Episode 5

“Alea kau terlambat satu jam!”

Hehh!!

Alea menghela nafas kasar mendapat ocehan sejak satu jam yang lalu dari presdir dalam hatinya ia mengumpat pria yang tadi tiba tiba datang ke kamarnya dan mebuat dirinya pingsan.

Brakk!!

“Kau mendengar ku atau tidak Alea!”

“Iya Presdir aku mendengar semua ucapan mu” jawab Alea pasrah.

“Ahh sudah keluar keluar ingat jangan terlambat menyerahkan naskah mu lagi aku sudah sangat pusing dengan mu”

Alea mengangguk lalu keluar dari ruangan presdir dengan sempoyongan tanpa gairah untuk hidup.

“Hei ada apa kenapa wajah mu kusut sekali?”

Alea membiarkan tangan kekar itu merangkul dirinya karena ia sudah tahu siapa pria tesebut.

“Presdir sialan itu kembali mencekik ku dengan waktu” jawabnya.

“Bagaimana novel mu sudah mendapat banyak ide?”

Alea menggelengkan kepala dengan lesu alih alih novel saat ini hidupnya di teror oleh kehidupan diluar nalar.

“Heuhh aku hampir gila dengan hidupku sendiri aku tidak ingin berpikir satu minggu kedepan ah ya Aldo kau bisa menjawab pertanyaan ku?”

Aldo mengangguk meskipun ia sendiri tidak tahu bisa atau tidak menjawab pertanyaan Alea “Kau percaya dewa itu ada?”

“Mm konon katanya seluruh planet di galaksi di jaga oleh dewa dan bumi salah satu planet yang dijaga oleh dewa tapi itu hanya cerita lampau dan tidak ada yang bisa membuktikan kebenarannya”

“Bagaimana jika aku bertemu dengan salah satu dewa?”

Aldo menatapa Alea dengan serius selama beberapa detik, ia memperhatikan keseriusan dari wajah gadis itu.

“Apa ini alur novel baru mu hmm?” tanyanya sembari menyentil kening Alea.

“Awh aku serius kenapa kau selalu menganggap seluruh ucapan ku hanya imajinasi” ketus Alea.

Kali ini gadis itu melepas kasar lengan aldo yang masih menempel di pundaknya.

“Sebentar lagi jam makan siang kau mau makan bersama ku?” tanya Aldo dengan senyum manis.

“Tidak aku akan ke cafe tempat Lily bekerja kau selesaikan saja pekerjaan mu dahh”

“Hei Alea kau...”

Gadis itu sudah menghilang dalam sekejap sebelum Aldo menyelesaikan kalimatnya namun Aldo hanya tersenyum sembari menggelengkan kepala.

Persahabatan keduanya sudah terjalin sejak usia 8 tahun mereka bertemu di acara pemakaman orang tua mereka dan hingga saat ini Aldo tetap menjaga Alea bahkan menjadi walinya saat ada hal mendesak.

“Ku kira kau akan tidur sampai besok”

“Awh astaga kau mengagetkan ku tahu!” ucap Alea saat melihat pria misterius yang terus mengganggunya dua hari ini.

Aishh gadis ini kasar sekali tidak mungkin ia reinkarnasi dewi.

“Kenapa kau menatap ku seperti itu dasar pria mesum”

“Hei hei jaga mulut mu ya dewa suci seperti ku tidak pantas kau panggil seperti itu untung saja aku mau menjaga planet mu kau tahu seluruh dewa tidak ada yang ingin menjaga planet mu karena kalian sangat merepotkan” oceh Leander tanpa henti.

Tiba tiba Alea mengingat perkataan Aldo soal dewa bumi dan ucapan pria di depannya persis dengan apa yang dikatakan Aldo.

“Ka-kau dewa bumi?” tanya Alea.

“Mau bukti?” tanya Leander balik.

Alea mengangguk tentu saja karena ia benar benar penasaran dengan apa yang terjadi beberapa hari ini setiap bertemu dengan pria itu.

Leander mendekati Alea dengan seringai diiringi tatapan menakutkan lalu memegang pergelangan tangannya.

Dalam sekejap keduanya pindah ke pesisir pantai dan Alea terbelalak melihat yang sedang terjadi “Ini....” sebelum sempat melanjutkan kalimatnya Leander membawa Alea ke puncak gunung dalam dua detik.

“A-apa...”

Leander mengembalikan Alea ke tempat semula mereka bertemu, pria itu tersenyum licik melihat kebingungan Alea.

“Belum percaya bahwa pria di depan mu adalah dewa?” tanyanya.

“Kenapa kau menunjukkannya pada ku? Bukankah kau hanya menjalankan tugas mu untuk menjaga bumi?” tanya Alea balik.

“Itu lah yang sedang ku cari jawabannya” Leander melangkah mendekati Alea sembari menatap manik hitam gadis itu.

Alea mundur perlahan karena merasa terancam dan mengalihkan pandangannya pada yang lain.

“Siapa kau sebenarnya kenapa kekuatan ku tidak mempan pada mu sejak pertama kali”

“A-aku tidak mengerti maksud mu” ucap Alea sembari mendorong tubuh Leander namun tangannya ditahan oleh pria itu.

“Kau menyadari ruh mu terpisah dengan tubuh mu dan kau mengingat ku saat itu kau tahu tidak ada manusia yang di anugerahkan kekuatan seperti ini jadi katakan siapa dirimu sebelum aku membunuh mu” ujar Leander dengan tatapan dingin.

Alea tidak bisa menjawab seluruhnya sebab ia sendiri tidak tahu kenapa bisa terjadi padanya dan dia hanya manusia biasa sama seperti yang lain.

“Jika kau bertanya aku siapa perkenalkan namaku Alea dan aku bisa menjamin bahwa aku adalah manusia seutuhnya tapi jika kau bertanya kenapa kau tidak bisa hilang dari ingatan ku maka aku tidak bisa menjawab mu”

Keduanya bertatapan dingin yang membuat di sekitar mereka terasa seperti es.

“Alea!”

Lily melihat sahabatnya di tepi jalan dan ia segera menghampiri gadis tersebut.

“Hei kau pria tadi malam yang menyelamatkan kami kan?” tanya Lily dengan senyum manis.

Krik krik krik

Keduanya masih tetap tidak ingin membuang ego dan terus bertatapan hingga salah satunya mengalah.

“Sudahlah tidak ada gunanya bicara dengan mu ayo Lily pergi dari tempat ini” ucap Alea yang akhirnya mengalah.

Keduanya berjalan meninggalkan Leander yang tampak berpikir keras namun ia memutuskan mengikuti Alea ke dalam cafe.

Tatapan matanya tidak lepas dari gadis itu meskipun mereka tidak satu meja.

“Hei apa yang kau lakukan pada pria tampan itu kenapa dia terus mengikuti mu?” tanya Lily sembari memberikan minuman.

Lily tidak akan percaya dengan apa yang ku katakan.

“Entahlah aku juga tidak menegrti kenapa dia seperti itu” ucap Alea sembari menatap Lenader sekilas.

“Astaga apa pria tampan ini menyukaimu Alea?”

Alea menggelengkan kepala sembari memasukkan sedotan kedalam mulut Lily.

“Aku yang menjadi penulis tapi kenapa otak mu yang lebih encer untuk berimajinasi”

Lily menyedot minuman tersebut sembari menatap Leander penuh tanda tanya, gadis itu memutuskan untuk mengambilkan minuman dan memberikannya pada Leander.

“Minumlah tidak perlu bayar anggap saja ini ucapan terima kasih telah menyelamatkan ku di gunung” ucap Lily.

“Aku tidak butuh minuman” ucap Leander dengan angkuh.

Baru sedetik ia mengatakannya Leander sudah menyedot minuman yang diberikan Lily dan seketika matanya membulat sempurna setelah merasakan minuman tersebut.

“Wahh ini siapa yang membuat minuman ini?” tanya Leander dengan terpukau.

“Tentu saja aku bagaimana kau menyukainya?” tanya Lily.

Leander mengangguk dengan polos dan menyedot minuman hingga tak tersisa setetes pun. Lily terlihat bangga dengan kelihaiannya dalam membuat minuman yang membuat pelanggan tercengang.

“Aku mau lagi” ucap Leander sembari memberikan gelasnya.

“Ets yang tadi gratis tapi gelas berikutnya bayar”

“Bayar?”

Leander berpikir arti membayar namun ia mengingat ucapan Willy yang mengatakan bahwa di bumi mereka tidak bisa sembarang memakan sesuatu sebelum membelinya.

“Ini cukup?” tanya Leander sembari mengeluarkan uang tunai satu gepok.

Lily menelan ludah melihat uang tersebut keluar begitu saja dari saku Leander.

“Kenapa kau diam apakah kurang?” tanya Leander yang terlihat sedih jika memang benar uangnya kurang.

“Apa maksud mu kurang kau bisa membeli seluruh minuman selama satu satu bulan disini” ucap Lily yang masih menganga.

“Benarkah?”

Lily mengangguk dengan cepat tanpa mengatakan apapun, pria di depannya ternyata memang bukan orang sembarangan melainkan konglomerat.

“Kau yakin semuanya?” tanya Lily sekali lagi.

“Aku masih memiliki banyak di rumah kau mau beberapa ikat?” tanya Leander balik.

“Apa!!” spontan Lily berteriak karena Leander mengatakan itu seperti tidak memiliki beban apapun untuk memberikan beberapa gepok uang.

“Lily aku harus pergi terima kasih minumannya” ucap Alea lalu keluar dari cafe.

“Aku akan membeli ayam goreng nanti malam!” teriak Lily.

“Kemana dia pergi?” tanya Leander.

“Maksudmu Alea? Dia seorang penulis jadi dia pergi ke beberapa tempat untuk mencari inspirasi”

“Baiklah aku akan datang besok siapkan minuman seperti ini” kata Leander lalu bergegas keluar dari cafe.

Lily tersenyum melihat keduanya pergi dari tempat itu, dia merasa akan ada benih benih cinta yang tumbuh.

“Apa yang kau lihat?”

“Argh!!”

Lily berteriak medengar suara lembut merasuki telinganya dan saat ia melihat ke samping ada Willy yang sedang berdiri tepat di sampingnya.

“Hei sejak kapan kau disini?” tanya Lily.

“Aku mencari tuan Lee kau melihatnya?” tanya Willy.

Panca indranya mengatakan Leander berada di tempat itu namun kenapa tidak ada orang yang ia temukan.

“Siapa yang kau bicarakan?” tanya Lily.

“Pria yang bersama ku saat membantu kalian di gunung”

“Ahh namanya Lee?”

“Hei jangan berani memanggil namanya seperti itu hanya aku yang bisa memanggilnya dengan nama Lee”

“Cihh lalu siapa namanya!” ucap Lily dengan ketus.

“Leander dan itu adalah nama tersuci di bumi kau mengerti?”

“Pergilah kau membuat ku kesal jika terlalu lama disini”

ujar Lily.

Gadis itu mengambil gelas bekas minuman Leander dan hendak mengembalikannya namun ia tidak melihat Willy disana.

“Kemana dia apakah ditelan bumi? Kenapa menghilang secepat itu” gumamnya.

Lain dengan Leander ternyata Lily tidak menyukai Willy karena sikap pria itu lebih galak jauh berbeda dengan Leander padahal aslinya Leander adalah salah satu dewa yang terkenal jarang menyapa atau tersenyum pada sesama dewa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!