"Ketenaran model itu semakin meningkat. Dia ingin berterima kasih padamu karena membuat artikel yang bagus"
Rose merasa senang dengan kabar yang dia terima pagi ini.
"Berterima kasih?"
"Iya. Dia mengirimkan tanda terima kasih dan bunga untukmu. Nanti sepulang kerja, kau ambil saja ke kantor redaksi"
"Tapi ... saya pulang malam sekali. Apa tidak bisa dikirim saja?"
"Baiklah. AKu akan mengirimkannya ke rumah kakekmu saja"
Rose terus tersenyum. Inilah tujuannya menjadi seorang reporter. Dia ingin membantu orang untuk mencapai kesuksesan. Berdoa semoga dia juga mendapatkan hal yang sama dengan semua artikel yang ditulisnya.
Sepulang kerja dia melihat bunga yang dikirim. Dai sudah membayangkan yang datang adalah buket bunga besar, tapi ... ternyata hanya satu tangkai mawar kuning. Dan tanda terima kasih yang dimaksud bukanlah uang, namun sebuah voucher makan di restoran ayam cepat saji. Restoran cepat saji tempatnya bekerja. Rose kecewa dengan apa yang diterimanya. Tapi itu tidak membuatnya ingin menulis hal buruk tentang model baru itu.
"Padahal meski bangkrut, dia adalah keturunan seorang pemilik perkebunan" katanya lalu meletakkan bunga di meja ruang tengah.
"Lihat wanita itu!!" seru Lidya begitu bersemangat.
"Aku sudah melihatnya"
"Dia menjadi Brand Ambasador restoran kita. Ternyata memang secantik itu ya. Aku mau mengambil gambar dengannya"
Lidya begitu bersemangat melihat model bernama Feyz Johnson itu. Sedangkan Rose kehilangan minat karena ucapan terima kasih yang telah diterimanya. Tapi dia tetap mengambil foto untuk keperluan pekerjaan keduanya. Paling tidak dia bisa menghasilkan artikel bagus dan dibayar oleh editornya.
"Bau apa ini??" tanya model itu begitu masuk ke dalam restoran, dengan nada tidak suka.
"Ayam" jawab Rose dalam hati.
"Memangnya bau apa kalau kau masuk ke dalam restoran ayam cepat saji?"
"Ohhhhh. Begitu enak sekali bau ayam ini. AKu ingin makan banyak ayam begitu aku menciumnya" kata model itu dengan gerakan tubuh yang tampak anggun.
"Aku yakin dia tidak pernah makan ayam goreng restoran kita" bisik Lidya membuat Rose tersenyum.
Proses pengambilan gambar untuk iklan restoran telah berakhir dengan cepat. Rose cepat membersihkan ruangan karena tidak lama lagi waktu makan siang akan segera datang. Saat dia ingin membuang air pel, Rose berpapasan dengan model itu. Padahal dia pikir model itu sudah pergi dari tadi.
"Jangan terlalu dekat!!" kata model itu menunjuk ember penuh air kotor yang dipegang Rose.
"Ohh, iya"
"Sial. Dasar pekerja kasar!!"
APA??? Pekerja kasar? Model itu tampak sangat anggun di depan banyak orang tapi kenapa bicara seperti itu padanya?
Rose kecewa. Harusnya dia tidak menulis artikel baik untuk wanita itu. Tapi uang hasil penulisan artikel sudah dia terima, jadi ... Rose hanya bisa menarik napas panjang dan membuang semua kekesalannya.
"KESAAAAAALLLLL" teriak Rose saat dia berada di atas ranjang. Siap untuk tidur malam itu. Dalam hati dia masih memendam kekesalan tentang kejadian tadi siang.
"Aku harus cepat kuliah dan menjadi reporter yang besar. Agar tidak ada orang yang berani merendahkanku" janjinya lalu perlahan mengantuk.
"BRAKKK"
Kepala Rose segera menoleh ke arah datangnya suara.
"Apa itu?" tanyanya.
Meski sebenarnya takut, dia bangun dari ranjang dan pergi ke ruang tengah yang gelap. Dia mencoba menyalakan lampu tapi nihil.
"Sial. Kenapa rusak lagi??" ujarnya kesal. Padahal belum satu minggu dia memperbaiki lampu itu. Rose melihat sekeliling dan menemukan sebuah vas bunga milik mendiang neneknya jatuh. Vas itu telah hancur berkeping-keping.
"Kekuatan angin sebesar apa yang bisa membuat vas berat seperti itu jatuh dan pecah?" pikirnya. Lalu dia tidak melihat satu-pun jendela yang terbuka. Itu artinya ... .
Sebelum dia bisa menemukan penyebab vas jatuh dan pecah, tiba-tiba udara terasa padat. Membuat tubuhnya mendadak terasa berat dan mengantuk. Sebelum terjatuh, sebuah bayangan hitam menangkapnya. Matanya melihat bayangan hitam itu memiliki wajah, tapi terlambat mengenali karena matanya terlanjur tertutup.
Mata Rose seakan berat sekali untuk terbuka. Tapi suara alarm yang terus berbunyi di dekat telinganya, menyuruhnya untuk segera bangun. Badannya terasa lemah sekali. Tak bertenaga. Dia tidak tahu kenapa.
"Semalam" katanya lalu mengingat kejadian semalam
Sebuah bayangan hitam menangkapnya lalu tubuhnya menjadi berat, seakan ditarik gravitasi terkuat.
"Bayangan"
Rose memikirkan tentang bayangan hitam besar itu. Dia sangat yakin bayangan yang dia lihat memiliki wajah, tapi Rose tidak bisa mengingatnya. Sekeras apapun dia mencoba, ingatan tentang wajah itu tidak muncul.
Karena badannya masih terasa lemah, Rose menghubungi teman kerjanya. Lidya menyarankan untuk meminta ijin tidak masuk kepada manajer restoran. Dan Rose melakukannya. Untungnya manajer restoran tidak mempermasalahkan ijinnya yang mendadak. Jadilah Rose berbaring lagi di atas ranjang. Mencoba untuk mengembalikan kondisi tubuhnya menjadi normal kembali.
"Rose ... Rose"
Seseorang sepertinya sedang memanggilnya, Rose membuka mata dan melihat wajah yang paling dia ingin lihat saat ini.
"Ibu!!"
Rose bangun dan segera memeluk ibunya. Tubuhnya masih lemah tapi lebih bertenaga daripada tadi pagi.
"Kamu sakit? Tidak kerja hari ini?" tanya ibunya.
"Tadi pagi aku bangun dan badanku terasa lemah. Jadi aku meminta ijin tidak masuk hari ini"
Dengan pandangan penuh kekhawatiran, Ibu Rose kembali memeluknya.
"Kamu pasti kelelahan. Kenapa kamu tidak pulang saja ke perkebunan. Gaji disana memang lebih kecil daripada bekerja di kota. Tapi tidak terlalu melelahkan"
"Ibu"
"Iya, ibu tahu. Semakin cepat kamu mengumpulkan uang maka semakin baik. Tapi ibu khawatir dengan keadaan putri ibu. Lagipula kamu sendiri disini. Untung saja ibu datang hari ini"
Dengan kedatangan dan masakan enak ibunya, tenaga Rose bisa segera pulih. Badannya tidak lagi lemah. Petang datang dan ibunya bersiap untuk pulang kembali ke perkebunan.
"Jaga dirimu baik-baik. Pulang saja kalau kamu merasa tidak sanggup lagi. Ibu akan mengusahakan biaya kuliah untukmu"
"Tidak perlu Bu. Aku masih sanggup" jawab Rose. Mereka berdua berjalan ke arah pintu depan lalu melihat sesuatu yang janggal. Kenop pintu tiba-tiba berputar padahal tidak ada satupun dari mereka memutarnya.
"Siapa itu??" teriak Ibu Rose. Kenop pintu berhenti berputar dan terdengar suara langkah menjauh dari rumah. Rose dan ibunya saling pandang dalam ngeri. Rose memberanikan diri untuk membuka pintu dan melihat keluar rumah.
"Tidak ada siapa-siapa" katanya.
"Lalu siapa yang tadi?"
Rose mulai berpikir mungkin saja kenop itu diputar oleh bayangan hitam yang dilihatnya semalam. Tapi dia tidak berani mengatakan apa yang selama ini dialaminya. Takut ibunya memaksa untuk pulang ke perkebunan.
"Aku akan menginap di rumah Lidya malam ini. Ibu tidak perlu khawatir"
"Apa kamu yakin? Apa ibu harus menginap disini?"
"Tidak perlu. Ibu tidak perlu khawatir"
Dengan keyakinan Rose, ibunya tidak khawatir lagi meninggalkannya sendiri di kota. Setelah ibunya pulang, Rose bersiap untuk pergi ke rumah Lidya. Malam ini dia tidak ingin berada di rumahnya. Dia tidak mau mengulangi apa yang dialaminya seperti semalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Selfi Azna
jangan begitu lagi Bruce
2024-07-19
0