Hazel tampak tertidur pulas diatas ranjangnya, namun tiba-tiba tubuhnya menjadi gelisah kesana-kemari, ia terus bergumam memanggil-manggil ayahnya. "TIDAK!AYAH!AYAH!" Ucap Hazel.
Ena yang tidur disampingnya langsung terbangun dan memanggil-manggil Hazel untuk bangun, setelah beberapa saat akhirnya Hazel tersadar dan terbangun, deru nafasnya terdengar sangat cepat dan wajahnya penuh akan keringat yang bercucuran dan tubuhnya gemetar hebat.
"Ada apa sayang?" Tanya Ena.
Hazel melihat kearah Ena dan langsung memeluknya.
"Tidak apa-apa sayang, ada aunty disini bersamamu." Ucap Ena membalas pelukan Hazel.
"Jangan tinggalkan aku." Ucapnya mulai menangis.
"Tidak sayang! Aunty tidak akan meninggalkanmu." Jawab Ena lembut.
...****************...
Satu Minggu telah berlalu dan Hazel kembali mengalami mimpi buruk tragedi bagaimana tragisnya ayahnya meninggal, selama berturut-turut dan mimpi buruk tersebut menjadi menganggu mental Hazel. Hazel selalu mengurung diri dikamar nya. Ia hanya bicara jika Ena bertanya saja padanya, dan itupun hanya sekali-kali saja Hazel menjawabnya.
Saat ini ia tampak duduk diatas ranjangnya dengan tatapan kosong melihat kearah selimutnya yang menutupi kakinya. Entah apa yang dipikirkannya saat ini yang jelas Hazel sudah tidak memiliki semangat seperti dulu lagi karena satu-satunya semangat hidupnya telah pergi meninggalkannya untuk selamanya.
Tak ada lagi air mata yang jatuh membasahi pipinya karena seakan sudah kering tak tersisa lagi, namun matanya masih terlihat sangat sembab.
Terdengar suara pintu kamarnya yang terbuka, namun Hazel seakan tidak menyadarinya. Richard berjalan dengan pelan kearah Hazel dan kemudian ia duduk dipinggir ranjangnya. Richard melihat penampilan Hazel cukup rapi karena Ena selalu mengurusnya seperti mulai dari membantunya membersihkan tubuhnya dan menyiapkan pakaiannya serta menyisir rambut panjang Hazel yang indah.
"Ayo kita keluar dan melihat festival di taman, kau tau ada banyak sekali permainan disana." Ucap Richard yang selalu membujuk Hazel untuk keluar dari kamarnya, walaupun Hazel tidak pernah meresponnya, namun Richard tidak pernah menyerah.
"Oh ya! Kau tau disana ada banyak sekali penjual sosis bakar dan goreng. Aku akan membelikanmu yang banyak jika kau ikut." Lanjut Richard pantang menyerah.
Hazel diam seribu bahasa tak memperdulikan ucapan sahabatnya itu. "Hufftt... Baiklah sepertinya aku akan mencoba membujuk mu lagi besok." Ucap Richard beranjak berdiri.
Baru melangkah beberapa langkah tiba-tiba Hazel berbicara padanya.
"Bagaimana dengan pembunuh itu?" Tanya Hazel tiba-tiba.
Richard membalikkan badannya melihat kearah Hazel yang masih menatap kearah selimut yang menutupi kakinya.
"Polisi masih sedang menyelidikinya. Kau tenang saja, dia pasti akan segera tertangkap dan mendapatkan hukuman atas tindakannya." Jawab Richard.
Hazel tampak mengepalkan tangannya dengan memegang erat selimutnya.
Richard kembali melangkah keluar, Selang beberapa menit kemudian Ena masuk kedalam kamar Hazel dengan membawa nampan yang berisi makanan.
Ena menyuapi makanan tersebut kepada Hazel dan seperti biasanya Hazel hanya makan tiga suap saja tidak lebih sama sekali.
"Aunty mohon satu suap lagi ya nak." Ucap Ena yang khawatir terhadap kondisi tubuh Hazel nanti karena asupan yang masuh ke tubuhnya sangat sedikit.
Hazel hanya menggelengkan kepalanya karena ia benar-benar tidak mampu lagi untuk menelan makanannya, hidupnya yang hancur seakan membuat organ-organ di tubuhnya rusak.
"Apa kau ingin makan sesuatu? Aunty akan membuatkan nya untukmu." Ucap Ena.
Lagi-lagi Hazel hanya menggelengkan kepalanya membuat Ena menghembuskan nafasnya dan sendu melihat keadaan gadis malang didepannya ini.
Ia menyelipkan rambut Hazel ke belakang telinganya dan membelai halus pipi cabi nya.
"Kau harus menjaga kesehatan tubuhmu nak, ayahmu dan ibumu pasti diatas sana sedih jika melihat kondisi putrinya seperti ini. Kau harus bangkit dan tunjukkan pada kedua orangtuamu yang sedang mengawasi mu disana, bahwa kau kuat dan bisa melewati semuanya." Ucap Ena memberikan motivasi kepada Hazel.
Hazel diam tanpa menjawab sepatah katapun. Lalu kemudian Ena keluar membawa nampan yang masih berisi banyak makanan di dalam mangkuknya.
"Dia masih makan sedikit?" Tanya Ed yang duduk di kursi tamu.
Ena menganggukkan kepalanya. "Aku khawatir dengan kondisinya ditambah lagi dia selalu bermimpi buruk akhir-akhir ini." Jawab Ena.
"Apakah kita perlu membawanya ke dokter?" Tanya Ed.
"Aku sudah beberapa kali mencoba membujuknya untuk pergi ke dokter tapi Hazel selalu menolak." Ucap Ena.
"Aku benar-benar sangat khawatir dengan kondisi tubuhnya, apalagi setelah melihat banyak luka-luka lebam di badannya, Ed." Ucap Ena mengusap airmata nya.
"Aku pasti akan menyelidikinya setelah kasus Berto selesai sayang," jawab Berto memeluk istri tercintanya.
Ena sudah melihat kondisi tubuh Hazel yang terdapat banyak lebam di badannya ketika ia membantu Hazel membersihkan tubuhnya. Ena sungguh terkejut kala itu namun ia mencoba tetap tenang dan tak bertanya apapun pada Hazel disaat kondisi nya masih diselimuti kesedihan.
Ena pun menceritakan hal tersebut kepada suaminya dan juga tentang obat yang ia temukan di dalam laci meja belajar Hazel. Ed pun mulai berpikir jika Hazel pasti mendapatkan perundingan disekolah nya.
Dan Ed akan mencari tau mengenai hal tersebut saat kasus kematian Berto sang sahabatnya tuntas terlebih dahulu.
Di dalam kamarnya Hazel masih terdiam sampai malam tiba, suara pintu yang terbuka tidak membuat Hazel perduli sama sekali siapa yang masuk.
"Hai gadis cantik nan perkasa, lihatlah apa yang aku bawa untukmu." seru Richard membawa sebuah boneka beruang berukuran sedang.
Richard duduk dipinggir ranjang sembari memangku boneka beruang berwarna coklat itu. Ia mencoba menghibur Hazel dengan boneka tersebut namun Hazel sama sekali tidak bergeming.
"Ayolah,,, cobalah kau tersenyum sedikit gadis perkasa setidaknya usaha ku ini tidak sia-sia untuk menghibur mu." seru Richard.
Hazel kemudian melihat kearah Richard sang sahabatnya itu. "Hei beruang cantik, akhirnya gadis mata empat ini mau melirik kita." seru Richard menggerakkan boneka beruang itu.
Richard terus mencoba menghibur Hazel dengan menggunakan boneka tersebut, walaupun ekspresi Hazel selalu datar namun Richard tak pernah menyerah demi mengembalikan kembali rasa semangat untuk sahabat nya itu.
"hufftt... kau seharusnya membayarku karena menghiburmu memakan banyak tenagaku, mata empat." Ucap Richard.
"Sudah, kau jangan menganggunya lagi dasar bocah tengil," seru Ena yang baru masuk kedalam kamar dengan membawa obat vitamin dan air minum untuk Hazel.
"Dulu dia yang sering mengangguku mom, dan sekarang aku sedang membalasnya." Jawab Richard yang langsung mendapatkan pukulan di kepalanya oleh sang ibu.
Richard memegang kepalanya yang habis kena pukul itu. "Sungguh teganya dirimu mom," ucap Richard memberengut.
"Lebih baik kau pulang dan belajar karena tes masuk ke universitas sebentar lagi akan tiba." Seru Ena yang baru duduk di pinggir ranjang.
Richard segera menyenggol siku ibunya karena mengucapkan kata-kata sensitif bagi Hazel saat ini, sebab mereka semua sudah tau jika Hazel telah gagal masuk ke universitas impiannya.
Ena langsung tersadar dan merasa bersalah, ia pun segera mengalihkan nya dengan menyuruh Hazel untuk meminum obat vitamin yang telah ia bawa tadi.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments