Rose melihat nominal uang yang diterimanya, setelah mengirim artikel yang menjadi berita terpanas selama satu minggu lebih. Dia tidak pernah melihat uang sebanyak itu. Bagaimana bisa dia menerima uang sebanyak itu? Apa mungkin editornya salah mengirim?
"Tidak. Itu memang pantas kau terima Rose. Artikel itu dibaca oleh banyak sekali orang. Dan keuntungan yang diterima oleh kantor berita karena artikel itu bernilai jauh lebih banyak dari uang yang kau terima" jelas editor yang dihubunginya.
"Tapi, sumber berita itu bukan dari saya. Jadi, bukankah saya harusnya hanya menerima upah menulis saja?"
"Sumber berita yang menghubungiku malam itu sudah pasti menerima keuntungan yang lebih besar lagi daripada kita. Bahkan katanya, dia sudah bisa membayar separuh dari hutang keluarganya"
Apa? Jadi sumber artikel yang ditulis oleh Rose adalah ... Nona Johnson sendiri? Jadi ... berita itu benar adanya? Tiba-tiba Rose merasa sedih. Dia tidak lagi merasa bahagia telah berperan dalam menyebarkan berita itu.
"Tapi Pak"
"Rose, terima saja. Itu adalah upah yang pantas kau terima. Dan mungkin sekarang kau bisa lebih cepat mengejar cita-citamu"
Lebih cepat mengejar cita-cita? Rose berpikir sejenak dan merasa tidak percaya dia melupakan tujuan awalnya mencari uang. Tunggu, jadi sekarang dia bisa ...
"AAAAHHHHHHH" teriak Rose membuat editornya menutup telepon secara sepihak.
"Akhirnya .... akhirnya ... aku bisa mendaftar ke Universitas!!!"
Beberapa hari kemudian, Rose ada di rumahnya. Dia sengaja pulang ke rumah sebelum diharuskan masuk ke asrama Universitas. Dia sudah berhenti dari pekerjaan restoran ayam cepat saji, meringkas semua barang di rumah peninggalan kakeknya dan berpamitan dengan Lidya. Meski terkejut dengan keputusan mendadak Rose. Lidya mengerti bahwa ini adalah tujuan Rose mencari uang selama satu tahun ini. Mereka berpelukan lama sekali sebelum Rose akhirnya pergi dari restoran.
"Jadi kau akan masuk ke asrama minggu depan?" tanya ibunya dengan wajah penuh senyum.
"Iya. Aku sudah mengurus semuanya dan minggu depan harus masuk ke dalam asrama" jawab Rose.
Ayahnya hanya diam saja, tidak berkomentar apapun dari saat Rose tiba di rumah sampai sekarang.
"Ibu akan memberikan bekal untuk kamu bawa ke asrama. Jangan sampai terlalu lelah belajar dan ingatlah untuk pulang saat libur"
"Baik Bu"
"Aku berangkat ke perkebunan" kata ayahnya lalu pergi meninggalkan rumah begitu saja.
"Jangan terlalu sedih. Ayahmu hanya kecewa pada dirinya sendiri. Dia tidak bisa membuatmu masuk Universitas lebih cepat"
Rose menarik napas panjang. Dia mengerti perasaan ayahnya. Mereka dari keluarga pekerja, tidak memiliki uang yang cukup untuk pergi ke Universitas. Biasanya, anak dari keluarga pekerja hanya akan berakhir seperti orang tua mereka. Dia-lah yang bersikeras untuk mendobrak semua kebiasaan itu dan mencari ilmu lebih tinggi. Agar dapat memiliki pekerjaan impiannya.
"Ayah tidak salah. Aku saja yang memiliki impian terlalu tinggi" kata Rose merasa bersalah.
"Yang terpenting sekarang, kau berhasil masuk Universitas. Belajarlah dan jalani pekerjaan sesuai dengan mimpimu"
Rose memeluk ibunya, dia sangat bahagia memiliki kedua orang tua yang tidak pernah menghalangi mimpinya.
"Aku akan membantu ibu memasak" kata Rose mencoba untuk mengubah suasana haru.
"Bantu ibu mengantar roti kismis ini ke kastil. Kepala pelayan mengatakan kalau Tuan Bruce sangat menyukai roti kismis buatan ibu."
Rose mendadak kaku. Dia merasa tidak bisa menjalankan tugas dari ibunya. Teringat tentang kenyataan bahwa pria itu sudah memiliki seorang kekasih.
"Tapi, Bu" Rose berusaha menolak tapi ibunya memaksa. Terpaksa dia pergi ke perkebunan. Rose melewati tanaman anggur yang sedang berbuah lebat dan sampai di kastil yang sangat jarang dilihatnya dari dekat. Selain para pelayan, tidak ada yang boleh mendekati kastil. Dia berjalan ke belakang kastil, tempat para pekerja biasanya diperintahkan datang untuk mengantar barang. Disana dia bertemu dengan salah satu pelayan dapur dan menyerahkan roti kismis buatan ibunya.
"Kau sudah sangat besar sekarang Rose. Dan cantik sekali" puji pelayan yang sudah lama tidak melihatnya itu.
"Terima kasih BI. Kalau begitu, saya akan pergi sekarang"
"Rose, katakan kalau aku berterima kasih pada ibumu. Tuan sangat menyukai roti kismis buatannya. Ini ada kismis segar untuknya. Dan uang untuk roti kismis satu minggu yang lalu"
Rose menerima semuanya dan berniat untuk berbalik pulang saat matanya bertemu dengan seorang pria yang seharusnya tidak dilihatnya.
"Selamat pagi Tuan" sapanya
Tidak ada balasan dari sapaan Rose, membuatnya berpikir kalau pria itu sudah pergi menjauh. Dia tidak mengira kalau pria itu kini berdiri tepat di depannya.
"Kau?" tanya pria itu.
Rose merasa sedikit kecewa karena pria itu ternyata tidak mengingatnya sama sekali. Padahal mereka bertemu di pesta walikota beberapa bulan lalu. Juga di perkebunan saat Rose membantu pekerjaan orang tuanya. Tapi ... itu memang wajar. Siapa Rose sehingga seorang pria bangsawan seperti Tuan Bruce harus mengenal dan mengingatnya?
"Saya Rose Warren, putri keluarga Warren. Salah satu pekerja perkebunan" jawabnya.
Angin berhembus dan membuat hidung Rose mencium aroma yangakrab. Namun dia tidak ingat pernah mencium aroma ini dimana.
"Tuan"
Rose menoleh dan melihat pengawal yang tidak pernah meninggalkan sisi pria itu. Sadar diri, Rose mundur selangkah, memberi ruang pria itu untuk melanjutkan perjalanannya. Mungkin memeriksa perkebunan. Pria itu melanjutkan perjalanannya setelah Rose menyingkir lalu menghentikan langkah sebelum terlalu jauh. Menoleh ke arah Rose dan menatapnya begitu lama.
"Kau, ikuti langkah kami!" kata pengawal memberi perintah padanya.
"Apa?" tanyanya tapi tidak berani melawan. Dengan penurut, dia melangkah tepat di belakang pengawal dan mengikuti perjalanan Tuan Bruce berkeliling perkebunan. Di tengah jalan, seorang mandor perkebunan bergabung untuk memberikan laporan pertumbuhan tanaman anggur yang saat ini lebih baik daripada tahun kemarin. Mandor itu langsung pergi setelah melapor sedangkan Rose masih mengikuti langkah Tuan Bruce sampai ke sebuah pohon besar dekat sungai. Tempat pemilik perkebunan bersantai setelah berkeliling.
Dia mulai berpikir ini saat yang tepat untuk pergi tapi pengawal menahan langkahnya. Lalu pengawal itu pergi meninggalkannya berdua saja dengan Tuan Bruce. Membuatnya bingung harus melakukan apa.
Tiba-tiba, pria itu duduk di atas hamparan rumput hijau. Memaksa Rose ikut duduk juga. Dia meluruskan kaki seperti apa yang dilakukan Tuan Bruce dan menatap jauh ke perkebunan anggur yang ada di bawah mereka.
Hamparan daun menghijau sebagai sumber nutrisi anggur yang sedang berkembang di bawahnya ternyata indah untuk dipandang. Dengan angin hangat berhembus dan suara derak dahan pohon, membuat suasana hening itu sangat berharga untuk Rose.
Apalagi, mengingat bahwa dalam waktu dua tahun ke depan dia tidak akan bisa melihat pria itu, membuat Rose menghargai tiap detik yang saat ini sedang berlalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Selfi Azna
aku penasaran kalau rose di asrama
2024-07-19
0
irish gia
si Bruce bakalan melancarkan ide apa kalo rose tinggal di asrama?? wkwkwwk
2024-05-28
1