Bab 6

"Ini biodata gadis yang Anda temukan, Tuan. Anda benar, gadis itulah penulis artikel tentang mobil hitam misterius yang beredar di masyarakat." lapor pengawal pada pria yang sedang menikmati anggur merahnya.

Pria itu mendekat ke arah meja dan mengambil biodata gadis yang dimaksud pengawalnya.

Rose Warren, 19 tahun. Pekerja di salah satu restoran ayam cepat saji di pusat kota. Tinggal di rumah peninggalan kakek neneknya di pusat kota. Dan ...

Pria itu melihat nama Warren dan mengingat seorang gadis dengan rambut ekor kuda yang berlari disekitar kastil sepuluh tahun lalu.

"Dia ... "

"Putri dari salah satu pekerja perkebunan anggur Tuan"

Ternyata, gadis kecil itu sudah tumbuh dewasa dan tinggal di pusat kota. Pria itu duduk di depan meja dan melihat foto gadis itu di tangannya.

Keesokan harinya, pria itu terbangun oleh suara troli makanan kepala pelayan yang masuk ke dalam kamarnya.

"Selamat pagi, Tuan. Saya membawakan sarapan sederhana untuk Anda. Saya harap Anda memakannya sebelum memulai aktivitas hari ini."

Pria itu membuka matanya dan melihat sinar matahari yang menyilaukan matanya. Dia tidak suka tapi malas mengatakan keinginannya pada kepala pelayan tua itu.

Tidak ada suara untuk beberapa menit, Pria itu pikir kepala pelayan telah pergi. Dia berbalik dan melihat orang tua itu berdiri di samping ranjangnya.

"Anda harus datang ke pesta pelantikan walikota malam ini. Saya telah menyiapkan setelan jas untuk Anda"

Pria itu melihat undangan yang ada di tangan kepala pelayan tuanya. Dia mengingat laki-laki dengan perut buncit menjijikkan beberapa hari yang lalu dan merasa ingin muntah. Bagaimana bisa kota Veneto ini dipimpin oleh laki-laki seperti itu?

"Mobil akan siap sebelum pukul tujuh malam" kata kepala pelayan tua itu lalu melangkah pergi.

Pria itu tidak ingin datang pada pesta penyambutan walikota. Tapi ini adalah tugas yang diturunkan oleh kakeknya pada pria itu. Dia tidak bisa mengelak dari kewajiban yang harus dijalankannya.

Pukul tujuh malam, pria itu berangkat ke pesta pelantikan walikota baru. Mobil yang membawa orang-orang kaya dan terhormat di kota Veneto berderet rapi menuju rumah tugas walikota.

Saat pria itu keluar dari mobil, hampir semua orang seakan berhenti bergerak hanya untuk melihatnya. Pria itu merasakan tatapan yang meresahkan hatinya tapi tetap berjalan ke dalam rumah walikota dengan pengawalnya.

"Tuan, itu walikota yang baru"

Tanpa diberitahu oleh pengawalnya, pria itu tahu pasti tuan rumah yang harus dia sapa. Dia berjalan pelan menuju laki-laki yang dimaksud dan menunggu giliran untuk menyapa walikota baru.

"Selamat malam Tuan Bruce Cohn" kata walikota dengan mendongak dan memperjelas perut buncitnya.

Bruce, pria dengan wajah pucat yang merupakan pewaris satu-satunya keluarga Cohn menunduk seakan merendahkan walikota baru yang ada dihadapannya.

"Selamat" katanya singkat.

"Terima kasih Tuan Cohn. Saya sangat senang Anda dapat hadir di pesta ini. Silahkan ... Silahkan" ucap laki-laki pendek berperut buncit itu lalu menunjuk tempat duduk paling depan. Padahal Bruce tidak suka tempat yang mencolok seperti itu. Dia tidak menjawab permintaan walikota dan berjalan ke tempat yang diinginkannya.

"Bukankah itu Tuan Bruce Cohn?"

"Baru kali ini aku melihatnya"

"Tampan dan tinggi sekali, tapi ... "

"Kenapa pria itu tampak sangat mengerikan? Apalagi pengawal yang selalu mengikuti di belakangnya? Seakan siap membunuh siapapun yang berani mendekat"

Bruce mendengar semua perbincangan yang diakibatkan oleh kehadirannya di pesta ini. Sebagian besar berasal dari kalangan muda yang belum pernah sekalipun melihatnya.

"Bruce!" panggil seseorang dan Bruce menoleh ke arah kiri. Seorang pria tua dengan tongkat kayu di genggaman memanggilnya. Bruce mengenali pria dengan tuksedo dan topi hitam tingginya itu.

"Tuan Johnson" sapa Bruce saat menghampiri pria tua yang merupakan pemilik Chalk Hill Estate. Perusahaan properti lama yang ada di kota Veneto sekaligus sahabat kakeknya itu.

"Senang melihatmu setelah beberapa tahun yang lalu"

Bruce tidak tersenyum, dia hanya menunduk. Mengingat hari dimana mereka bertemu disaat kakeknya meninggal sepuluh tahun yang lalu.

"Anda sehat" katanya dengan pandangan sendu. Seandainya saja kakeknya tidak bekerja terlalu keras, pasti kedua pria tua itu akan bersenang-senang di pesta seperti ini.

"Tidak juga. Tubuhku sudah renta. Hanya keinginanku untuk dianggap sebagai pengusaha saja yang berhasil membawaku kemari"

Setahu Bruce, Chalk Hill Estate memang sudah berakhir riwayatnya. Bangkrut karena pertikaian keturunan Tuan Johnson yang tidak pernah berhenti.

"Semoga Anda tetap sehat" kata Bruce lalu menjabat tangan sahabat kakeknya.

"Terima kasih Bruce. Aku sangat menghargai kau mau menyapaku"

Bruce mengangguk lalu pergi menuju tempat dimana dia ingin duduk di pesta ini. Dia diam disana dan pesta dimulai.

Satu persatu pengusaha dan orang kaya baru mulai mendekati Bruce. Ingin memanfaatkan perkenalan singkat itu sebagai batu loncatan untuk bisa lebih terkenal atau diterima di kalangan atas. Sayang sekali semua orang itu tidak bisa mendekati Bruce. Karena pengawalnya selalu siap untuk menghentikan mereka.

Tapi karena melihat terlalu banyak orang di pesta, membuat Bruce merasa sesak. Dia berjalan menjauh dari pesta dan sampai di sebuah taman yang sepi. Akhirnya Bruce bisa bernapas lega di tempat ini.

"Silahkan" kata seseorang dengan menjulurkan segelas air pada Bruce. Dia melihat gadis itu. Gadis yang menulis artikel tentang mobilnya. Gadis yang dipergokinya bersembunyi di balik pohon. Gadis yang dibopongnya ke dalam mobil. Gadis yang ternyata adalah anak kecil berambut panjang ekor kuda sepuluh tahun lalu.

Bruce hanya menatap mata gadis yang mirip seperti mata kelinci itu, tanpa bereaksi sama sekali. Gadis itu tampak tidak tahu apa yang harus dilakukan lalu menawarkan minuman yang lain yang ada di baki tangannya.

"Apa Anda lebih suka jus jeruk? Atau anggur merah? Anggur putih? Bir? Apa perlu saya ambilkan kudapan kecil?" tawar gadis itu tidak merasa takut sama sekali dengannya.

Bruce mendekati gadis itu dan memilih salah satu minuman yang ada di baki. Memiliki harapan gadis itu akan segera pergi setelah dia mengambil minuman yang ditawarkan. Tak lama gadis itu memang pergi tapi kembali lagi. Kali ini dengan berbagai kudapan kecil di bakinya.

"Apa Anda ingin pie daging? Atau kue coklat kecil dan apa ini? Tomat dengan keju?"

Jelas sekali gadis itu tidak mengerti apapun tentang makanan yang dibawanya. Bruce memang tidak suka keramaian. Tapi dia juga tidak suka terus diikuti oleh gadis itu. Dia berencana meninggalkan gadis itu tapi langkah kecil menghentikannya.

"Anda tampak berbeda dengan sepuluh tahun lalu Tuan muda. Senang melihat Anda setelah sepuluh tahun ini. Semoga Anda tetap menjalankan perkebunan dan kilang anggur persis sama seperti kakek Anda. Selamat malam"

Gadis itu meninggalkannya sendiri setelah berbicara panjang lebar. Gadis itu ternyata mengenalinya. Padahal dia sangat jauh berbeda dari sepuluh tahun lalu. Dia lebih kurus, pucat dan tidak bersemangat untuk hidup daripada sepuluh tahun yang lalu saat kakeknya masih hidup.

Dengan langkah pasti, Bruce meninggalkan pesta. Tanpa berpamitan dengan walikota atau siapapun yang ada disana. Dia hanya pergi dan kembali ke kastil tempatnya tinggal.

Terpopuler

Comments

lhe2020

lhe2020

knp ceritanya bagus tp pembaca sepi

2025-03-07

0

Selfi Azna

Selfi Azna

pd kemana readers nya,, padahal cerita nya seru,, ga tipo

2024-07-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!