Arumi jadi gusar sendiri setelah Malik mengatakan jika ibu dan neneknya akan datang mengunjungi mereka.
Sungguh, Arumi tak bisa tenang saat akan berhadapan dengan keluarga suaminya itu.
Banyak pertanyaan timbul di kepalanya. Dimulai dari kekhawatirannya atas apa yang terjadi kepada Malik dan Arumi berasumsi jika keluarga suaminya itu tentu akan melimpahkan kesalahan kepadanya.
Ya Allah... Bagaimana aku bisa menghadapi mereka ?
Mereka pasti menyalahkanku.
Arumi membatin, menyalahkan dirinya sendiri.
" Rumi... Rumi... Arumi ! " panggil Malik sambil menggoyang lengan Arumi.
" Eh, kenapa Mas ? " tanya Arumi sambil menatap Malik yang berada di depannya.
" Kamu yang kenapa ? Aku perhatikan dari tadi kamu malah melamun " sahut Malik dengan pandangan mata yang tak lepas memandangi wajah Arumi.
" Aku gak apa-apa kok Mas " timpal Arumi berbohong.
" Ck... Aku tahu ada yang mengganggu pikiranmu. Katakan saja ada apa " titah Malik kepada sang istri.
Arumi terpaksa tersenyum kaku.
"Gak ada apa-apa kok Mas " ucap Arumi tak ingin berterus terang.
Malik menahan tangan Arumi, sehingga langkah Arumi yang akan meninggalkannya terhenti.
" Aku tahu, ada yang kau pikirkan. Ceritakan saja ada apa ! " seru Malik lagi.
Arumi membuang kasar nafasnya. Mungkin ada baiknya jika ia berbicara dengan Malik.
" Aku cuma... Khawatir jika ibu dan nenek Mas Malik menyalahkanku atas kejadian yang menimpa Mas Malik " jelas Arumi dengan perasaan bersalah yang menggunung.
Malik meraih kedua tangan Arumi.
" Mereka tidak akan menyalahkanmu karena kejadian itu bukanlah suatu kesengajaan " ucap Malik.
Arumi menatap ke dalam bola mata Malik.
" Tapi, tetap saja akulah yang jadi penyebab kelumpuhan Mas Malik. Mereka pasti kecewa, apalagi dengan status kita sekarang mas " tukas Arumi panik.
" Sst... Tenanglah ! Tarik nafas, tahan dan keluarkan ! " titah Malik meminta sang istri untuk bersikap tenang.
" Aku yakin mereka akan mengerti. Lagi pula kau kan tidak sengaja melalukannya ? " sahut Malik santai.
" Tapi... "
" Sudah, tidak ada tapi-tapian lagi. Kau hanya perlu bersiap saja untuk bertemu ibu dan nenek. Aku mengerti apa yang membuatmu panik. Tapi jangan berlebihan ya ! Karena segala sesuatu itu sudah ada yang mengatur dan merencanakan " sela Malik.
Arumi mengangguk walaupun masih ada yang mengganjal di hatinya.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara ketukan pintu.
" Ya ? " Malik menyahut dengan suara keras.
" Maaf Tuan, ada Nyonya Sabrina dan Nyonya Nur di ruang tamu " jawab Bi Una dari balik pintu.
" Iya, Bi. Kami akan segera kesana " sahut Malik.
Malik kembali mengarahkan pandangannya kepada Arumi seolah memintanya untuk menemui ibu dan neneknya.
Arumi akhirnya menyerah, ia bersedia untuk menemui keduanya.
Dengan mendorong kursi roda Malik, mereka akhirnya menemui dua wanita yang merupakan keluarga terdekat Malik itu.
Saat keduanya tiba, sontak kedua wanita beda generasi itu melayangkan pandangan ke arah gadis yang berada di belakang Malik. Seorang gadis belia yang mereka tebak merupakan istri kedua Malik.
Astaghfirulloh... Apa-apaan Malik ini ? Gadis bau kencur kok dinikahin.
Jangan-jangan cuma mau manfaatin Malik saja, sama kayak si Alea itu.
Batin Oma Nur sewot. Ia berpikiran negatif kepada gadis cantik itu. Matanya terus memindai penampilan Arumi dari atas sampai ke bawah.
Pasti pakai hijab cuma biar kelihatan sholehah aja, padahal aslinya enggak
Dalam hatinya Oma Nur asyik mencibir dan menjulidi Arumi.
Sementara Mama Sabrina terlihat menatap Arumi dengan tatapan teduh. Melihat Arumi, entah mengapa ia merasa jika gadis belia itu justru bisa menjadi istri yang baik bagi Malik.
" Ma... Oma... Kenalkan, ini Arumi. Istrinya Malik " ucap Malik sambil menggenggam tangan Arumi yang terasa dingin.
" A... Assalamualaikum " ucap Arumi, ia bergerak maju untuk mencium tangan ibu mertua dan nenek mertuanya itu.
Sejenak, Mama Sabrina dan Oma Nur saling berpandangan kala melihat sikap yang ditunjukkan oleh Arumi. Jauh berbeda dengan sikap Alea yang terkesan tak acuh dan tak pernah melalukan apa yang Arumi lakukan.
Pasti cuma cari perhatian saja. Biar disayang sama Malik. Huh, dasar tukang pencitraan !
Lagi-lagi Oma Nur bersuudzon kepada Arumi.
Semoga kamu adalah istri pilihan yang dikirimkan Tuhan untuk Malik.
Berbanding terbalik dengan Oma Nur, justru Mama Sabrina mendukung Arumi.
Kini mereka duduk berhadapan. Arumi duduk di sofa yang berada di samping kursi roda Malik.
" Aku harap, Mama dan Oma merestui pernikahan kami. Aku tahu, mungkin pernikahan ini membuat kalian terkejut. Maaf kalau aku tidak melibatkan kalian dalam mengambil keputusan tentang pernikahan keduaku. Tapi, aku tahu apa yang terbaik untukku " ucap Malik dengan tegas.
" Malik... Oma tidak pernah menentang apapun keputusanmu. Hanya saja, apakah dia tidak terlalu muda untukmu ? Jangan-jangan dia cuma mau memanfaatkanmu saja, sama seperti istri pertamamu itu " sindir Oma Nur.
" Jadi menurut Oma, aku sudah terlalu tua dan tidak pantas bersanding dengan Arumi ? "
Malik menaikkan sebelah alisnya. Suaranya terdengar dingin dan datar. Entah mengapa mendengar ucapan sang nenek membuatnya tersinggung.
" Bukan...Bukan begitu maksud Oma. Hanya saja, apa yang bisa gadis ini lakukan untuk menjadi istrimu. Sepertinya, ia hanya bisa bersenang-senang saja. Usianya masih muda untuk melakukan tugasnya sebagai seorang istri " jelas Oma Nur tak ingin cucu kesayangannya itu marah.
" Usia bukan ukuran. Sejauh ini, Arumi melakukan tugasnya sebagai seorang istri dengan baik. Bahkan ia juga menjadi ibu pengganti yang baik untuk Attar " tukas Malik.
" Benarkah ? Kau bersedia merawat Attar ? " tanya Mama Sabrina sambil menatap Arumi.
" Em, iya Nyonya. Sudah seharusnya saya merawat Attar dan Mas Malik sebagai bentuk tanggung jawab saya " jawab Arumi lirih.
Arumi lantas turun dari sofa, kemudian berlutut menghadap Mama Sabrina dan Oma Nur.
" Saya, meminta maaf sebesar-besarnya karena telah menyebabkan masalah ini. Karena saya, Mas Malik jadi lumpuh, dan Attar harus berpisah dengan ibu kandungnya. Saya sungguh-sungguh minta maaf " ucap Arumi penuh rasa bersalah, bahkan air mata mulai luruh dari pelupuk matanya.
" Apa-apaan ini ? Bangun Nak ! Semua ini sudah takdir Tuhan. Kamu sudah berani bertanggung jawab, itu sudah sangat baik. Tapi, apapun alasannya, saat ini kamu sudah menjadi istrinya Malik. Mama harap, kamu bisa menjadi istri yang baik untuk Malik dan jadi ibu yang baik untuk Attar ! " ucap Mama Sabrina sambil memeluk Arumi. Ia juga membantu Arumi untuk bangkit dan membawa Arumi untuk duduk di sampingnya.
Mama Sabrina menghapus air mata di wajah cantik Arumi. Ia menatapnya penuh arti.
" Nak Arumi, tolong jalankan kewajibanmu sebagai istri dengan baik. Meskipun mungkin keadaanlah yang memaksamu menjadi istri Malik. Mama yakin, kamu bisa menjadi istri yang baik untuk Malik. Mama titip Malik dan Attar ya ! " ucap Mama Sabrina yang memberikan kepercayaan penuh kepada Arumi.
Arumi mengangguk pelan.
" Saya akan berusaha menjadi istri dan ibu yang baik " sahut Arumi.
" Ya, memang harus begitu ! Cukup satu saja istri Malik yang gak tahu diri. Kamu jangan ikut-ikutan ! " serobot Oma Nur sambil melirik Arumi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Soraya
nenek rempong
2024-05-29
1
dee_an
Si Oma baru lihat cover aja udah suudzon dulu. buktikan aja sendiri hmn baiknya Arumi
2024-02-26
1
Triiyyaazz Ajuach
haisss oma jgn byk su'udzoon nanti malah darah tinggi naik lho
2024-02-19
4