"Iya Bu"
"Ada apa? Kenapa suaramu seperti panik?"
Rose melihat sekilas ke ruang tengah lalu merasa takut dan menutup pintu kamar.
"Aku tadi mengganti lampu ruang tengah yang putus, tapi ternyata tidak bisa. Lampunya meledak setelah aku menyalakan saklar nya" jelas Rose.
"Apa kamu tidak apa-apa?"
"Tidak apa-apa. Ada apa ibu menghubungiku?"
"Ibu hanya merindukanmu"
Setelah mendengar kata-kata ibunya, Rose merasa lebih tenang dari sebelumnya.
"Dua Minggu lagi aku akan pulang" jawabnya.
"Baiklah. Jangan lupa makan dengan benar"
Rose menutup telepon dan melihat ke arah pintu kamarnya yang tertutup. Dia menepis ketakutan dan membukanya perlahan. Tidak ada apapun disana yang bisa membuatnya takut. Pasti ada sesuatu dari masalah listrik yang membuat lampu itu meledak begitu saja. Pikirnya berusaha untuk membesarkan hati.
Tanpa merasa takut lagi, Rose segera membersihkan pecahan lampu yang berserakan. Saat memeriksa lantai tiba-tiba dia tertarik pada sesuatu yang ada di dekat dinding. Rose menemukan sebuah sapu tangan.
"Milik siapa ini?" pikirnya lalu membawa sapu tangan itu ke kamar.
Di bawah lampu yang remang dia melihat sebuah sulaman huruf C di ujung sapu tangan itu.
"C? "
Siapa yang memiliki inisial C? Lalu Rose teringat kalau kakeknya bernama Collin Warner.
"Mungkin ini sapu tangan kakek, tapi kenapa masih begitu bersih?"
Tidak mau terlalu banyak berpikir tentang hal aneh, Rose menyimpan sapu tangan itu di lemari bagian bawah lalu bersiap untuk tidur. Keesokan harinya Lidya datang bersama kakak temannya untuk memperbaiki lampu. Dan selama beberapa hari ke depan, Rose tidak mengalami mimpi yang seperti sebelumnya. Dia juga bisa tidur lebih nyenyak dan tubuhnya menjadi segar.
"Apa kau tahu tentang model baru yang baru muncul di pergaulan kelas atas itu?" tanya Lidya di sela-sela istirahat makan siang mereka.
"Iya aku tahu" jawab Rose lalu mengingat sosok seorang wanita yang banyak muncul di media sosial akhir-akhir ini.
"Katanya dia berasal dari kota kita. Tapi aku tidak tahu dari keluarga mana"
"Keluarga Johnson"
"Apa?"
"Keluarga Johnson, Keluarga pemilik perkebunan yang bangkrut karena pertikaian masalah waisan itu. Tapi kini mereka bangkit dengan adanya cucu yang bisa diandalkan. Namanya Feyz. Feyz Johnson" jelas Rose.
Lidya melihatnya dengan dahi yang berkerut.
"Bagaimana kau bisa tahu semua itu? Apa semua informasi itu ada di internet?" tanya Lidya lalu membuka ponsel. Rose lupa. Seharusnya dia tidak menceritakan semua informasi yang didapatkannya dari kantor redaksi berita online saat dia kesana kemarin.
"Aku pandai mencari tahu" elaknya tidak ingin pekerjaan keduanya ketahuan oleh Lidya.
"Senang sekali memiliki wajah cantik dengan badan sebagus itu. Juga latar belakang keluarga yang tidak sembarangan" kata Lidya lalu meninggalkan Rose untuk kembali bekerja.
Dia berpikir hal yang sama seperti Lidya saat melihat wanita itu. Selain kesempurnaan fisik, wanita itu juga memiliki keluarga bangsawan meski kini tidak lagi sekaya dulu. Setidaknya wanita yang memiliki umur yang sama dengannya itu tidak perlu bekerja keras hanya agar bisa mendapatkan peluang memperbaiki hidup keluarga. Rose mendesah panjang lalu membereskan makan siangnya. Dia mengikuti langkah Lidya kembali bekerja.
"Cucu cantik bangsawan" ketik Rose di laptopnya sepulang dari kerja.
Dia diberikan bahan untuk menulis artikel tentang wanita itu oleh editornya. Upah yang akan diberikan lumayan untuk menambah tabungan, jadi Rose tidak menolak. Hanya saja, semakin dia menulis tentang wanita itu, maka semakin turun rasa percaya dirinya. Bagaimana bisa dunia bisa tidak seadil ini, pikirnya sedikit kesal.
"Kriieettt"
Secara reflek Rose menoleh ke arah ruang tengah yang kini dalam keadaan gelap. Dia tidak menyalakan lampu karena mengira akan segera tidur setelah pulang kerja. Suara apa itu? pikirnya lalu melayangkan pandang ke seluruh ruang tengah. Tidak ada sesuatu disana. Hanya barang-barang yang selalu berada di tempatnya seperti hari-hari sebelumnya. Pasti suara tadi berasal dari luar rumah.
Rose kembali fokus pada pekerjaannya. Membaca semua data tentang wanita itu dan mulai menuliskan beberapa fakta menarik untuk berita yang akan diterbitkan besok sepagi mungkin. Satu jam kemudian, Rose sudah mengirim artikel buatannya ke editor. Selama menunggu kabar koreksi dari editor, Rose berbaring di ranjangnya. Tidak menduga dia akan ketiduran sampai pagi.
"Tidak ada koreksi" tulis email editor yang dibacanya sedetik setelah bangun dari tidurnya.
Syukurlah tidak ada koreksi. Upah dari editor juga sudah masuk ke dalam rekeningnya, membuat Rose merasa sangat baik pagi ini. Dia mengangkat tangan untuk meregangkan badan tapi menemukan kancing piyamanya telah terbuka semua.
"Apa yang terjadi?" tanyanya lalu memeriksa kancing piyamanya.
Seingatnya, Rose memasang semua kancing piyamanya semalam. Apa gaya tidurnya terlalu berantakan sampai kancing itu terlepas semua? Bagaimana bisa? Itu tidak mungkin kecuali ... .
Pikiran yang menakutkan mengganggunya. Dia menoleh ke ruang tengah yang kini penuh dengan cahaya matahari pagi. Tidak mungkin ada orang yang masuk ke dalam rumah ini dan membuka kancingnya. Semua pintu telah terkunci dengan baik semalam. Rose sendiri yang memastikan.
"Pasti karena gaya tidurku yang berantakan" katanya menghibur diri sendiri. Kemudian dia pergi mandi dan bersiap untuk bekerja di restoran.
Malam hari kembali tiba dan Rose pulang dalam keadan sangat lelah. Siang ini, restoran mendapatkan pesanan yang sangat banyak. Semua pegawai begitu sibuk menyiapkan pesanan dan melayani pelanggan yang datang untuk makan. Dia tidak melakukan apapun selain berbaring tengkurap di atas ranjang dan tidur.
Dalam mimpi, dia menemukan dirinya sedang berada di atas awan. Seorang malaikat laki-laki dengan dada bidang dan kekar datang padanya. Tapi malaikat itu memakai baju dan sayap serba hitam. Dan anehnya, dia mengenal wajah malaikat itu.
"Kau, Tuan Bruce?" tanyanya tapi tidak mendapatkan jawaban apapun.
Malaikat itu mengangkat tubuhnya, melepaskan semua pakaian Rose tanpa bertanya. Dan dia tidak melawan sama sekali. Dia hanya pasrah berada dalam pelukan sang malaikat bersayap hitam. Lalu sebuah kain hangat menempel di kulitnya, membuat Rose mendesah pelan.
"Enak sekali" katanya menikmati air hangat mengalir di sela-sela lipatan tubuhnya. Malaikat yang mirip dengan Tuan Bruce itu sangat pandai membersihkan badannya.
"Tunggu!" tahan Rose saat malaikat itu meninggalkannya dalam keadaan tidak memakai apapun di atas awan. Dia merasa dingin dan itu sangat tidak nyaman. Rose menarik malaikat itu dan memerintahkannya untuk membungkus tubuhnya dengan sayap yang besar itu. Agar tubuhnya terasa hangat. Malaikat itu mendengarkan keinginannya dan Rose merasa sangat hangat di sepanjang mimpinya.
Paginya dia bangun dalam keadaan yang segar, namun ... telanjang.
"Apa yang terjadi?" tanyanya pada diri sendiri.
Mimpi semalam, apa itu benar-benar terjadi? Tapi tidak mungkin ada malaikat dengan wajah Tuan Bruce Cohn yang akan membasuh badannya yang kotor penuh dengan bau ayam. Kecuali ... dia melakukan semua itu sendiri, tapi dalam keadaan setengah tidur.
"Pasti itu yang terjadi" kata Rose menghapus kemungkinan Tuan Bruce datang ke kamarnya dan melakukan semua yang ada dalam mimpinya. Tapi, perlu dia akui. Malam kemarin dia merasakan kehangatan yang luar biasa nyaman. Seandainya setiap malam dia bisa memilih mimpi. Maka dia memilih untuk bermimpi berada dalam pelukan Tuan Bruce.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Agus Tina
Bagus
2025-02-16
0
Selfi Azna
ayo Bruce,, tunjuk kan wujud mu
2024-07-19
0
@Biru791
kpan up
2024-05-10
0