Aran akhirnya tiba di rumah yang beberapa bulan ini akan menjadi tempat tinggal nya. Ia mendapatkan sambutan dari para pelayan rumah yang sedang bekerja. Ketika masuk, ia tak mendapati keberadaan Nenek.
"Bibi, apa kau melihat Nenek?" Ia bertanya pada salah satu pelayan disitu.
"Nyonya besar sedang ada di dapur, Nona," sang pelayan menghentikan aktivitas nya untuk menjawab pertanyaan Aran.
"Sedang apa?" Aran sedikit bingung.
"Sudah menjadi kebiasaan Nyonya, Nona. Ia selalu membuat kue dan akan membagikannya pada anak-anak panti asuhan," sang pelayan menjelaskan.
"Oh baiklah, bibi boleh lanjut berkerja. Terimakasih, Bi," Aran berlalu menju kamarnya.
"Sopan sekali nona muda ini. Aku harap ia yang menjadi istri tuan muda untuk selamanya," sang Bibi merasa terharu oleh Aran yang bersikap sopan padanya.
Aran mendengar harapan wanita paruh baya itu, ia sedikit terkekeh. Tidak mungkin baginya untuk menjadi istri Arthur selamanya, dan ia juga tidak mengharapkan itu.
Setelah tiba dikamar, Aran langsung membersihkan diri dan mengganti pakaian dengan yang lebih santai dan nyaman. Ia menggunakan kaos oblong putih dan celana hitam pendek diatas lutut, hanya menggulung rambut dan menjepitnya saja.
Ia langsung kembali turun dan menghampiri Nenek yang ternyata memang sedang sibuk di dapur.
"Nenek," sesampainya di sana ia langsung berseru.
"Aiya, cucuku sudah pulang," Nenek tersenyum melihat Aran.
"Nenek sedang membuat kue?" ia bertanya untuk berbasa-basi.
"Iya, cobalah," Nenek menyodorkan sebuah kue yang baru selesai dihias nya.
"Emmm, ini enak, Nek. Begitu lembut dan manis," Aran langsung memuji setelah memakan suapan pertama.
Ia tidak bohong, kue ini memang begitu enak. Walaupun ia sudah kenyang karena makan siang tadi, tapi tetap ia habiskan kue yang ada ditangannya.
"Aku bantu ya, Nek," Aran menawarkan diri.
"Tidak perlu, nanti tubuh mu kotor," Nenek melarang Aran membantu nya.
"Aih, Nenek ini. Ya sudah, tapi Nenek harus mengajarkan ku cara membuat kue enak seperti ini," Mendengar jawaban Aran, Nenek tersenyum.
"Baiklah, tapi jangan sampai mengotori dirimu. Nanti suami mu marah pada Nenek," Nenek berbicara sambil tersenyum meledek.
"Nenek...," Aran menekuk wajahnya mendengar itu.
Lama keduanya menghabiskan waktu di dapur bersama. Di selipi dengan canda dan tawa dari keduanya, membuat dapur menjadi hangat. Ini hari pertama Aran tinggal dirumah itu, tapi semua orang sudah bisa merasakan kehangatan akan kehadiran nya.
"Nenek tidak melarang mu ikut, tapi jam sudah menunjukkan waktu Arthur pulang," Setelah selesai membuat kue dan menata nya, Nenek sendiri yang akan mengantarkan kue-kue itu.
"Iya Nek. Lain kali aku akan ikut," Aran tersenyum simpul.
Nenek pergi dengan diantar oleh supir pribadinya, dan Aran kembali ke kamar untuk mengistirahatkan tubuh nya. Sebelum itu, ia kembali mandi karena merasa tubuhnya lengket oleh keringat.
Di bawah, Arthur baru saja tiba. Ia langsung naik ke atas menuju kamarnya. Sedangkan David, ia menuju ruang kerja Arthur untuk menyimpan beberapa berkas. Saat dirinya akan pulang, langkah nya terhenti oleh suara seorang pelayan.
"Ada apa?" David berbicara datar seperti biasanya.
"Nona muda menitipkan ini untuk anda, Tuan" pelayan itu menyerahkan paper bag itu pada David.
"Baiklah, kau boleh kembali," David menerima nya dan langsung pulang kerumahnya.
Setibanya dikamar, Arthur tak mendapati keberadaan Aran. Ia membuka jas, melepaskan dasi dan membuka beberapa kancing kemejanya.
Membuka sepatu dan kaus kaki dan mengganti nya dengan sandal rumah, serta menggulung lengan kemejanya hingga sikut tak berniat untuk langsung mandi.
"Kemana gadis itu," ia bergumam karena Aran tak muncul juga dihadapan nya.
Saat ia berjalan menuju ruang pakaian, ia akhirnya mendapati keberadaan Aran yang sedang berceloteh meyumpah serapah figur miliknya yang ada diruangan itu.
"Memang nya kau siapa berani mengatur ku?! Cih," ia masih mengoceh tanpa sadar Arthur sudah berdiri di belakang nya.
Dan yang lebih parahnya, gadis itu mengoceh hanya dengan melilitkan handuk sebatas dada dan diatas lutut. Bahkan air masih menetes dari tubuhnya.
"Sudah puas mengoceh nya?" Arthur berbisik di telinga Aran.
"Yakkk!" dengan spontan Aran menoleh, karena terkejut ia hampir terjatuh jika Arthur tak menarik nya.
Kini wajahnya tepat bersandar di dada Arthur. Jantung keduanya berdegup kencang, begitu hening hingga hanya degupan jantung itu yang terdengar.
"Tidak sopan!" Aran langsung melepaskan pelukan Arthur.
"Bukannya dirimu yang tidak sopan, kau berani menyumpahi ku," Arthur membalikkan ucapan Aran, gadis di depannya langsung memalingkan wajah.
"Cih, keluar sana. Aku ingin berpakaian," Aran mengusir Arthur agar keluar.
"Kau mengusir ku?" Ia menunjuk diri sendiri.
"Baik, jika kau tak mau keluar, silahkan saja," Aran menantang pria didepannya.
"Yak! Arana!" Arthur langsung berteriak dan memalingkan wajah saat Aran menjatuhkan handuk ditubuhnya secara tiba-tiba.
Ia langsung mengunci pintu saat Arthur sudah keluar dari ruang pakaian. Setelah beberapa saat, Arthur baru sadar. Mengapa ia harus terkejut, bukankah ia sudah terbiasa melihat Jolie, tapi mengapa ia merasa berbeda saat bersama Aran.
Arthur langsung duduk di sofa dan menyibukkan diri dengan gadget nya dan berusaha melupakan itu.
"Selamat sore ,Tuan. Maaf mengga**ngu, saya ingin berterima kasih pada nona atas kue nya,"
"Kue? Kue apa yang dia maksud?" Arthur sedikit bingung dan menanyakan lebih jelas pada David.
'klek
Aran keluar dari ruang ganti dengan baju tidur pendek nya, ia sedikit heran mengapa ia hanya disediakan baju pendek dan semua baju yang ada itu adalah baju pendek.
Dirinya langsung duduk di depan meja rias dan mulai menyisir rambutnya. Arthur tiba-tiba berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Setelah Arthur masuk, Aran buru-buru turun ke dapur.
"Hagh...Haaahhh" ia bernapas dan menghirup udara sebanyak-banyaknya.
Mengingat kejadian yang baru saja terjadi, wajahnya memerah. Sungguh, dalam hatinya sebenarnya ia mengutuk diri dan merasa bodoh atas apa yang telah dilakukannya.
"Bodoh! Bodoh!" ia masih kesal sendiri dengan dirinya.
"Nona, ada apa? Apa nona kesakitan?" tiba-tiba seorang pelayan menghampiri karena melihat Aran yang memegangi kepalanya.
"Ah tidak, Bibi. Aku baik-baik saja," Aran tersenyum memberitahu keadaan nya.
"Apa itu anggur?" mata Aran tertuju pada keranjang anggur yang dibawa sang Bibi.
"Iya, Nona. Ini baru Bibi petik di kebun belakang," Sang bibi menjawab sopan.
"Waw, terlihat manis. Boleh aku memakan nya?" ia tertarik dengan anggur hijau dengan ukuran yang cukup besar itu.
"Tentu, Nona. Akan bibi bersihkan terlebih dulu," bibi itu langsung mencuci anggur dan memindahkan nya di mangkuk agar memudahkan Aran menikmati nya.
"Aku sudah sering bertemu bibi, tapi aku belum mengenal bibi," Aran merasa nyaman dengan pelayan yang satu ini.
"Nama Bibi, Bi Rahma. Disini bibi kepala pelayan, Nona bisa memanggil bibi Ma," Sang bibi memperkenalkan diri dan mendapatkan anggukan dari Aran.
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments