasanya kamu males deket-deket sama orang baru, apalagi cewek? Jangan-jangan kamu naksir sama Nara?"
Oryza menggeleng, "Gak gitu, cuma mau temenan aja. Lagian kenapa kalau aku deketin dia? Normal kan?"
"Iya normal, tapi sayangnya aku yang akan turun tangan buat ngajarin dia nyetir."
Oryza mengitari meja, duduk berhadapan dengan Alder. Ia menatap pria itu penuh selidik, "Kok kamu juga tumben mau turun langsung? Jangan-jangan kamu lagi yang suka sama dia?"
"Ish, bukan urusan kamu! Sana pulang, tugas kamu udah selesai!" Alder mengibaskan tangannya, mengusir Oryza yang kini tampak kesal.
***
“Mbak Jasmine, mari saya antar,” kata Pak Darto saat Jasmine baru saja sampai di pelataran. Sepertinya pria paruh baya itu memang tengah menunggunya.
“Tidak usah, Pak. Saya bisa naik taksi. Pak Alder mungkin membutuhkan Pak Darto,” tolak Jasmine. Ia tak enak pada Pak Darto, tugasnya adalah sopir pribadi Alder, bukan sopirnya.
“Justru Pak Al yang meminta saya mengantar Mbak Jasmine, mari Mbak,” ajak Pak Darto lagi.
Sesaat Jasmine terdiam, baik sekali Alder mengizinkan sopir pribadinya untuk mengantarnya pulang. Pagi tadi Pak Darto juga yang menjemputnya, dan kali ini ia di antar pulang.
“Pak tunggu sebentar,” kata Jasmine, “Saya mau tanya boleh?”
“Tentu boleh, Mbak. Mbak ini pakai izin segala, silahkan Mbak, mau tanya apa?”
Jasmine ragu, tapi ia harus memastikan sesuatu, “Emmm, Pak. Apa Pak Darto menyebut saya Jasmine saat di depan Pak Al? Maksud saya, karena Pak Al tahu nama saya Naraya, bukan Jasmine. Nama panjang saya memang Naraya Jasmine, Pak.”
Pak Darto diam sejenak, lalu menggeleng, “Tidak Mbak, karena saat Pak Al mengatakan sekretaris, saya tahu itu mbak Jasmine. Kalau boleh saya tahu, memangnya kenapa ya mbak?”
“Ah syukurlah, gak ada apa-apa, Pak. Saya lebih suka di panggil Jasmine, tapi untuk sebagian orang, lebih baik mereka tahu saya Naraya, bukan Jasmine,” jelas Jasmine.
Pak Darto mengerutkan dahinya, ia bingung jadinya. Tapi lebih baik ia mengangguk, ia cukup tahu diri bahwa posisinya hanya sebagai sopir, yang tak pantas mencari tahu apapun tentang orang-orang di sekitar tuannya.
“Terima kasih ya Pak, kalau kita hanya berdua, Pak Darto panggil saya Jasmine saja, tapi di depan orang lain, tolong panggil saya Nara ya Pak,” pintanya. Cukup Oryza saja yang sudah mengetahui siapa dirinya, jangan di tambah Alder.
“Baik, Mbak. Mari mbak, saya antar pulang. Tapi maaf, sebelum ke apartemen, Pak Al meminta saya mampir ke boutique langganannya. Saya di minta mengambil sesuatu dari sana, gak papa kan mbak?”
“Gak papa, Pak. Santai saja,” jawab Jasmine. Mereka lalu berjalan bersama menuju parkiran, mobil yang di berikan pada Jasmine terparkir di parkiran khusu para petinggi perusahaan, bahkan di samping mobil Alder.
Apa ia sudah di anggap orang penting di perusahaan? Kenapa mobil yang di peruntukan untuknya bisa terparkir di sebelah mobil CEO? Entahlah, yang penting Alder tak mengenalinya sampai kapan pun, itu saja sudah cukup.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Retno Palupi
pelan pelan alder pengen merebut hati Jasmine
2024-03-20
1
Amy
feeling saya niih yaa... kayakx si Alder kenal sama Jasmine, dia yg sengaja pindahin jasmine k Kantor pusat
2024-02-21
0
Sukhana Ana Lestari
Iya Jas.. bukannya kamu punya angan" mengejar uang & uang demi bs membahagiakan mamamu.. singkirkan rasa galau dari hatimu.. klw emang jodoh gk bakal kemana..
2024-02-20
1