Beberapa saat kemudian keempatnya selesai sarapan dan mereka berkumpul di ruang tamu, Alea dan Lily tertawa bersamaan setelah melihat video lucu di ponsel mereka.
“Apa yang mereka tonton sampai tertawa seperti itu?” tanya Leander pada Willy yang duduk berdampingan.
“Entahlah” jawab Willy.
“Mereka sangat tampan aku tidak sanggup melihatnya” ucap Alea.
“Siapa dia!” saut Leander.
Alea dan Lily menghentikan tawa mereka setelah mendengar suara mengerikan.
“Si-siapa apa?” tanya Alea.
“Siapa yang kau bilang tampan!”
“Ahh ini...” Alea merasa tidak perlu menjelaskan karena Leander akan pergi menemui pria itu.
“Ini bukan apa apa ah ya apa yang kita lakukan sekarang kalian mau ke taman bermain?”
Alea mengalihkan pembicaraan agar pria itu tidak fokus pada ucapannya tadi.
“Astaga aku sudah lama tidak kesana ayo kita pergi” dukung Lily.
Keduanya terlihat begitu bersemangat namun Leander dan Willy serempak membuang wajah agar mereka tidak berharapa keduanya akan pergi.
“Kita berdua saja” ucap Alea.
“Tidak!” tolak Leander dan Willy bersamaan.
“Kami akan baik baik saja disana tempat yang ramai” saut Lily.
“Kami akan ikut” ucap Leander.
“Kami?”
Willy mencoba memastikan kata KAMI bukanlah dirinya yang termasuk namun ekspresi Leander sudah memastikan dirinya akan ikut.
Alea dan Lily adu tos berlari ke kamar untuk bersiap siap setelah itu keduanya kembali dengan pakaian santai.
“Ayo jalan” ucap Alea sembari mengulurkan tangannya pada Leander yang terlihat malas.
Leander menatap Alea dari bawah hingga ujung kepala dan ia tidak akan bisa menolak keinginan gadis itu, Leander meraih tangan Alea dan berdiri sedangkan Lily dan Willy hanya melihat keduanya.
Beberapa saat kemudia keduanya sampai di taman bermain yang dimaksud Alea, ada banyak wahana yang bisa dimainkan disana dan itu membuat dua gadis tersebut bersemangat.
Alea dan Lily berlari lari mengitari taman barmain dan memilih apa yang harus mereka naiki lebih dahulu sedangkan Leander dan Willy sibuk memperhatikan manusia dan banyak diantara mereka adalah roh yang menyamar menjadi manusia namun mereka tidak berbahaya bagi Alea.
“Aku sudah lama tidak naik roller coaster bagaimana jika menaikinya sekarang” ucap Lily.
“Setuju”
Alea mencari Leander dan Willy yang hampir sampai berjalan ke dekatnya, mereka tampak tidak semangat sama sekali.
“Ayo naik itu” tunjuk Alea.
“Benda jelek ini apa?” tanya Leander.
“Ayo naik saja aku akan membeli tiket”
“Tuan Lee senang bertemu dengan anda disini” pria itu memberikan tiket untuk Leander.
Pria pemilik wahana itu ternyata bukanlah manusia dan ia tahu Leander adalah dewa, jika diperhatikan beberapa orang yang lewat di depan Leander menunduk padanya namun Alea menghiraukan mereka.
“Kembalilah” ucap Leander sembari mengambil tiket tersebut.
“Aku benar benar terpukau dengan orang kaya ini” ucap Lily sembari bertepuk tangan kecil.
“Kau ingin benda jelek itu bukan? Ambil ini dan pergilah aku akan menunggu kalian disini” kata Leander sembari memberikan tiket.
“Haahh aku tahu kalian takut jadi kami akan menaiki benda jelek ini berdua kalian para lelaki lemah diam saja disini” ujar Alea sembari mengedipkan mata pada Lily.
Rupanya ada maksud tersembunyi Alea mengatakan itu padanya.
“Le-lekaki lemah?” Leander baru pertama kali menerima hinaan serendah itu bahkan para dewa tidak ada yang berani mengatakannya.
“Buktikan jika kalian berani” saut Lily.
Tanpa berpikir panjang Leander memotong dua tiket tersebut dan memberikannya pada Willy lalu berjalan lebih dulu, Alea dan Lily tertawa bersamaan melihat Leander termakan emosi karena ucapannya.
“Aaaa!!!”
“Aaaa!!!!!!!”
Dari seluruh pengunjung yang menaiki wahana roller coaster suara Leander dan Willy yang paling besar saat berteriak karena itu pertama kali dalam hidupnya.
“Aaaa!! Willy tolong aku lakukan teleportasi!!” teriak Leander.
“Aku tidak bisa fokus tuan Lee ini terlalu menakutkan!!” teriak Willy.
Keduanya bahkan tidak sadar berpegangan sangat erat karena benda yang ia katakan jelek itu bergerak begitu cepat.
“Aku akan mati sebentar lagi aku sudah bisa melihat malaikat maut menjemput ku!!”
“Aku juga melihatnya sudah dekat tuan Lee!”
Leander memejamkan mata sembari berteriak ketika menuruni tanjakan tertinggi dalam hitungan detik sedangkan Alea dan Lily berteriak karena mereka menikmatinya bukan tersiksa.
“Huek!!”
Leander melepas sabuk pengamannya dan pergi muntah disusul oleh Willy, isi perut mereka terkuras habis karena menaiki roller coaster.
“Apa itu apa benda itu ciptaan malaikat maut untuk mencabut nyawa?” tanya Leander sembari bersandar.
“Tuan Lee ayo pergi mencari tubuh kita mungkin ini adalah jiwa kita yang bicara”
Leander sepakat dengan perkataan Willy karena ia merasa sangat pusing dan mual.
“Kalian baik baik saja?” tanya Alea.
“Kita masih hidup mereka melihat kita” ucap Leander.
Haah hah hah
Mereka menghirup udara tiga kali dalam satu detik, Leander lebih baik menghadapi seratus iblis daripada menghadapi benda tadi.
“Alea ayo makan gulali” ajak Lily.
“Kau saja yang beli aku akan menemani mereka lebih dulu” ucap Alea.
Lily mengangguk dan berlari pergi membeli gulali, tugas Willy adalah menjaga gadis itu jadi meskipun sakit ia ikut berlari menyusul Lily.
“Awh kepala ku pusing sekali” ucap Leander sembari menyenderkan kepalanya di pundak Alea yang jauh lebih rendah.
“Kau baru menaikinya seumur hidup mu?” tanya Alea.
Leander mengangguk semabri memejamkan mata karena terlalu merasa pusing.
“Aku akan menghancurkan benda itu agar manusia tidak menggunakan alat alat berbahaya”
“Haish itu hanya permainan wahana kau tidak berbuat semaumu”
“Manusia terlalu bermain main dengan nyawa apa mereka tidak menyayangi nyawa mereka satu satunya” keluh Leander.
Alea hanya bisa tertawa kecil dengan ucapan seorang dewa yang menakuti roaller coaster, jika orang lain yang melihatnya Leander tampak seperti manusia bodoh bukan dewa.
“Ahh ya kenapa banyak yang menunduk seperti sedang memberikan penghormatan pada mu, apa kau mengenal mereka?”
“Tidak tapi mereka bukan manusia dan mereka tahu identitas dewa jadi memberi penghormatan adalah bentuk izin mereka berada di dunia”
“Jadi...’
“Tenang saja mereka tidak akan menyakiti mu mereka hanya roh yang ingin hidup damai bukan roh jahat”
Alea mengangguk kecil sembari menatap Leander yang masih terus menempel di pundaknya.
“Ini untukmu” Lily memberikan satu gulali pada Alea.
Gadis itu menerima gulalinya dan memakan sedikit, rasa gulali tidak pernah berubah sejak ia kecil dan Alea tetap menyukainya.
“Kita berpisah disini saja ya aku akan pergi dengan tuan Willy sepertinya dia butuh obat mual” ucap Lily.
“Apa dia baik baik saja?” tanya Alea.
Lily menunjuk dengan kepalanya sembari memakn gulali, Willy masih tampak lemas di ujung sana.
“Apa kita pulang saja?” tanya Alea.
“Tidak tidak kalian habiskan waktu disini aku akan mengurusnya tenang saja dia aman ditangan ku”
“Tapi....”
Lily pergi meninggalkan keduanya, gadis itu seperti sengaja meninggalkan mereka berdua karena Willy sebenarnya baik baik saja dia menipu pria itu agar mau berpisah dari Alea dengan Leander.
“Kau mau pulang?” tanya Alea.
“Heum kurasa kita akan berjalan jalan saja sebentar kau sangat ingin kemari bukan” jawab Leander.
“Baiklah”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments