"Jolie,"
Langkah Aran terhenti saat seorang wanita yang tidak lain adalah Jolie berada di depannya. Menatap nyalang pada Aran yang ternyata sedang sendiri tanpa Arthur disisi nya.
"Haih, apa Arthur tak menemani mu. Kasian sekali, kau tahu dulu aku jika berbelanja pasti bersama nya dan selalu kemana-mana bersama," ia menyombongkan diri berharap Aran marah.
"Ya, baiklah itu kan dirimu," Aran tak peduli, berlalu begitu saja meninggalkan Jolie.
"Apa maksud mu, aku belum selesai bicara," ia menarik dan mencengangkan lengan Aran hingga meninggalkan bekas.
"Lepaskan!"
"Cih, apa kau marah karena Arthur berperilaku tak seperti padaku?"
"Aku tidak tahu apa tujuan mu menghentikan langkah ku, tapi sedikit pun aku tidak tertarik dengan ucapan mu. Kau hanya masa lalu nya yang pahit dan aku adalah masa depannya. Ingat itu!"
Aran kesal dengan kemunculan Jolie yang tiba-tiba dan mengatakan hal yang tidak jelas. Ia tak peduli kegiatan apa pun yang dilakukan wanita itu bersama Arthur, toh dirinya hanya istri yang di beli dalam kurun waktu. Bukan wanita yang akan menemani selamanya.
"Kau!!!" Jolie kembali mencengkram erat lengan Aran hingga kuku nya yang panjang itu menusuk lengan Aran dan meninggalkan bekas.
"Bisakah bertindak layaknya manusia!!!"
Brukkk! Dengan kesal Aran menendang perut wanita itu hingga dirinya tersungkur jatuh dan wajahnya mendarat di aspal yang kasar. Wajahnya sedikit tergores, dan Aran pikir itu sebanding dengan luka ditangan nya.
"Mungkin saat ini dia di rumah sakit," Aran berbicara sambil menunduk.
Sedangkan Arthur, ia tak habis pikir dengan Jolie yang tiba-tiba menghentikan langkah Aran. Akan tetapi, ia lebih tak habis pikir dengan Aran yang menyembunyikan itu padanya.
"Maaf," kata itu terlontar begitu saja dari mulut Aran.
"Untuk apa?" Arthur bingung dengan Aran yang tiba-tiba minta maaf.
"Aku membuat Jolie terluka,"
"Itu bagus, kau melindungi dirimu. Lihatlah, dia juga membuat tangan mu terluka," Arthur menarik tangan Aran dan menunjukkan nya pada gadis itu.
"Aku akan mengambil obat,"
"Tidak perlu," Aran menarik tangan Arthur hingga keduanya berdekatan.
"Apa? Apa lagi mau mu?" kini wajah Arthur berubah datar.
Aran sudah akan memulai aksi nya lagi, dan kini entah apa yang akan dia mulai. Arthur harus banyak waspada dengan gerakan tiba-tiba gadis itu.
"Cium, aku hanya ingin kau mencium ku,"
Daar! Dengan tidak tahu malu nya ia malah ingin meminta pria itu melakukan hal yang tidak ada kaitannya dengan yang sedang mereka bicarakan. Arthur mengusap wajahnya, berniat untuk bangun.
Tapi, ia kembali ditarik oleh gadis tidak tahu malu itu dengan mendekatkan wajahnya.
"Apa kau tidak mau mencium ku?"
"Tidak, untuk apa aku mencium mu,"
"Ayolah, aku ingin mencobanya,"
Apa, mencobanya? Arthur merasa kegilaan gadis ini sudah di tingkat lanjutan. Sepertinya luka ditangannya membuat otak gadis itu sedikit bergeser, itu yang Arthur pikirkan.
"Tidak, lain kali saja,"
"Aku mau sekarang,"
Aran mulai mendekat kan wajahnya pada Arthur. Pria itu memundurkan kepala nya, hingga kini posisi Arthur sudah tertidur di sofa dengan Aran yang terus mendekat.
"Tunggu, apa ini tidak terbalik" batin Arthur menyadari kini posisinya terlihat aneh.
Ia segera bangun dan merubah posisi nya. Aran tersenyum, merasa senang karena dirinya yang menang.
"Arthur, kapan kau akan menjemput Aran?"
Tiba-tiba saja Nenek masuk, karena pintu yang tak dikunci.
Bruk! Aran mendorong tubuh Arthur hingga jatuh kebawah dan terhantuk meja. Ia buru-buru duduk dan menghampiri Nenek.
"Eh, aku sudah pulang, Nek," Ia menghampiri Nenek sambil tersenyum kikuk.
"Auwww," Arthur meringis kesakitan.
"Apa Nenek menggangu kalian. Maaf, Nenek pikir kau belum pulang,"
"Tidak, Nek. Lagi pula kami sedang bersantai, hehe,"
"Ya, baiklah. Nenek bersyukur kau sudah pulang, kau boleh melanjutkan yang tadi,"
Nenek keluar dan keduanya hanya bisa tersenyum dan bernapas lega setelah Nenek keluar.
"Oh ya, jangan lupa kunci pintunya," Nenek tiba-tiba kembali dan langsung pergi. Hal itu membuat keduanya terkejut.
Aran menutup pintu dan tak lupa mengunci nya. Ketika berbalik, ia melihat Arthur sedang memakan Apel yang di belinya tadi.
"Heyy, itu milikku," ia tidak terima makanan nya diambil begitu saja, padahal ia membeli dengan uang pria itu.
"Aku juga mau, aih aku hanya membeli satu," ia menyadari bahwa hanya membeli satu apel.
"Kau mau?" Arthur bertanya dan diangguki Aran.
"Kau mau cium juga?" pertanyaan kedua dijawab dengan anggukan yang semangat.
Tanpa aba-aba, Arthur langsung menarik tengkuk gadis itu setelah menggigit apel. Aran terkejut, tapi tidak menolak. Ia malah kegirangan karena mendapatkan dua-duanya.
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments