Rose
Rose
Rose!!!
Rose tersadar dari lamunannya dan melihat Lidya yang ada di sebelahnya.
"Apa kau melamun? Kau tidak boleh melamun di pesta seperti ini. Cepat kembali ke dapur mengambil minuman. Bakimu sudah kosong!"
Rose melihat bakinya dan sadar kalau tidak ada apapun di atasnya. Dia segera berjalan kembali ke dapur dan mengambil baki dengan penuh minuman. Bagaiman bisa dia melamun saat bekerja di pesta seperti ini? Seharusnya dia fokus, meski harus tertegun untuk sementara waktu karena melihat seseorang penting yang datang.
Bruce Cohn.
Pria pemilik perkebunan anggur dimana ayahnya menjadi pekerja disana. Pemilik tunggal kastil dimana dia sering bermimpi menjadi putri disana. Pria itu telah berubah sejak kematian kakeknya. Tapi dia bersyukur dapat melihat pria itu setidaknya sekali lagi seumur hidupnya. Karena sebagai putri pekerja perkebunan, dia tidak memiliki hak mengenal penerus keluarga Cohn sama sekali. Jadi, dia akan menyimpan kenangan ini sebagai sesuatu yang berharga dalam hidupnya.
Rose melakukan pekerjaannya dengan lancar tanpa hambatan sama sekali sampai Lidya memujinya. Pesta akan segera berakhir lalu dia melihat pria itu tidak ada di tempatnya. Pengawal pria itu tampak berjaga di taman sebelah Utara rumah walikota.
Tidak mengharap apa-apa dia berjalan ke arah taman Utara dari jalan yang lain. Jalan dimana pengawal pria itu tidak melihat. Lalu dia menemukan pria itu berdiri melihat langit yang gelap tanpa bintang.
Begitu tinggi dan tampan dengan jas serta mantel berwarna biru gelap. Rose menangkap segala detail tentang pria itu dalam otaknya. Seakan menghasilkan karya seni di pikirannya. Kemudian laki-laki itu terhuyung ke arah kiri. Seperti hendak pingsan. Rose bergerak maju tapi pria itu kembali berdiri dengan tegak.
Dengan seluruh keberaniannya, Rose mendekat dan menawarkan minuman yang ada di bakinya. Pria itu awalnya hanya menatapnya tepat di mata. Tapi tidak mengindahkan apa yang ditawarkannya. Setelah berulang kali mencoba akhirnya pria itu mengambil satu minuman yang ada di baki Rose.
Dia kembali ke dapur dan mengambil baki penuh dengan kudapan kecil. Rose berjalan ke taman Utara lagi dan menemukan pria itu masih ada disana. Dia menawarkan makanan yang dibawanya. Pria itu menolaknya, tapi Rose tidak menyerah. Dia menahan pria itu dengan segala hal yang dikatakannya.
Pria itu tidak memperhatikan apa yang dikatakannya dan segera pergi. Meninggalkan Rose sendiri di taman yang sepi. Saat dia kembali ke pesta, pria itu sudah lama pergi. Mungkin kembali ke kastilnya di perkebunan yang luas itu.
"Bagaimana? Cukup bagus hasilnya?" tanya Lidya saat mereka dalam perjalan pulang lengkap dengan uang hasil pekerjaan malam ini.
"Sangat bagus" kata Rose. Seandainya saja ada banyak pekerjaan seperti ini dalam setengah tahun ke depan. Mungkin Rose bisa masuk Universitas lebih awal dari yang dia bayangkan. Tapi dia tidak ingin bermimpi terlalu jauh. Karena mendapat pengalaman seperti ini saja merupakan hal yang langka dalam hidupnya. Kini pikirannya penuh dengan suasana pesta yang bisa dia tuangkan dalam tulisan. Tulisan yang mudah-mudahan dapat dimuat dalam laman berita dan mendatangkan penghasilan tambahan untuknya.
Sesampainya di rumah Rose meletakkan semua barangnya di lantai dan berbaring di ranjang. Melelahkan juga bekerja sebagai pelayan di sebuah pesta yang besar. Meski jumlah pelayan sangat banyak, tapi pekerjaannya juga lebih banyak lagi. Dia memaksa dirinya untuk bangun dan melihat laptop di atas meja.
Berpikir apakah dia akan mencurahkan semua pengalamannya malam ini atau mandi dan beristirahat. Dia berpikir sejenak lalu melepas kemeja putih, rok hitam dan duduk di depan meja hanya dengan pakaian dalam saja.
Rose mulai mengetik semua yang dilihatnya dalam pesta malam ini. Semua hiasan, makanan, minuman, tamu dan juga penataan duduk pesta. Tidak lupa dia menambahkan pemilik acara, yaitu walikota yang memiliki badan cukup pendek dengan perut buncit yang menonjol. Juga beberapa wanita dengan tampilan mencolok yang mendekati beberapa pengusaha kaya.
Lalu dia berhenti mengetik. Rose ingin memasukkan tamu paling banyak diperbincangkan dalam pesta, tapi dia ragu. Dia kembali mengetik.
"Pria tampan dengan wajah putih pucat. Tinggi melebihi pria lain. Setelan jas dan mantel berwarna biru gelap yang melengkapi tampilan elegan. Datang dengan pengawal yang setia menemaninya. Menyingkirkan wanita bahkan orang kaya yang ingin mendekatinya demi ketenaran sesaat." katanya lalu melihat lagi tulisannya tentang pria itu.
Kenapa kesannya dia mengagumi pria itu? Seakan dia sangat terkesima dengan penampilan pria itu. Tidak. Dia tidak boleh seperti ini.
Rose berdiri dari kursinya dan pergi ke kamar mandi. Dia tidak boleh menulis lebih dari hal normal tentang pria itu. Rose menyalakan air dan mulai membersihkan diri. Air hangat yang mengguyur tubuhnya menghilangkan segala penat dan lelah yang tertinggal.
Dia keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk menutupi dada sampai paha juga rambutnya yang basah. Rose lalu duduk kembali di depan laptop dan melihat tulisannya lagi. Dia kembali mengetik semua hal-hal yang masih tertinggal di otaknya tentang pesta malam itu lalu handuknya terlepas, namun dia tidak peduli dan terus bekerja.
Sepuluh menit kemudian dia berdiri, melepas handuk yang berada di rambut dan mengeringkannya. Memilih baju tidur untuk beberapa waktu dan memakainya dengan cepat. Setelah memastikan rambutnya mengering dengan baik, Rose berbaring di ranjang dan memeluk bantalnya. Nyaman sekali, kemudian tak lama dia tertidur.
Seseorang yang berada di dalam rumah itu selama satu jam terakhir keluar dari persembunyiannya. Pria itu mendekat ke ranjang dan melihat bentuk tubuh Rose yang tidak tertutup gaun tidur menerawangnya.
Tiba-tiba tangan pria itu terulur, membelai lekuk tubuh Rose. Dalam mimpi, Rose sedang berada di sebuah spa yang mewah. Dia berbaring di atas matras yang empuk dan sepasang tangan menyentuh tubuhnya dengan lembut.
Dia merasa sangat nyaman dengan sentuhan tangan itu. Saat tangan itu bergerak ke bagian dadanya, Rose menggeliat. Dia menikmati saat dadanya diremas oleh sepasang tangan besar yang kuat itu. Lalu desahan keluar dari bibirnya tanpa sadar.
Lalu tangan itu bergerak ke bawah. Ke perutnya kemudian ke pangkal paha Rose. Rasa sakit pekat di bagian bawah perutnya bertambah saat tangan itu menyentuh bagian pribadinya. Desahannya bertambah cepat dan kencang lalu tiba-tiba Rose terbangun dari tidurnya. Dia melihat sebuah bayangan hitam yang besar di hadapannya. Tapi saat dia mengedip, bayangan itu telah sirna.
Apa sebenarnya yang terjadi? Tanya Rose pada dirinya sendiri. Apa dia terlalu lelah sampai bermimpi yang tidak-tidak? Sungguh memalukan. Bagaimana bisa seorang gadis sepertinya bisa bermimpi hal yang vulgar seperti itu? Karena masih mengantuk, Rose kembali tidur dan tidak memperhatikan seorang pria yang menatapnya penuh dengan nafsu dalam bayangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Selfi Azna
kenapa Bruce ga bisa nampak sama orang,, padahal dia berada diruangan yg sama??????
2024-07-19
0
irish gia
Bruce kan inih???
2024-05-23
1
Santi450
lanjut kak
2024-03-20
1