Disisi lain Lily masuk mengendap endap kedalam kamar karena dalam aturan rumah itu mereka dilarang pulang melebihi jam 9 malam dan malam ini Lily terlambat.
“Terlambat satu jam” ucap Willy sembari menuang air putih kedalam gelas.
Lily memejamkan mata sembari menggigit bibirnya lalu berbalik dan melihat Willy.
“Sebenarnya hari ini...”
“Aku tidak perduli kau kemana tapi jika terjadi sesuatu pada mu tuan Lee akan marah pada ku jadi jangan menjadi beban setidaknya selama kau tinggal disini” ucap Willy.
Lily mengerutkan kening mendengar ucapan pria itu bahkan Willy terlihat lebih dingin padahal sebelumnya pria itu cukup hangat.
“Tapi aku...”
“Aku tidak ingin mendengar alasan bagi ku terlambat tetap terlambat”
“Maaf”
Willy berjalan melewati lily begitu saja dengan membawa air minum, Lily tahu ia salah dan melanggar peraturan yang mereka buat namun perkataan Willy sedikit kejam baginya.
***
Satu dua tiga hari berlalu Leander tidak terlihat di rumah, saat Alea bangun pria itu pergi entah kemana dan saat Alea tidur baru ia datang hanya sekedar memperbaiki selimut Alea.
Gadis itu merasa kesepian karena tidak ada yang bisa ia ajak bicara, Lily pergi bekerja setiap hari dan mereka tidak bisa bertemu meskipun rumah mereka hanya terhalang pintu.
“Haahh ini bukan kehidupan manusia bahlan aku belum bicara dengan siapapun selama tiga hari” ucap Alea sembari mengusap wajah frustasinya.
Ini sudah malam keempat dirinya tidak bertemu dengan siapapun dan itu cukup meresahkan bagi Alea.
“Aku harus keluar setidaknya untuk bertemu angin”
Tiba tiba ia teringat dengan rooftop pasti rooftop apartmen itu sangat bagus, Alea berpikir ia harus kesana untuk melihat kehidupan.
Gadis itu membawa beberapa minuman dan laptop ke atas, tempat itu bukan pilihan yang salah karena lokasinya sangat cocok untuk menuangkan pikiran.
“Baiklah jangan hiraukan seluruh orang yang pergi dari rumah mari pikirkan naskah selanjutnya” ucap Alea.
Gadis itu meletakkan laptop dan minuman di meja kecil persegi dan kursi yang seharusnya untuk dua orang namun sayang Alea hanya sendiri.
Beberapa kali Alea meneguk minuman menatap gedung gedung di sebelahnya. Tiba tiba Leander terbesit dalam pikirannya dan ia merasa ada sedikit rindu dalam hati.
“Hahh kenapa dia melakukan ini aku tidak mengerti apa tujuannya” ucap Alea.
Disisi lain Leander kembali setelah jam 11 malam, ia tahu Alea sudah tertidur lelap dijam itu. Leander berjalan ke kamar Alea untuk memperbaiki selimutnya seperti biasa namun malam ini kamar itu tampak kosong.
Leander mencari ke beberapa kamar namun tidak ada dan memang tidak ada orang di rumah itu. Leander mencari dengan kekuatannya dan menemukan Alea sedang duduk di rooftop.
“Kenapa kau disini” ucap Leander.
“darimana kau tahu aku disini” ujar Alea.
“Ahh aku lupa sedang bicara dengan dewa” ucap Alea lagi.
Tampaknya gadis itu sudah mabuk karena menghabiskan beberapa botol minuman beralkohol.
“Ayo kembali” ucap Leander.
Alea menggelengkan kepala dengan cepat “Tidak aku tidak ingin ke rumah aku ingin tetap disini setidaknya ada angin yang bisa ku ajak bicara” ucapnya.
Leander terdiam sesaat lalu duduk di kursi sembari menatap Alea.
“Entah sejak kapan aku merasa aku hanya menjalani hidup tapi tidak menikmati kehidupannya”
“Aku merasa hidupku tidak perlu dipertahankan lagi tapi aku juga tidak bisa mengakhirinya”
“Kau jahat sekali membiarkan ku hidup seperti ini padahal aku bisa menikmati hidup saat pertama kali tinggal disini tapi kenapa kau pergi setiap hari apa dewa memang sesibuk itu?”
Leander terdiam mendengar celotehan gadis itu dan membiarkan Alea berbicara sesuka hatinya.
“Kembali ke kamar mu setelah selesai” ucap Leander.
“Cihh!!” Alea hanya membalas dengan senyum sinis.
“Aku tidak akan ke rumah mu itu terlalu mewah untukku, aku akan kembali ke rumahku”
“Tidak bukan begitu....”
“Kau tahu aku berbohong pada kakak ku mengatakan rumah kami disewa agar ia tidak datang kesana dan aku tidak memberitahunya jika aku sedang tinggal dengan pria asing yang bahkan aku pun tidak tahu siapa”
“Kakak? Kau memiliki....”
“Ya bahkan aku hanya mengajak kakak ku makan di restoran kecil”
Jadi pria itu adalah kakaknya tapi kenapa terlihat sangat romantis.
“Dia selalu melindungi ku sejak kecil dan dia tidak akan membiarkan siapaun menyakiti ku tapi hari itu aku berbohong padanya”
Leander kembali tersenyum setelah menyadari kesalahpahamannya, pria itu seharusnya bertanya bukan menghilang berhari hari.
Akhirnya Alea tidak sanggup bicara dan tidur dikursi, alih alih menulis naskah ia hanya menikmati angin dan minuman.
Leander membuka cardigannya untuk menutupi tubuh Alea yang terkena angin malam.
“Apa kau bisa tidak meninggalkan ku lagi” gumam Alea dengan suara kecil namun Leander mendenganrya.
Pria itu mengangguk lalu mengangkat tubuh Alea dan memindahkannya ke kamar. Leander menutup tubuh Alea dengan selimut sembari membelai rambutnya.
“Apa aku boleh berharap kau merindukan ku” ucap Leander.
Pria itu menatap Alea dengan sangat tulus namun ia ragu jika Alea akan menyukainya jika ia tahu ribuan tahun yang lalu ia mati karena Leander.
Keesokan harinya Alea terbangun dari tidur ia melihat Lily sedang duduk menatapnya.
“Kau sedang apa disini kau tidak bekerja?” tanya Alea sembari memegang kepalanya yang pening.
“Kau bahkan tidak tahu ini hari libur” jawab Lily dengan ketus.
“Ahh kepala ku sangat pusing”
“Ini minumlah” Lily memberikan minuman pereda pengar pada gadis itu “Lagipula kenapa kau mabuk di rooftop kau tidak takut tanpa sadar melompat dari atas”
Ceklek
“Kau sudah bangun keluarlah sarapan”
Alea menjatuhkan obat yang hendak dia minum setelah melihat Leander membuka pintu dan ia mulai mengingat apa yang terjadi tadi malam.
“Siapa dia?” tanya Alea.
“Kau gila dia penyelamat mu tuan Leander”
“Astaga”
Alea menyembunyikan wajahnya dengan selimut karena tingkahnya tadi malam cukup memalukan apalagi saat Alea secara terang terangan meminta Leander tidak pergi.
“Kenapa dia disini bukankah dia tidak ada disini saat pagi hari” ucap Alea.
“Tuan Leander sepertinya Alea ingin mengatakan sesuatu dengan mu” Ucap Lily.
Alea membulatkan mata di balik selimut dan memegang pergelangan tangan Lily agar tidak pergi dari kamarnya.
“Baiklah”
Leander mendekati Alea setelah Lily memaksa gadis itu melepas tangannya dan meninggalkan keduanya dengan menutup pintu.
“Kau baik baik saja?” tanya Leander.
Alea membuka sedikit selimutnya sembari menatap wajah prai itu yang terlihat segar.
“Aku? Ya kurasa aku baik baik saja” jawab Alea.
“Bersiaplah kita akan sarapan bersama” ucap Leander.
“Bersama?”
Leander mengangguk dengan sedikit senyum dan itu cukup untuk membuat jantung Alea meledak namun ia menampar dirinya agar cepat tersadar.
“Baiklah” jawab Alea.
“Kau tidak sibuk hari ini? Aku tidak pernah melihatmu di rumah beberapa hari”
Leander hanya membalas dengan senyum tidak mungkin ia mengatakan ia pergi karena tidak ingin melihat Alea bersama pria lain.
“Keluarlah kita akan sarapan” ucap Leander lalu berjalan keluar dari kamar gadis itu.
Alea merasa senang akhirnya Leander memiliki waktu setidaknya dalam sehari ia bisa melihat pria itu walau hanya sebentar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments