"Berapa Paman membayar mu? Aku akan mengganti nya, asal lepaskan aku," pagi-pagi sekali Aran sudah membuat wajah Arthur berkerut.
"Apa kau yakin akan mengganti nya, hagh! Pria tua itu selalu memanfaatkan mu, seharusnya kau bersyukur aku menolong mu," berucap dengan kesal.
"Aku manusia, bukan hewan yang akan selalu patuh pada ucapan mu," masih kekeh mempertahankan harga dirinya.
"Ya, ya baiklah apa mau mu?" Arthur memegang kepalanya yang terasa berdenyut. Untuk pertama kalinya ada yang berani melawannya seperti Aran.
"Jika kau tidak mau melepaskan ku sekarang, setidaknya beri aku kebebasan. Dan, aku akan segera mengembalikan uang mu berapa pun nominal nya," tegas Aran.
"Baik, sekarang cepat turun. Berapa lama kau akan membuat nenek menunggu," ia tidak ingin berpanjang lebar lagi.
Keduanya turun menuju meja makan, menghampiri nenek yang sudah lama menunggu. Arthur tidak habis pikir dengan gadis itu, apa karena hembusan angin malam yang dingin membuat nya menjadi gadis cerewet pada umumnya.
Dia benar-benar salah mengira, awalnya ia pikir Aran adalah gadis yang lugu dan pendiam tapi dugaannya salah total.
"Sudah selesai?" Nenek bertanya sambil menarik turunkan alisnya.
"maksud Nenek?" Aran tiba-tiba merasa gugup dengan pertanyaan Nenek.
"Kau benar-benar membuat Arthur berubah. Kau tau tadi malam suami mu pulang dengan acak acakan," Nenek berbicara dengan memelankan suaranya di akhir kalimat.
"Ekhem!" Arthur menyela bisikan dua wanita beda usia dihadapan nya.
"Pulang dengan acak acakan? memangnya pria itu telah melakukan apa," dalam hatinya Aran bergumam.
Degh!
Aran baru sadar ia terbangun tadi pagi di tempat tidur dan yang lebih parahnya Arthur tidur di sampingnya. Seketika mata nya membola sempurna, ia tiba-tiba merasa seluruh tubuhnya merinding.
"Aran? Ada apa," Nenek melambaikan tangan di depan wajah Aran, tapi gadis itu masih larut dalam lamunannya.
Arthur mendongak melihat Aran yang melamun.
"Ada apa?" Arthur merasa bingung dengan perubahan raut wajah Aran yang tiba-tiba.
"Tidak, tidak ada," Ia segera sadar dan menyantap sarapannya.
"Apa kau sakit, Nak?" Nenek kembali bertanya dengan cemas.
"Tidak, Nek. Aku baik baik saja," Aran menjawab dengan tersenyum pada Nenek disampingnya.
Setelah menghabiskan sarapan Arthur membawa Aran untuk ikut ke kantor. Ada yang ingin Arthur katakan dan kantor tempat yang pas untuk berbicara dengan wanita itu.
Di mobil Aran duduk menjauh dari Arthur, ia begitu menempel dengan pintu mobil dan enggan untuk duduk lebih dekat dengan Arthur.
"Kau kenapa?" Arthur bertanya dengan memegang bahu gadis itu.
"a...aku baik baik saja," Aran terlonjak kaget. Ia juga mengutuki dirinya yang malah memakai dress dengan model lengan panjang namun bagian bahu terbuka, apalagi dress nya begitu menempel ditubuhnya.
Otomatis ketika Arthur menyentuh nya, pria itu langsung menyentuh kulitnya.
"Apa aku begitu menyeramkan Dimata nya?" Arthur bertanya-tanya didalamnya hatinya.
Setelah perjalanan beberapa saat itu, akhirnya mereka tiba di depan gedung perusahaan milik keluarga Sanjaya. Gedung besar nan megah yang sudah beroperasi bertahun-tahun lamanya.
David turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Arthur. Aran hanya diam saja, ketika Arthur membukakan pintu untuknya ia kebingungan apa ia harus menggenggam tangan pria itu.
"Berapa lama kau akan memandang tangan ku? Apa akan ada sinar dari tangan mu itu, cepat keluar," Arthur berbicara dengan datar.
"Cih, aku tidak mau menggenggam tangan mu!" Aran keluar tanpa meraih uluran tangan Arthur.
Arthur memasukkan kedua tangannya ke dalam saku, ia sedikit kesal melihat Aran yang begitu sombong padanya.
"Setidaknya kau harus ingin ini daerah kekuasaan ku, jangan macam-macam," Arthur memperingati Aran.
Aran paham, ia langsung menggandeng tangan Arthur dengan mesra dan begitu menempel bak perangko. Arthur pun dibuat terkejut olehnya.
"Apa ini yang kau inginkan, Suamiku?" Aran berbicara dengan lembut disertai kedipan mata.
Arthur membuang muka dan kembali fokus berjalan ke depan. Dalam hatinya, Aran ingin muntah saat mengucapkan kata-kata terakhirnya.
Sepanjang perjalanan ketika masuk ke gedung tersebut banyak yang menyapa Arthur, namun sepertinya biasa ia mengabaikan semua sapaan itu sedangkan Aran hanya bisa tersenyum tipis.
"Berhenti tersenyum dan membuang tenaga mu," sedikit tidak suka melihat Aran yang tersenyum pada orang lain.
"Setidaknya aku tidak sombong dan angkuh seperti mu," Aran langsung melepaskan tangannya dari tangan Arthur.
"Apa kau bilang?" Arthur mendekatkan wajahnya pada wajah Aran.
Kini jarak diantara keduanya sudah terkikis, membuat jantung Aran berdegup dua kali lebih kencang.
Ting!
Pintu lift terbuka, terdengar suara dua gadis yang terkejut di depan pintu lift. Wajah Aran memerah malu, ia langsung mengalungkan kedua tangannya dibahu Arthur dan menyembunyikan wajahnya di dada pria itu.
Gerakan tiba-tiba Aran membuat tubuh Arthur membeku, ia mengedipkan matanya berkali-kali dan kembali memasang wajah datar nya, keluar dari lift dengan Aran yang ada di pangkuan nya.
Arthur melihat dengan ujung matanya, nampak dua gadis tadi menunduk sopan padanya.
Di depan pintu ruangan Arthur, David sudah berdiri dengan wajah kebingungan melihat Aran dipangkuan Arthur. Tanpa bertanya, ia membukakan pintu dan membiarkan Arthur masuk terlebih dahulu.
"Sampai kapan kau akan seperti ini?" Suara datar yang kini sudah familiar di telinga Aran.
"Hehehe, maaf," Ia tersenyum menatap Arthur, langsung turun tanpa merasa bersalah.
Setelah Aran turun dan merapikan rambut serta pakaiannya. David menghampiri Arthur dan membisikkan sesuatu, Aran menebak bisikan David tampak serius hingga raut wajah datar Arthur semakin datar dimatanya.
"Jangan pergi kemana-mana, aku ada rapat mendadak," Memberikan perintah yang tidak boleh dibantah.
"Hm," Aran mengangguk paham.
Kedua pria itu pun pergi berlalu dari hadapan Aran, dan menghilang ditelan pintu. Aran mengamati ruangan dengan intens, menelisik setiap sudut. Satu kata yang dapat Aran ucapkan, Kagum.
Ia begitu kagum dengan semua yang Arthur miliki. Selalu mewah, dan bernilai tinggi. Ia menjatuhkan bokongnya di sofa empuk yang ada diruangan itu.
"Dia membawa ku kemari dan meninggalkan begitu saja," menggerutu, kesal dirinya ditinggal sendiri.
"Aih bagaimana kau bisa masuk kemari,..." samar-samar Aran mendengar suara dari luar.
Ia berjalan menuju pintu, ternyata pintu tidak tertutup sempurna jadi ia bisa mendengar suara dari luar.
"Apa itu?" Aran bertanya pada Cleaning servis dengan mengeluarkan kepalanya saja.
"Hah, Nona. Maaf, saya tidak berniat mengganggu anda," Cleaning servis itu menunduk sopan, Aran melihat pria didepannya seperti ketakutan.
"Bagaimana kucing bisa ada di kantor? Apa perusahaan ini bergerak di bidang perlindungan hewan?" dengan polos Aran bertanya.
"Hagh?" Pria di depannya mengangkat wajahnya dan melihat Aran lebih jelas.
"Boleh berikan pada ku?" ia mengulurkan kedua tangannya.
"Tapi, Nona..." pria itu kebingungan.
"Aku tidak peduli perusahaan ini, perusahaan apa. Setidaknya dia bisa menemaniku," Aran langsung merebut hewan berbulu itu dan masuk kembali.
Meninggalkan pria itu yang larut dalam kebingungan. " Dia bukan Nona Jolie,"
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Alizeee
Aran kamu harus kuat/Determined/
2024-04-06
1