Hobi Aneh Sang Bangsawan
"Silahkan Tuan"
Seorang pria keluar dari mobil hitam tanpa merek dan plat. Pria itu memakai jas dan mantel serba hitam. Wajahnya tampak pucat dan kurus, tidak berekspresi sama sekali. Dia berjalan ke pintu yang berada di belakang sebuah rumah.
Lima belas menit kemudian seorang wanita masuk ke dalam rumah itu dari pintu depan. Tidak ada suara teriakan yang terdengar. Dan satu jam kemudian, pria dengan pakaian serba hitam itu keluar dari pintu yang sama. Kembali ke dalam mobilnya dan memerintah pengawalnya untuk pulang.
Mobil hitam itu melewati jalan lurus dengan penerangan yang terbatas. Tak berapa lama, terdengar suara derek gerbang terbuka. Mobil masuk ke dalamnya dan menghilang begitu saja.
Di sebuah rumah pedesaan yang berada tepat di seberang perkebunan anggur. Seorang gadis berumur sembilan belas tahun sedang berjalan turun ke arah dapur. Menemukan ibunya uang sibuk membuat makanan dan roti untuk makan malam.
"Apa yang ibu buat?" tanyanya lalu memeluk ibunya dari belakang.
"Roti dan beberapa lauk yang bisa kau bawa"
"Harusnya ibu tidak perlu bersusah payah"
"Kau semakin kurus. Pasti kau tidak makan dengan benar"
"Aku makan benar" jawab gadis itu lalu melepas pelukannya. Berpindah ke depan meja dan mulai membantu ibunya mengemas beberapa roti serta lauk untuk dibawanya kembali ke pusat kota.
"Mengumpulkan uang memang penting, tapi kesehatanmu lebih penting. Kau pasti tidak ingin ibu dan ayah pergi ke pusat kota dan menyeretmu pulang"
Gadis itu tersenyum dan teringat pada peringatan yang diberikan oleh ayahnya enam bulan lalu.
"Aku tidak akan pernah lupa peringatan ayah. Ibu jangan khawatir"
"Rose, apa kau masih tidak mau menyerah? Bekerja di perkebunan juga tidak terlalu buruk"
"Aku ingin menjadi wartawan Bu. Aku ingin mencari berita lalu menyebarluaskannya. Aku merasa sangat senang saat banyak orang membaca tulisanku. Karena itu aku akan mencari uang banyak dan membayar biaya kuliahku sendiri"
Ibu Rose hanya bisa mengeluarkan napas panjang dan melihat putrinya dan wajah penuh kekhawatiran.
"Baiklah. Tunggu ayahmu, dia ingin mengantarmu ke pusat kota hari ini"
"Tidak perlu. Sebaiknya aku naik bus saja. Sore ini aku harus bekerja"
"Kau akan pulang malam?"
"Iya"
"Berhati-hatilah. Meski rumah sewa yang kau tinggali tidak jauh dari tempatmu bekerja, tetaplah berhati-hati"
"Baik ibu"
Rose pergi ke kamarnya, mengambil koper dan jaket dan keluar lagi. Dia memasukkan roti dan lauk buatan ibunya ke dalam koper dan bersiap untuk pergi.
"Jaga dirimu. Ibu akan pergi kesana saat ayahmu libur"
"Iya. Aku pergi dulu"
Rose melihat perkebunan anggur yang ada di depan rumahnya. Seolah berpamitan dengan ayah yang menjadi pekerja disana. Lalu Rose berjalan ke halte yang berada di ujung jalan. Menunggu bus yang akan mengantarnya ke pusat kota.
Rose adalah keturunan ketiga pekerja sebuah perkebunan anggur terbesar di kota Veneto. Kakek, nenek, ayah, ibu dan dirinya terlahir dan besar di dekat perkebunan itu. Satu-satunya pekerjaan yang bisa ditawarkan di daerah perkebunan anggur hanyalah menjadi perawat tanaman anggur. Tapi tidak untuk Rose.
Dia memiliki cita-cita lain. Sebagai wartawan yang bisa menyiarkan berita pada masyarakat luas. Meskipun untuk mewujudkan cita-citanya, Rose harus bekerja dan mengumpulkan uang kuliah sendiri. Dia tidak menyerah.
Bus sampai di pusat kota. Rose turun dan berjalan selama sepuluh menit ke sebuah rumah kecil yang disewanya dengan tabungan bekerja paruh waktu di perkebunan selama sekolah dulu. Mengeluarkan roti dan lauk buatan ibunya ke atas meja. Mandi, dan memakai seragam lalu berangkat ke restoran ayam saji tempatnya bekerja.
"Kau sudah datang Rose?" tanya Lidya, teman kerja yang seumuran dengannya.
"Iya. Baru saja" katanya lalu melepas jaket dan menyimpannya di loker.
"Hari ini kau dapat bagian apa?"
"Membersihkan area makan"
"Aku di dapur. Ayo!"
"Iya"
Rose keluar dari ruang ganti dan segera mengambil peralatan di gudang. Dia mulai melakukan tugasnya di area makan. Enam bulan lalu, dia akan mengeluh bila mendapatkan tugas ini. Karena melelahkan sekali. Tapi sekarang dia tidak pernah mengeluh lagi. Dia selalu mengingatkan diri untuk lebih kuat dalam bekerja agar dapat mewujudkan cita-citanya.
Malam datang dan tiba-tiba terdengar suara menggelegar di langit. Mengejutkan Rose yang sedang membersihkan lantai. Tak lama hujan mulai turun dengan derasnya. Pengunjung yak terduga mulai banyak yang masuk ke dalam restoran. Membuat pekerjaan Rose semakin berat.
Tiga jam kemudian, hujan masih belum juga reda. Tapi semua pegawai restoran termasuk Rose bersiap untuk pulang.
"Bagaimana ini? Hujan masih terlalu deras, restoran tutup dan aku tidak membawa payung" keluh Lidya. Rose melihat ke dalam tas dan menemukan payung yang dibawanya.
"Ini"
"Kamu?"
Rose tersenyum
"Rumah sewaku tidak jauh dari sini. Aku bisa berlari ke rumah" katanya sama sekali tidak terdengar khawatir.
"Tapi Rose, kau tetap akan basah dengan hujan sederas ini"
"Tidak apa-apa. Aku bisa mandi begitu sampai di rumah"
Lidya menyerah dan mengambil payung yang disodorkan oleh Rose. Mereka keluar dari restoran, berpamitan dan berjalan ke arah yang berlawanan.
Hujan ternyata bertambah deras, membuat Rose terpaksa berlari menuju rumah sewanya. Dia berniat tidak akan berhenti sebelum sampai rumah. Tapi tiba-tiba langkahnya terhenti paksa. Dia melihat sebuah mobil hitam tanpa plat yang beberapa hari ini selalu melewati jalan utama saat dia pulang.
Matanya mengikuti mobil itu sampai menghilang di pertigaan jalan. Lalu kembali berlari menuju rumah sewanya.
Sesudah mandi, Rose duduk di depan meja yang dibelinya di pasar loak. Membuka buku catatan kecil dan mulai menulis apa yang dilihatnya tadi.
"Milik siapa mobil itu? Kenapa aku sepertinya pernah melihat mobil itu sebelumnya?" katanya pada diri sendiri.
Empat hari lalu adalah pertama kalinya Rose melihat mobil hitam itu. Dia tidak terlalu memperhatikan saat itu. Tapi ketika melihat mobil uang sama di hari berikutnya, Rose mulai penasaran dengan pemilik mobil itu. Lagipula, mobil itu seakan melayang di udara. Padahal Rose dapat melihat perputaran ban yang menyentuh aspal dengan jelas.
Tidak bisa menahan diri, Rose mengambil laptop yang ada di dalam tasnya. Dia membuka sebuah dokumen dan membaca isinya. Lalu Rose mengubah beberapa bagian dari hasil ketikannya.
Membaca kembali hasil ketikannya, Rose merasa sangat puas. Kemudian dia mengirim dokumen itu ke editor sebuah media berita online yang dikenalnya. Sesudahnya Rose makan dua gigit roti dan tertidur lelap. Dia lelah sekali hari ini.
Keesokan harinya, sebuah berita tentang mobil hitam misterius yang berjalan seakan terbang di jalanan utama kita muncul di setiap media online. Pekerja pagi dan beberapa pelajar sekolah mulai membicarakan berita itu.
"Siapa pemiliknya?"
"Tidak tahu"
"Apa pemiliknya seorang vampir yang sedang mencari mangsa?"
"Tidak mungkin ada vampir di kota ini"
"Lalu siapa pemilik mobil itu?"
"Malam ini aku akan menunggu di jalan utama. Aku harus bisa melihat mobil itu.dan pemiliknya"
"Iya, aku juga"
Sebuah diskusi tak berdasar mulai berkembang di masyarakat. Semua itu dimulai dari berita yang ditulis oleh seseorang yang masih tertidur lelap di rumah sewa kecilnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Mamma Miauw
Wah kak Othor ada karya baru.. Suka banget dgn tulisan Kakak.. Runut, mudah dipahami, alurnya jelas, tidak menye2, dan tidak terlalu panjang episode nya..
Kemarin habis namatin Henry dan Eva, smg yg ini gak kalah seru..
Semangat nulisnya ya Kak 💝🫶
2024-04-27
3
MN.Aini
wah manusia apa bukan tuh👀
2024-02-12
1