NovelToon NovelToon

Hobi Aneh Sang Bangsawan

Bab 1

"Silahkan Tuan"

Seorang pria keluar dari mobil hitam tanpa merek dan plat. Pria itu memakai jas dan mantel serba hitam. Wajahnya tampak pucat dan kurus, tidak berekspresi sama sekali. Dia berjalan ke pintu yang berada di belakang sebuah rumah.

Lima belas menit kemudian seorang wanita masuk ke dalam rumah itu dari pintu depan. Tidak ada suara teriakan yang terdengar. Dan satu jam kemudian, pria dengan pakaian serba hitam itu keluar dari pintu yang sama. Kembali ke dalam mobilnya dan memerintah pengawalnya untuk pulang.

Mobil hitam itu melewati jalan lurus dengan penerangan yang terbatas. Tak berapa lama, terdengar suara derek gerbang terbuka. Mobil masuk ke dalamnya dan menghilang begitu saja.

Di sebuah rumah pedesaan yang berada tepat di seberang perkebunan anggur. Seorang gadis berumur sembilan belas tahun sedang berjalan turun ke arah dapur. Menemukan ibunya uang sibuk membuat makanan dan roti untuk makan malam.

"Apa yang ibu buat?" tanyanya lalu memeluk ibunya dari belakang.

"Roti dan beberapa lauk yang bisa kau bawa"

"Harusnya ibu tidak perlu bersusah payah"

"Kau semakin kurus. Pasti kau tidak makan dengan benar"

"Aku makan benar" jawab gadis itu lalu melepas pelukannya. Berpindah ke depan meja dan mulai membantu ibunya mengemas beberapa roti serta lauk untuk dibawanya kembali ke pusat kota.

"Mengumpulkan uang memang penting, tapi kesehatanmu lebih penting. Kau pasti tidak ingin ibu dan ayah pergi ke pusat kota dan menyeretmu pulang"

Gadis itu tersenyum dan teringat pada peringatan yang diberikan oleh ayahnya enam bulan lalu.

"Aku tidak akan pernah lupa peringatan ayah. Ibu jangan khawatir"

"Rose, apa kau masih tidak mau menyerah? Bekerja di perkebunan juga tidak terlalu buruk"

"Aku ingin menjadi wartawan Bu. Aku ingin mencari berita lalu menyebarluaskannya. Aku merasa sangat senang saat banyak orang membaca tulisanku. Karena itu aku akan mencari uang banyak dan membayar biaya kuliahku sendiri"

Ibu Rose hanya bisa mengeluarkan napas panjang dan melihat putrinya dan wajah penuh kekhawatiran.

"Baiklah. Tunggu ayahmu, dia ingin mengantarmu ke pusat kota hari ini"

"Tidak perlu. Sebaiknya aku naik bus saja. Sore ini aku harus bekerja"

"Kau akan pulang malam?"

"Iya"

"Berhati-hatilah. Meski rumah sewa yang kau tinggali tidak jauh dari tempatmu bekerja, tetaplah berhati-hati"

"Baik ibu"

Rose pergi ke kamarnya, mengambil koper dan jaket dan keluar lagi. Dia memasukkan roti dan lauk buatan ibunya ke dalam koper dan bersiap untuk pergi.

"Jaga dirimu. Ibu akan pergi kesana saat ayahmu libur"

"Iya. Aku pergi dulu"

Rose melihat perkebunan anggur yang ada di depan rumahnya. Seolah berpamitan dengan ayah yang menjadi pekerja disana. Lalu Rose berjalan ke halte yang berada di ujung jalan. Menunggu bus yang akan mengantarnya ke pusat kota.

Rose adalah keturunan ketiga pekerja sebuah perkebunan anggur terbesar di kota Veneto. Kakek, nenek, ayah, ibu dan dirinya terlahir dan besar di dekat perkebunan itu. Satu-satunya pekerjaan yang bisa ditawarkan di daerah perkebunan anggur hanyalah menjadi perawat tanaman anggur. Tapi tidak untuk Rose.

Dia memiliki cita-cita lain. Sebagai wartawan yang bisa menyiarkan berita pada masyarakat luas. Meskipun untuk mewujudkan cita-citanya, Rose harus bekerja dan mengumpulkan uang kuliah sendiri. Dia tidak menyerah.

Bus sampai di pusat kota. Rose turun dan berjalan selama sepuluh menit ke sebuah rumah kecil yang disewanya dengan tabungan bekerja paruh waktu di perkebunan selama sekolah dulu. Mengeluarkan roti dan lauk buatan ibunya ke atas meja. Mandi, dan memakai seragam lalu berangkat ke restoran ayam saji tempatnya bekerja.

"Kau sudah datang Rose?" tanya Lidya, teman kerja yang seumuran dengannya.

"Iya. Baru saja" katanya lalu melepas jaket dan menyimpannya di loker.

"Hari ini kau dapat bagian apa?"

"Membersihkan area makan"

"Aku di dapur. Ayo!"

"Iya"

Rose keluar dari ruang ganti dan segera mengambil peralatan di gudang. Dia mulai melakukan tugasnya di area makan. Enam bulan lalu, dia akan mengeluh bila mendapatkan tugas ini. Karena melelahkan sekali. Tapi sekarang dia tidak pernah mengeluh lagi. Dia selalu mengingatkan diri untuk lebih kuat dalam bekerja agar dapat mewujudkan cita-citanya.

Malam datang dan tiba-tiba terdengar suara menggelegar di langit. Mengejutkan Rose yang sedang membersihkan lantai. Tak lama hujan mulai turun dengan derasnya. Pengunjung yak terduga mulai banyak yang masuk ke dalam restoran. Membuat pekerjaan Rose semakin berat.

Tiga jam kemudian, hujan masih belum juga reda. Tapi semua pegawai restoran termasuk Rose bersiap untuk pulang.

"Bagaimana ini? Hujan masih terlalu deras, restoran tutup dan aku tidak membawa payung" keluh Lidya. Rose melihat ke dalam tas dan menemukan payung yang dibawanya.

"Ini"

"Kamu?"

Rose tersenyum

"Rumah sewaku tidak jauh dari sini. Aku bisa berlari ke rumah" katanya sama sekali tidak terdengar khawatir.

"Tapi Rose, kau tetap akan basah dengan hujan sederas ini"

"Tidak apa-apa. Aku bisa mandi begitu sampai di rumah"

Lidya menyerah dan mengambil payung yang disodorkan oleh Rose. Mereka keluar dari restoran, berpamitan dan berjalan ke arah yang berlawanan.

Hujan ternyata bertambah deras, membuat Rose terpaksa berlari menuju rumah sewanya. Dia berniat tidak akan berhenti sebelum sampai rumah. Tapi tiba-tiba langkahnya terhenti paksa. Dia melihat sebuah mobil hitam tanpa plat yang beberapa hari ini selalu melewati jalan utama saat dia pulang.

Matanya mengikuti mobil itu sampai menghilang di pertigaan jalan. Lalu kembali berlari menuju rumah sewanya.

Sesudah mandi, Rose duduk di depan meja yang dibelinya di pasar loak. Membuka buku catatan kecil dan mulai menulis apa yang dilihatnya tadi.

"Milik siapa mobil itu? Kenapa aku sepertinya pernah melihat mobil itu sebelumnya?" katanya pada diri sendiri.

Empat hari lalu adalah pertama kalinya Rose melihat mobil hitam itu. Dia tidak terlalu memperhatikan saat itu. Tapi ketika melihat mobil uang sama di hari berikutnya, Rose mulai penasaran dengan pemilik mobil itu. Lagipula, mobil itu seakan melayang di udara. Padahal Rose dapat melihat perputaran ban yang menyentuh aspal dengan jelas.

Tidak bisa menahan diri, Rose mengambil laptop yang ada di dalam tasnya. Dia membuka sebuah dokumen dan membaca isinya. Lalu Rose mengubah beberapa bagian dari hasil ketikannya.

Membaca kembali hasil ketikannya, Rose merasa sangat puas. Kemudian dia mengirim dokumen itu ke editor sebuah media berita online yang dikenalnya. Sesudahnya Rose makan dua gigit roti dan tertidur lelap. Dia lelah sekali hari ini.

Keesokan harinya, sebuah berita tentang mobil hitam misterius yang berjalan seakan terbang di jalanan utama kita muncul di setiap media online. Pekerja pagi dan beberapa pelajar sekolah mulai membicarakan berita itu.

"Siapa pemiliknya?"

"Tidak tahu"

"Apa pemiliknya seorang vampir yang sedang mencari mangsa?"

"Tidak mungkin ada vampir di kota ini"

"Lalu siapa pemilik mobil itu?"

"Malam ini aku akan menunggu di jalan utama. Aku harus bisa melihat mobil itu.dan pemiliknya"

"Iya, aku juga"

Sebuah diskusi tak berdasar mulai berkembang di masyarakat. Semua itu dimulai dari berita yang ditulis oleh seseorang yang masih tertidur lelap di rumah sewa kecilnya.

Bab 2

Gerbang tinggi besar mengeluarkan suara derak kasar yang menakutkan. Sebuah mobil keluar dari gerbang dan berjalan lurus ke pusat kota. Hujan deras yang terus turun sejak matahari tenggelam, membuat mobil itu seperti melayang di atas air.

Sesampainya di pusat kota, mobil itu berhenti di sebuah pertigaan. Menunggu lampu merah berubah hijau. Sesaat kemudian mobil itu kembali meluncur ke sebuah gedung apartemen yang memiliki sepuluh lantai.

"Silahkan Tuan"

Seorang pria dengan pakaian serta mantel serba hitam kembali keluar dari mobil. Tanpa bicara berjalan di belakang pengawalnya menuju lift yang mengantar mereka ke lantai tujuh. Orang lain sudah menunggu di depan kamar apartemen dan mempersilahkan pria itu masuk.

Pria itu melihat kursi yang ada di depan ranjang dan duduk disana. Tanpa bicara, pria itu menatap tubuh seorang wanita yang berbaring di atas ranjang. Wanita itu sedang tidur, tidak menggunakan sehelai benangpun.

Satu jam kemudian, pria itu bangkit dari kursinya. Menuju pintu dan keluar dari kamar apartemen itu tanpa mengatakan apapun. Orang yang menunggu sebelum dia datang segera mengambil kursi yang dipakai pria itu dan menghapus jejak keberadaannya dalam kamar apartemen. Lalu orang itu menuju ke lantai bawah dan menerima amplop berisi uang yang dijanjikan oleh pengawal pria itu.

Setelah menyelesaikan semuanya, mobil hitam tanpa plat mobil itu kembali melaju di jalanan pusat kota. Melewati jalan lurus dengan penerangan minim dan menunggu gerbang besar untuk terbuka.

"Kreekkkk krekkkkk" suara gerbang terbuka. Mobil itu segera masuk ke dalam dan gerbang kembali menutup. Mobil hitam melaju di jalanan berbatu dan sampai di sebuah kastil besar yang gelap.

"Silahkan Tuan" kata pengawal yang membuka pintu mobil.

Pria dengan wajah pucat dan kurus itu berjalan masuk ke dalam kastil. Seorang kepala pelayan tua menyambutnya dengan segelas kopi panas.

"Tidurlah" kata pria itu pada pelayannya yang setia.

"Baik Tuan" jawab kepala pelayan yang sudah melewati masa pensiunnya itu.

Pria itu kembali berjalan di dalam kastil, menaiki tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Sebuah pintu dengan hiasan ornamen berwarna emas terbuka dengan sekali hentak. Pria itu masuk ke dalamnya dan berbaring di atas ranjang. Tanpa melepas mantel dan pakaiannya, bahkan sepatu dan kaos kakinya.

Keesokan harinya, seorang pelayan wanita masuk ke dalam kamar itu. Meletakkan segelas teh panas di meja dekat ranjang dan membuka tirai yang ada di dalam kamar. Kecuali tirai yang berada dekat dengan ranjang. Pelayan wanita itu tidak ingin tuan rumahnya terbangun karena sinar matahari. Setelah melakukan tugasnya, pelayan wanita keluar dan menutup pintu kembali.

Sebelum jam sepuluh pagi, pria itu membuka mata. Memaksa dirinya untuk duduk dan minum teh yang telah menjadi hangat. Dia melepas mantel beratnya dan berjalan ke arah kamar mandi. Membersihkan wajah, menyikat gigi lalu mengganti semua pakaiannya dengan yang sudah disiapkan oleh pelayannya.

Pria itu keluar dari kamar, menuju meja makan lalu duduk di kursinya. Makanan segera disiapkan di depannya oleh dua pelayan lainnya. Dia mulai makan lalu terdengar suara riuh pekerja di perkebunan anggur yang ada di dekat kastil.

"Para pekerja sedang menyiangi daun anggur" jelas kepala pelayan tua yang datang menghampiri majikannya.

"Iya" jawab pria itu lalu melanjutkan makan.

"Tuan akan pergi ke kilang anggur hari ini?" tanya kepala pelayan.

"Iya"

Setelah mendapatkan jawaban singkat dari majikannya, kepala pelayan tua itu pergi ke ruang kerja. Mengambil tas kerja dan menyerahkannya ke pengawal yang baru saja masuk ke dalam kastil.

"Pastikan Tuan muda makan siang di kilang anggur nanti" pesan kepala pelayan itu pada pengawal.

"Baik"

Sesudah makan, pria itu bangkit dari kursi, menerima mantel berwarna coklatnya dan keluar dari kastil. Kali ini dia melihat mobil putih yang telah disiapkan dan segera masuk ke dalamnya.

Mobil keluar dari kawasan perkebunan anggur, menuju area dengan rumah dan gudang besar yang merupakan kilang anggur dari perkebunannya. Dia keluar dari mobil dan berjalan menuju kilang dengan pengawalnya. Melihat-lihat untuk sementara dan menuju sebuah rumah yang dijadikan kantor untuk kilang itu.

Seseorang dengan plat nama manajer berlari kencang ke arah kantor dengan setumpuk berkas. Manajer menyerahkan semua berkas yang dibawanya ke pengawal yang kemudian dibawa masuk ke dalam ruangan gelap pemilik kilang anggur.

"Tuan" kata pengawal itu lalu meletakkan semua berkas di meja majikannya.

"Iya" jawab pria itu.

Setelah pengawalnya keluar ruangan, pria itu menyalakan lampu meja dan mulai bekerja. Memeriksa laporan kilang anggur yang dimiliki keluarganya selama lebih dari seratus tahun.

Dua, tiga jam berlalu dengan cepat dan pengawal meminta ijin agar dapat masuk ke dalam ruangan.

"Tuan, saatnya Anda makan siang. Manajer telah menyiapkan makan siang sesuai dengan permintaan kepala pelayan" lapornya lalu menyuruh pekerja kilang meletakkan troli makanan di dalam ruangan.

Pria itu hanya melihat sebentar dan kembali tenggelam dalam pekerjaannya.

"Tuan, kepala pelayan meminta saya memastikan Anda makan siang" kata pengawal masih tetap berdiri di dalam ruangan.

"Pergilah!" perintah pria itu dan pengawal tidak punya cara lain selain menurut.

Pria itu kembali bekerja dan tidak mempedulikan waktu. Sebelum tengah malam pria itu menyelesaikan semua pekerjaan, keluar dari ruangan dan melihat pengawalnya telah bersiap di sebelah mobil. Manajer menyapanya sebelum pergi, tapi dia tidak menanggapi. Dia hanya masuk ke dalam mobil dan kembali ke kastilnya yang gelap.

"Anda tidak makan siang hari ini, saya akan menyiapkan sesuatu dan meletakkannya di kamar" kata kepala pelayan yang menyambutnya di dalam kastil. Pria itu tidak bergeming dan terus melangkah ke arah kamarnya.

"Pikirkan tentang kesehatan Anda Tuan. Setelah saya meninggal, tidak akan ada lagi yang melayani Anda seperti saya" lanjut kepala pelayan berhasil menghentikan langkah pria itu.

"KAU JUGA INGIN CEPAT PERGI???" teriak pria itu menggema di seluruh kastil. Membuat beberapa gagak yang berdiam di atas kastil terbang tak tentu arah. Teriakan itu juga berhasil membangunkan semua penghuni kastil yang terlelap.

"Tuan"

Tanpa berkata lagi, pria itu meninggalkan ruang tengah dan masuk ke dalam kamarnya. Dia melempar mantel ke lantai dan menjatuhkan diri di atas ranjang. Kepalanya terasa sangat sakit saat dia mengingat kata-kata kepala pelayan.

"Semua orang pergi meninggalkanku" bisiknya lalu menutup mata dengan lengannya.

Malam di kastil kembali hening. Tapi pria itu bangun dari ranjang. Dia memakai pakaian serba hitamnya dan keluar dari kamar. Hanya pengawal yang menyambutnya karena semua pelayan sudah terlelap.

"Tuan harus melihat sesuatu" kata pengawalnya sebelum dia turun ke lantai 1. Pria itu melihat berita di tab yang diberikan oleh pengawalnya. Matanya berkilat menunjukkan emosi yang menakutkan.

"Cari dia!" perintahnya lalu masuk kembali ke kamar. Membatalkan kegiatan yang akan dilakukannya tengah malam itu.

Bab 3

"Kenapa berkembang seperti ini?" keluh Rose.

"Tapi ceritamu memang menarik. Apa kau tahu kalau semua orang menyukai hal-hal yang misterius seperti itu?"

"Tapi pak editor, saya tidak ingin berkembang seperti ini. Semua orang berpikiran mobil itu dimiliki seorang vampir yang akan memakan atau menculik perawan di kota"

"Itu lebih bagus lagi. Sekarang, kau tinggal menulis kelanjutannya. Jangan lupa foto mobil hitam misterius tanpa plat nomor itu dengan lebih jelas lagi. Karena foto terakhir adalah saat hujan turun dengan deras. Membuat mobil itu tampak seperti perahu"

"Pak editor, bagaimana aku bisa melakukan itu? Bagaimana kalau ternyata pemilik mobil itu adalah orang berkuasa?"

"Rose, cita-citamu adalah menjadi wartawan. Inilah kesempatanmu untuk mencari dan menulis berita seperti seorang wartawan yang sebenarnya"

"Pak, aku sudah memeriksanya. Tapi mobil itu tidak muncul lagi setelah tulisan saya muncul dan menimbulkan keributan. Bahkan ada yang sengaja berdiri di tengah jalan sebelum tengah malam untuk melihat mobil itu"

"Aku tidak peduli. Pembaca online situsku bertambah dan itu juga akan mendatangkan keuntungan untukmu juga. Semakin cepat kau mengumpulkan uang maka semakin cepat kau kuliah dan lulus untuk mengejar cita-citamu"

Rose kesal sekali mendengar editor yang terus saja tidak peduli dengan apa yang dikhawatirkannya.

"Saya akan mencoba mencari tahu, tapi ... Saya harus melihat editan tulisan saya sebelum di upload"

"Apa? Kau tidak mempercayaiku sebagai editor tulisanmu sekarang?"

"Bagaimana saya bisa percaya kalau Anda merubah hampir setengah berita yang saya tulis?"

"Aku hanya menambahkan yang sepertinya lebih menarik dari tulisanmu. Dan itu berhasil"

"Kalau pak editor tidak setuju, maka saya akan mengirim tulisan saya ke web berita yang lain" ancam Rose tidak ingin kalah.

"Baiklah, baiklah. Dasar gadis muda"

"Oke. Kalau begitu saja akan mencari kebenarannya"

Rose menutup telepon dan melihat tulisannya yang membuat keributan. Seharusnya dia tidak mengirim tulisan itu sebelum mencari kebenarannya. Sekarang bagaimana dia bisa mencari berita kalau mobil itu tidak muncul lagi karena keributan dari tulisannya sendiri? Rose memegang kepala dengan kedua tangannya. Mencoba untuk berpikir.

Tunggu.

Mobil itu selalu muncul dari jalanan yang menuju luar kota. Itu artinya mobil itu bukan milik seseorang yang berada di dalam pusat kota. Dia hanya perlu mencari orang-orang kaya yang memiliki kediaman di luar pusat kota. Lalu mencari data kepemilikan kendaraan mereka. Karena jelas, mobil itu adalah salah satu keluaran merek terkenal di dunia. Hanya orang-orang kaya yang memiliki kemampuan untuk membelinya.

Rose melihat jam di atas mejanya. Kenapa dia tidak sadar waktu? Dia hampir terlambat bekerja. Dengan cepat, Rose bersiap dan berangkat ke restoran cepat saji tempatnya bekerja.

Seminggu sudah keributan tercipta karena tulisannya yang tidak bertanggung jawab itu. Tapi sampai sekarang tidak ada keluhan dari pihak manapun. Hanya ada dukungan untuk meneruskan penelusuran. Menemukan siapa pemilik mobil misterius yang selalu muncul sebelum tengah malam itu. Apa itu artinya pemilik mobil bukanlah orang berkuasa atau kaya?

Mungkin saja. Atau pemiliknya benar-benar vampir atau hantu? Bagaimana kalau vampir itu sedang mencari tahu siapa penulis artikel itu yang sebenarnya? Meski Rose tidak menggunakan nama aslinya, tapi ... . Tiba-tiba bulu di tengkuk Rose berdiri. Dia seperti bisa merasakan hawa dingin yang bertiup di sekitarnya.

"Mau sampai kapan kau berdiri di depan AC?" tanya manajer restoran.

"Maaf Pak" jawab Rose lalu melanjutkan pekerjaannya membersihkan area makan.

Setelah bekerja, Rose memiliki waktu untuk makan malam sejenak sebelum memulai perburuannya.

Satu jam sebelum tengah malam, Rose berdiri di dekat lampu penerangan. Tepat di pertigaan mobil itu sering terlihat. Untungnya hari ini tidak hujan dan Rose bisa berburu dengan tenang.

Tepat tengah malam. Sekali lagi Rose kecewa. Mobil itu tidak muncul lagi seperti malam-malam sebelumnya saat Rose berburu.

"Apa yang harus kulakukan?" tanya Rose pada diri sendiri. Dia melihat jalan lurus menuju luar kota. Jalan yang gelap dengan penerangan sedikit. Belum lagi jumlah rumah yang sangat jarang, membuat jalan itu semakin tampak mengerikan di malam hari. Sepertinya dia tidak akan berani melewati jalan itu sendirian di tengah malam begini.

"Besok. Besok pagi saja" kata Rose lalu berlari ke arah rumahnya.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, Rose berangkat menuju jalan lurus ke arah luar kota. Dia berjalan perlahan dan mengamati semua yang ada di sekitar jalan itu. Hanya ada beberapa rumah yang bisa Rose temukan di sepanjang jalan yang dilaluinya. Lalu dia merasa sangat lelah dan duduk di pinggir jalan.

Saat dia minum air untuk menghilangkan rasa panas di dalam tubuhnya, sebuah mobil hitam melewatinya. Rose terkejut dengan aura mengerikan yang diakibatkan oleh lewatnya mobil itu. Tapi Rose melihat plat nomor di belakang mobil itu.

Jadi mobil itu bukan mobil yang dicarinya. Tapi kenapa mobil itu mengeluarkan aura mengerikan yang sama? Apa karena pemiliknya sama?

Rose mencoba untuk mengikuti mobil itu, tapi percuma. Kakinya yang berukuran standar ini tidak bisa menyaingi mobil mewah dengan kecepatan luar biasa itu. Tapi kenapa Rose familiar dengan mobil itu? Seakan dia pernah melihat mobil itu sebelumnya. Dimana dia pernah melihat mobil itu? Rose berpikir keras tapi tidak menemukan apapun dalam ingatannya.

"Apa yang kau lakukan akhir-akhir ini?" tanya Lidya, rekan kerja Rose.

"Tidak ada. Aku hanya bekerja dan pulang"

"Tapi kau sering datang dengan terburu-buru. Bawah matamu juga menghitam dan kau sering menguap akhir-akhir ini. Apa kau mengambil pekerjaan paruh waktu? Apa gaji yang kau dapat dari restoran tidak mencukupi kebutuhanmu?"

Tentu saja tidak. Itulah jawaban yang seharusnya keluar dari mulut Rose. Tapi tidak mungkin dia berkata seperti itu pada rekan kerja yang dirumorkan dekat dengan manajer restoran. Dia bisa dipecat kalau menceritakan pekerjaan keduanya.

"Mungkin karena aku kurang tidur saja" kata Rose lalu memakai seragamnya dengan cepat.

Besok malam, Rose pulang dari kerja dan mengisi waktu luang untuk mencari berita lain yang bisa ditulisnya. Dia berdiri di depan patung kuda yang berada di depan kantor walikota dan melihat-lihat sekitar.

Disaat itu, tiba-tiba gerimis turun. Tidak terlalu lebat memang tapi cukup membuat Rose mencari tempat untuk berlindung. Ketika dia berdiri di bawah halte bus, sebuah mobil hitam lewat.

Dia melihat belakang mobil itu dan tidak menemukan plat nomor yang tertera.

"Mobil itu" katanya lalu mencoba untuk mengejar. Dia mengeluarkan ponsel dan mencoba mengambil foto yang jelas.

"Berhasil" katanya saat berhasil mengambil foto jelas mobil itu. Dia kembali mengikuti mobil itu tapi sekali lagi tidak mampu mengejar. Yang bisa dia perhatikan hanya mobil itu berbelok ke arah perumahan lama. Dengan tekad kuat, Rose mengandalkan kekuatan kakinya dan berlari ke arah mobil itu pergi. Meski terlambat, dia kini tahu kemana mobil itu sebenarnya pergi.

Setelah pengejaran selama setengah jam, dia menemukan mobil itu terparkir di jalan yang gelap. Sungguh mobil yang misterius, pikirnya. Saat dia ingin mendekat, Rose melihat sesosok pria tinggi besar di dekat mobil. Dia membatalkan niat dan segera bersembunyi. Tidak ingin mendekat lagi karena takut. Dia tetap bersembunyi dibalik pohon sampai seseorang muncul dibelakangnya.

Seseorang itu membuat udara tiba-tiba tercium aneh. Dan Rose mendadak merasa sangat mengantuk.

Saat membuka mata, matahari telah menampakkan sinarnya. Rose terbangun di dalam kamarnya, dan merasa sangat bingung. Apa yang terjadi malam itu?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!