Beberapa detik kemudia Lily mengusap matanya saat Willy terlalu dekat ditambah tangan pria itu menyentuh kepalanya.
“Apa yang kau lakukan!” ucapnya sembari menghempas tangan Willy dari kepalanya.
“Aku ingin memesan minuman yang kau rekomendasikan” ucap Willy.
Permintaannya tidak lagi yang sama seperti Leander, Lily mengangguk lalu bangun dan pergi membuatkan minuman.
Willy menunggu dengan sabar sembari menatap sekitar jalanan dan rasanya cukup sepi padahal itu adalah hari kerja normal manusia.
“Kenapa sepi sekali?” gumamnya.
“Ah ya itu akibat banyak karyawan yang sakit karena kelelahan mungkin karena jam kerja mereka terlalu banyak akhirnya mereka dirawat” ucap Lily yang mendengar ucapan Willy.
Beberapa saat minuman hasil rekomendasi Lily jadi dan ia memberikannya pada Willy.
“Ini tidak sama dengan tuan Lee” ucapnya sembari memperhatikan segelas thaitea.
“Coba saja”
Willy mengangguk sembari menyedot minumannya meskipun tidak terlalu yakin namun setelah minuman tersebut merasuki tenggorokannya Willy tidak berkata apa apa.
“Hei kau peri minuman? Kenapa racikan mu sangat enak” ucap Willy.
Lily tersenyum bangga dengan keterampilannya membuat minuman dan sejauh ini dua orang itu sangat memuji rasa minumannya padahal itu minuman yang sudah familiar.
“Ah ya anggap saja itu sebagai rasa terima kasih telah membantu ku” kata Lily.
“Tidak aku datang untuk menyerahkan ini”
Willy memberikan segepok uang dengan jumlah yang sama seperti Leander.
“Hahh kenapa orang orang kaya ini membuang buang uang seperti tidak membutuhkan saja” gerutu Lily.
“Apa ini cukup....”
“Tuan uang tuan Leander saja sudah cukup untuk biaya minum kalian selama satu bulan bahkan ada sisa jadi berikan uang itu nanti setelah uang yang diberikan taun Leander sudah habis”
Lily mengembalikan uang yang diberikan oleh Willy meskipun sebenarnya ia sedang membutuhkan uang sebab di kampungnya Lily banyak terjerat hutang orang tuanya sendiri.
Willy mengangkat bahu dan memasukkan uangnya kembali kedalam kantong, ia tidak menduga bumi cukup layak untuk ditinggali dewa karena banyak hal yang tidak ia ketahui.
*
Rumah Leander
Pria itu merebahkan tubuhnya untuk beberapa saat karena kepalanya berpikir terlalu banyak mengenai Alea gadis aneh yang tidak bisa kena sihirnya.
Untuk beberapa saat ia sempat berpikir bahwa Alea adalah seseorang yang sedang ia cari beribu ribu tahun yang lalu namun mustahil orang itu adalah Alea sebab sifatnya berbanding terbalik.
“Tuan Lee sepertinya manusia sedang dalam masalah kebanyakan dari mereka sakit tanpa sebab” ucap Willy.
Leander membuka matanya lalu melempar bantal yang menopang kepalanya.
“Ckk!!”
Pria itu membangunkan tubuhnya dari sofa yang empuk lalu menyilangkan kaki sembari berpikir.
“Kali ini bukan Iblis dia hanya roh jahat yang mengambil energi manusia untuk tetap hidup” ucap Leander.
“Roh jahat? Dimana kita bisa menemukannya?” tanya Willy.
“Tidak jauh dia masih bisa bersenang senang sebelum aku menangkapnya”
Willy mengangguk dan mempercayai uacapan Leander, ia yakin sepenuhnya Leander bisa mengatasi hal kecil seperti itu.
Namun konon katanya akan ada saatnya bumi di hancurkan oleh mahluk astral yang memiliki kekuatan luar biasa dan itu sudah tertulis di beberapa buku pelajaran hanya saja tidak ada yang bisa membuktikan kebenarannya.
Leander mengambil ponselnya di meja lalu menghubungi Alea.
“Kau dimana aku perlu membicarakan sesuatu dengan mu” ucap Leander.
“di rumah” jawab Alea dengan lemah.
Leander mengecek ulang nomornponsel yang ia tekan namun sudah pasti benar karena hanya nomor gadis itu dan willy yang disimpan.
“Kau sakit?” tanya Leander.
“Mm”
Leander kembali mengerutkan kening beberapa kali mendengar suara Alea melemah.
“Kita biacara lain kali saja istirahatlah” ucapnya.
Kali ini Leander tidak mendapat jawaban apapun bahkan setelah Leander memanggilnya beberapa kali dia tidak menjawab.
“Ada apa tuan Lee?” tanya Willy setelah Leander memtuskan sambungan.
“Aku akan pergi sebentar”
Sekejap mata Leander menghilang dari hadapan Willy dan berpindah ke rumah Alea tepatnya di kamar gadis itu.
Leander melihat Alea sedang meringkuk dan memejamkan mata, wajahnya terlihat memerah dan saat leander memegangnya terasa sangat panas.
Dia bertemu dengan roh itu
“Kau punya obat?” tanya Leander.
“Di-di laci meja” jawabnya sembari menunjuk laci.
Leander berajalan mengambil obat lalu memberikannya kepada Alea dan pria itu membantunya duduk meminum obat.
Setelah selesai Alea kembali merebahkan tubuhnya sembari memegang pelipis, Leander menyingkirkan tangan gadis itu dan memijat peilpisnya dengan lembut.
“Kau bertemu roh jahat?” tanya Leander.
“Aku tidak mengerti maksud mu” jawab Alea.
“Kau bukan sakit karena fisik mu melemah tapi karena kau bertemu dengan roh jahat yang menghisap energi manusia”
“Entahlah hari ini sangat melelahkan” ujar Alea.
Gadis itu membiarkan Leander memijat pelipisnya dan terasa lebih baik sebab Leander diam diam mencoba kekuatannya dan berhasil.
“Hei rasanya sedikit lebih baik dan aku tidak merasakan apapun”
Ucap Alea dan langsung bangun dari posisi tidurnya.
Kenapa kekuatan ku bisa berfungsi untuknya sekarang sebenarnya ada apa ini
“Baiklah karena kau sudah baik baik saja aku akan pergi”
“Tunggu mm kau sudah makan?” tanya Alea ragu.
“Ahh ya aku lupa kau bukan manusia...”
“Dewa juga berwujud manusia dan ditakdirkan memiliki rasa lapar” ucap Leander sebelum Alea melanjutkan kalimatnya.
“Benarkah? Aku belum makan sejak tadi kau mau menemani ku makan malam?” tanya Alea.
Leander berpikir cukup lama sebelum akhirnya menyetujui gadis itu, Alea membawa Leander keluar dari kamar menuju meja makan.
“Kau mau mie instan?”
“Ku dengar itu tidak sehat” jawab Leander.
“Haahh aku akan memasak dua lalu kita makan di rooftop rasanya akan lebih enak dua kali lipat”
Alea tersenyum cukup manis hingga membuat Leander ikut tersenyum meski setipis tisu. Beberapa saat kemudian mie yang disiapkan Alea selesai dan keduanya beralih ke rooftop.
Alea memang pintar memilih tempat untuk menikmati sesuatu buktinya rooftop apartmen yang ia tinggali tidak kalah bagus dengan tempat ia berpikir kemarin.
“Makalanlah” ucap Alea.
Melihat gadis itu menyeruput mie dengan lahap membuat Leander bernafsu untuk memakan makanan di depannya dan mie bukan pilihan yang buruk untuk dimakan.
“Bagaimana?” tanya Alea.
Leander mengangguk puas dengan makanan tersebut “Lumayan” jawabnya.
“Aku dan Lily sering duduk disini untuk makan atau mengobrol saat banyak masalah”
“Benarkah”
Alea mengangguk semangat dan menceritakan beberapa hal konyol pada Leander yang membuat pria itu tidak berhenti tersenyum.
“Kalian hidup dengan baik disini” ucap Leander.
“Kami harus bertahan hidup di dunia yang penuh tekanan ini jika kami menyerah entah apa yang akan terjadi” ujar Alea sembari melepas cup mie instan di tangannya.
Dalam obrolan mereka Alea tidak sengaja melihat bunga mati di dalam pot sepertinya bunga itu sudah lama tidak dirawat oleh pemiliknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments