"Aran!" Seorang gadis melambaikan tangan, melihat itu Aran bergegas menghampiri.
"Aaa...Aku merindukan mu," Aran langsung memeluk sahabatnya itu.
Khezia, sahabat Aran sejak SMU. Mereka berteman sudah cukup lama, Khezia juga mengenal Ayah Aran sebelumnya. Gadis itu bernasib tak jauh beda dari Aran, sebatang kara tanpa sanak saudara.
Berbeda dengan Aran yang masih mempunyai Paman, namun untuk kini sepertinya mereka sama.
"Heyy, lihatlah. Kini kau menggunakan pakaian bermerek, hahahah," Khezia terkekeh melihat pakaian Aran yang sekarang.
"Aih, Kau ini. Ini bukan milik ku, aku hanya meminjam nya," Aran sudah paham dengan sahabat nya itu.
"Ya, ya, ya. Kau harus menceritakan semuanya pada ku, ayo, ibu kantin sudah rindu dengan menantu nya ini," Khezia langsung menarik tangan Aran.
"Hahahah, Anaknya ibu kantin sudah memiliki kekasih, Kheziaaa,"
"Halah baru kekasih, selama janur kuning belum melengkung tidak masalah ditikung,"
Sesampainya di kantin mereka langsung mengambil tempat duduk seperti biasa. Kantin masih sepi, karena memang keadaannya masih pagi. Sebenarnya mereka ada kelas pukul sembilan, namun karena ingin membicarakan banyak hal mereka datang lebih awal.
"Ibu mertua! Seperti biasa!" Khezia sedikit berteriak.
"Siaapp!" disana ibu kantin yang sudah terbiasa dengan khezia menyahuti.
"Heh, pada mertua tidak ada sopan sopan nya,"
"Eheheh, masih calon," tersenyum dengan menampilkan deretan gigi Pepsodent nya.
"Ah! Sudah, sekarang ceritakan apa yang terjadi pada mu sejak seminggu yang lalu," kembali berbicara pada tujuan awal.
Sudah merasa dekat dan percaya, Aran menceritakan semua yang terjadi pada dirinya dari awal bertemu Arthur.
Cerita Aran cukup menarik bagi Khezia, saat ibu kantin mengantarkan makanan ia tanpa berkata langsung memakan makanan itu. Tangan nya memberi isyarat agar ibu kantin ikut duduk bersama mereka.
Kedua wanita beda usia itu nampak serius mendengarkan cerita Aran, tak ingin terlewat sedikit pun dari pendengaran mereka. Hingga saat Aran selesai bercerita, makanan di piring Khezia sudah habis tak tersisa.
"Tua bangka tidak tahu diri!" Khezia ikut emosi mendengar itu, secara tidak sadar ia menggebrak meja.
"Tapi, menurutku kau tidak terlalu rugi, benar kan Bu," ia meminta persetujuan ibu kantin.
"Benar, setidaknya sekarang untuk materi kamu tercukupi, Aran," ibu kantin yang sudah merasa akrab dengan keduanya ikut memberikan opini.
"Betul, jika aku jadi dirimu aku juga akan meninggalkan suamiku,"
"Suami?" Aran bingung dengan ucapan sahabat nya itu.
"Ibu mertua, dimana suamiku?" ia malah bertanya hal tidak jelas.
"Sudah berangkat bersama selingkuhan nya," ibu kantin menjawab enteng pertanyaan nyeleneh Khezia.
"Yaaaa, mengapa kau biarkan, aku istrinya saja belum menemuinya,"
"Astaga, gadis tidak waras. Selesaikan dulu studi mu, kuliah yang benar," ibu kantin bangun dari duduknya dan meninggalkan kedua gadis itu.
"Kau jujur itu tuan muda Sanjaya?" kini raut wajahnya terlihat serius.
"Kapan aku berbohong padamu,"
"Astaga, Duda mapan idaman semua perawan, Aaakkk!!!" Gadis itu tiba-tiba berteriak sendiri.
"Boleh aku jadi istri keduanya?" berbicara dengan polos tanpa memikirkan hal lain.
Tuk'
Aran memukul kepala gadis itu dengan sendok. Bisa-bisanya gadis itu malah berpikir hal seperti itu, apa jadi yang kedua adalah impiannya.
"Ish, sakit," ia menggosok kepalanya yang dipukul sendok itu.
"Jadi, kau akan melamar magang disana,"
"Aku baru mengirimkan E-mail, entah di terima atau tidak aku tidak tahu. Aa kau mau kesana juga?"
"Tidak, Aku sudah diterima di Nayottama Grup. Tapi, mengapa harus mengirim E-mail, bukankah suami mu Presdir nya?"
"Aku ingin hasil murni, tanpa campur tangan siapapun,"
"yaaa, terserah padamu saja," Khezia kembali makan, tak peduli padahal itu milik Aran.
"Heyy, ini makanan ku,"
"Sekarang sedang ku makan, sudah kau harus diet bukan,"
"Haghhh..."
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments