Berto memegang dadanya karena merasa sakit dan sesak lalu ia pun melepaskan tangannya yang memegang tangkai gerobaknya kemudian ia terduduk dan terbatuk-batuk serta keringat dingin mulai mengucur di wajahnya.
Dengan sekuat tenaga Berto mencoba untuk bangkit melawan rasa sakitnya, namun beberapa kali ia terjatuh walaupun begitu Berto tidak pantang menyerah ia terus berusaha hingga akhirnya ia mampu untuk menarik gerobaknya kembali.
Hazel berjalan menyusuri jalanan dengan langkah gontai dan pikiran yang entah ada dimana-mana sekarang, Namun seketika langkah Hazel terhenti ketika melihat ayahnya diseberang jalan yang ia lewati.
"Ayah." Gumam Hazel.
Hazel pun hendak menyebrang untuk menghampiri ayahnya namun tiba-tiba Hazel melihat sebuah mobil sport berwarna merah melaju dengan sangat kencang.
"AYAH AWAS!!" Teriak Hazel.
Berto yang mendengar suara putrinya itu pun langsung menoleh bertepatan dengan itu mobil mewah tersebut menabrak tubuh Berto sampai terpental ke aspal jalanan hingga kepalanya mengeluarkan banyak darah.
"TIDAK! AYAH! AYAH!" Teriak Hazel berlari menghampiri tubuh Berto yang sudah bersimbah darah.
Hazel menangis histeris sembari berteriak meminta tolong untuk membantu ayahnya. Orang-orang yang melihat kejadian itu mendekatinya, seseorang tampak memeriksa denyut nadinya dan ada juga yang segera menghubungi ambulance.
"Dia sudah meninggal." Ucap seorang wanita yang tak dapat merasakan lagi denyut nadinya.
Hazel menggelangkan kepalanya karena tidak percaya dengan ucapan wanita tersebut. "TIDAK ITU TIDAK MUNGKIN! KAU PASTI BERBOHONG! AYAHKU MASIH HIDUP!" Teriak Hazel tidak terima dengan ucapan wanita tersebut.
Wanita itu memeluk Hazel dan turut berdukacita atas apa yang dialami oleh ayahnya itu. Hazel memeluk tubuh ayahnya dengan sangat erat dan menangis sejadi-jadinya.
"Hazel mohon bangun ayah." Tangisnya memeluk tubuh Berto yang hampir penuh akan darah yang mengalir di sekujur tubuhnya.
Beberapa menit kemudian mobil ambulance pun tiba dan segera membawa tubuh Berto ke rumah sakit, Hazel ikut masuk kedalam ambulance bersama dengan wanita yang bersamanya tadi.
Di dalam ambulance Hazel terus memanggil-manggil ayahnya. "Kau harus sabar ya nak," ucap wanita tadi memeluk tubuh Hazel.
Sampainya dirumah sakit, dokter melihat keadaan Berto dan memeriksanya. Hazel terus berdoa dan berharap keajaiban terjadi kepada ayahnya, namun sayang sekali dokter tersebut mengatakan jika Berto benar-benar sudah tiada.
Seketika tubuh Hazel langsung tersungkur dilantai dan menangis sejadi-jadinya. "Ayah, Hazel mohon jangan tinggalkan Hazel sendirian hiks. Hiks," ucapnya menangis.
Wanita tadi berbicara kepada para suster dan meminta mereka untuk mengurus jenazah Berto dan dia sendiri yang akan menanggung semua biayanya. Wanita tadi kembali memeluk Hazel dengan erat, ia turut merasakan kesedihan atas apa yang menimpa wanita malang itu.
Beberapa menit kemudian Hazel jatuh pingsan dan wanita tadi segera memanggil suster untuk membawanya. Beberapa orang suster membawa Hazel ke ruang perawatan dan memeriksanya. "Bagaimana kondisinya?" Tanya wanita itu.
"Dia hanya kelelahan nyonya, namun saya akan menyuntikkan Vitamin B kompleks padanya untuk menjaga stamina tubuhnya." Jawab suster itu.
Wanita itu menganggukkan kepalanya, kemudian ia memegang tangan Hazel seraya mengelusnya. "Kau pasti merasa sangat sedih sekali," gumam wanita itu.
Satu jam kemudian akhirnya Hazel tersadar dari pingsannya, ia membuka pelan matanya yang bengkak akibat terlalu lama menangis sejak tadi. "Syukurlah, kau akhirnya sadar nak," ucap wanita tadi yang setia menemani Hazel disana.
Hazel mencoba mencerna apa yang terjadi padanya. "Dimana ayahku?" Ucap Hazel mencari-cari keberadaan ayahnya.
Wanita tadi diam lalu memegang tangan Hazel dan mengelusnya. "Ayahmu sudah pergi, kamu yang sabar ya nak." Ucap wanita itu pelan.
Hazel menggelangkan kepalanya dan segera turun dari ranjang rumah sakit. "Tidak! Ayahku belum meninggal! Dimana kalian menyembunyikan ayahku!" Seru Hazel berjalan mencari keberadaan ayahnya.
Wanita tadi segera berlari menyusul Hazel yang sudah keluar dari ruangan. "Ayah!" Panggil Hazel menyusuri lorong rumah sakit.
"Hazel!" Panggil Richard yang datang bersama dengan orangtuanya.
Ed mendapatkan kabar dari seorang kenalannya mengenai kecelakaan yang dialami oleh Berto, Ed segera mengajak istri beserta putra sulungnya yang baru kembali dari sekolah. Mereka pun segera menuju rumah sakit terdekat.
"Richard, uncle, aunty." Panggil Hazel langsung berlari memeluk Ena istri Ed.
Hazel menangis di pelukan Ena, Ena memeluk dan mengusap-usap punggung Hazel dengan lembut.
"Kalian keluarganya?" Tanya wanita tadi.
"Iya, dan anda siapa?" Tanya Ed.
"Perkenalkan nama saya Erina, saya yang menemani gadis ini ke rumah sakit tadi." Jawab Erina.
"Terimakasih nona Erina, bagaimana keadaan ayahnya?" Tanya Ed yang sama sekali belum mengetahui kondisi Berto.
"Maaf tapi ayahnya tidak bisa diselamatkan lagi." Jawab Erina sendu.
Ed dan Richard reflek langsung menutup mulut mereka mendengar berita duka itu. Sungguh sangat sulit dipercaya pikirnya. "Maaf jika sebelumnya saya lancang, saya sudah meminta para suster untuk mengurus jenazah nya karena terdapat beberapa bagian tubuhnya yang hancur dan jika tidak segera diurus maka jenazahnya akan membusuk. Jika kalian keberatan maka saya akan menemui para suster itu," seru Erina.
"Tidak nona, kami justru berterimakasih karena telah membantu." Jawab Ed.
Hazel menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan Ena karena dia belum bisa menerima kenyataan jika ayahnya telah tiada. Wanita bernama Erina itu melihat pilu kearah Hazel yang sungguh merasa sangat kasian sekarang.
Richard juga memeluk Hazel yang berada di dalam pelukan ibunya, tetesan air mata Richard jatuh ke puncak kepala Hazel. "Kenapa mereka semua meninggalkan aku sendiri aunty hiks, hiks." Ucap Hazel.
"Kau tidak sendiri Zel, kau masih mempunyai kami," Ucap Richard pelan.
"Iya sayang, kamu memiliki kami disini." Ucap Ena.
...****************...
Beberapa jam kemudian, jenazah Berto sudah dimasukkan kedalam peti jenazah kayu. Dirinya mengenakan jas kemeja berwarna hitam dan terlihat sangat rapi walau bagian anggota tubuhnya ada beberapa yang rusak dan hancur.
Hazel duduk di samping peti kayu itu sembari menangis melihat ayahnya sekarang yang sudah terbujur kaku didalam peti tersebut. Keluarga Ed selalu berada di samping Hazel untuk menemaninya.
"Ayah, Hazel mohon bangun!" Ucapnya menangis.
Ed meneteskan air matanya melihat keadaan sahabat dekatnya sekarang ini, ia sungguh tidak menyangka Berto akan pergi meninggalkannya lebih dulu. Ena dan Richard juga menangis duduk disampingnya Hazel.
Lalu Ed keluar dari ruangan itu untuk menemui Erina, wanita yang pergi ke rumah sakit bersama Hazel tadi. "Maaf nona, bisakah saya bertanya sesuatu?" Tanya Ed.
"Iya tuan, silahkan." Jawab Erina yang menunggu diluar.
"Apakah anda melihat atau mengetahui ciri-ciri kendaraan yang menabrak sahabatku tadi?" Tanya Ed.
"Maaf tuan, waktu itu saya baru keluar dari toko dan sudah melihat kejadian itu jadi saya sama sekali tidak mengetahui ciri-ciri ataupun melihat kendaraan tersebut. Tapi mungkin anda bisa mengeceknya melalui cctv di jalanan itu." Jawab Erina.
"Baiklah, sekali lagi saya ucapkan terimakasih atas bantuannya nona," ucap Ed lalu berpamitan pergi dan masuk kembali kedalam ruangan.
*Aku akan berusaha mencari pelaku yang telah menabrakmu dan aku akan membantumu mendapatkan keadilan.* Batin Ed mengepalkan tangannya.
Richard memeluk tubuh Hazel dengan erat, ia mencoba memberikan kekuatan kepada sahabat baiknya itu. "Ingat selalu jika kami ada bersamamu Zel, kami tidak akan meninggalkanmu sendirian." Bisik Richard lalu mencium puncak kepalanya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments