Setelah tamu berdatangan, akhirnya tiba pada acara initi. Dimana Jolie memberikan sambutan dan ucapan terimakasih karena ia bisa mengadakan pameran ini.
"Aku memang sangat menyukai seni. Apalagi seni lukis, hidupku hampa rasanya jika aku tak melihat seni. Aku juga ingin mengucapkan banyak terimakasih pada kalian semua yang telah mendukung ku.
Terimakasih ku juga terkhusus bagi Presdir Sanjaya Grup. Tanpa dukungan nya mungkin aku takkan bisa sampai di titik ini,"
Tepukan tangan terdengar, mereka bertepuk tangan bersama.
"Ya walaupun kami sudah tak bersama lagi, tapi hubungan kami cukup baik. Bukannya aku ingin kembali, tapi mungkin jika ada kesempatan bolehkan?" ia tersenyum miring pada Aran.
"Orang itu memang penjilat," Merie yang berdiri di samping Aran berbisik.
"Padahal aku tidak peduli dia mau berbuat apa pun," Aran ikut berbisik menyahuti.
"Jika kau bermasalah dengan nya, panggil aku segera," masih melanjutkan bisikan.
"Hm, tentu Merie," Aran menjawab disertai kode tangannya.
"Kak, wanita ini seperti lalat capung," Ryan berbisik pada Brian.
"Apa maksud mu?" Brian menyahuti dan tak peduli pada Arthur yang berada diantara mereka.
"Prinsipnya adalah bergaya, tanpa memikirkan konsekuensinya," menjelaskan maksud perkataan nya.
"Dari mana pribahasa itu, aneh-aneh saja," Brian sedikit terkekeh.
"Ekhem," Arthur sedikit kesal dengan dua manusia disampingnya. Mendengar teguran Arthur, keduanya langsung kembali berdiri dengan tegap.
"Hahaha, aku tak berniat untuk kembali bersama mantan suamiku. Silahkan semuanya, kembali nikmati acara ini. Terimakasih," Jolie menyelesaikan ucapannya tanpa memperdulikan pada orang-orang yang berbisik tepat dihadapan nya.
Setelah sambutan dari Jolie, mereka semua kembali menikmati lukisan-lukisan yang dipamerkan. Untuk mereka memang hal ini sangat di nantikan, akan tetapi tidak bagi orang seperti Aran.
"Aku lebih baik menghadiri peragaan busana," Aran bergumam karena dirinya dilanda rasa bosan.
"Harapan mu akan segera terkabul, tiga hari lagi kita akan pergi ke peragaan busana," Arthur tiba-tiba menghampiri dan menyahuti gerutuan Aran.
"Benarkah? Dimana?" untuk hal yang seperti ini Aran pasti antusias.
"Kau akan tahu nanti," seperti biasa, Arthur akan membuat Aran senang sekejap. Setelah mengatakan itu ia berjalan keluar.
"Heyy, Ck. Dia ingin meninggalkan ku apa!" Sedikit berlari mengimbangi langkah Arthur.
'bruk!
Tepat dipintu masuk, ia terjatuh karena tersandung oleh karpet merah yang terbentang itu apalagi dirinya yang menggunakan heels yang cukup tinggi.
"Auww, sakit," Aran sedikit mengerang kesakitan.
"Aduh Aran ada apa?!" Jolie tiba-tiba datang dengan berbicara sedikit lantang.
Karena Jolie yang sedikit berteriak alhasil semua mata tertuju pada Aran.
"Kau terjatuh? Apa kau tak terbiasa berjalan diatas karpet dengan heels?" nada ucapan nya terdengar sangat meremehkan.
"Aih, seperti nya kau harus sekolah tatakrama agar tidak mempermalukan keluarga Sanjaya," kembali ia melontarkan ejekan. Orang-orang menatap rendah pada Aran.
"Wanita itu! Aku harus memberinya pelajaran," Merie yang melihat menjadi geram.
"Biarkan, ada Arthur disana," Ryan menahan Merie yang akan berjalan menghampiri.
"Sepertinya yang harus sekolah tatakrama itu kau!" Arthur kembali masuk melihat apa yang terjadi pada Aran.
"Kau harus ingat batasan mu!" Arthur langsung menggendong Aran.
Sontak hal itu semakin membuat Jolie kesal dan marah. Ia tak bisa berbuat apa, hanya bisa mengepalkan tangannya dan menatap benci pada Aran.
"Setidaknya aku tak pernah mempermalukan mu, bukan seperti wanita tidak jelas ini!"
"Jolie!!" Kini nada bicara Arthur meninggi. Aran sedikit takut melihat Arthur yang nampak marah, ia menyembunyikan wajahnya di dada pria itu.
"Apa? Kau rela mencampakkan ku hanya demi wanita tidak jelas ini!" Jolie ikut meninggikan nada bicara nya.
"Arthur akan marah, kita harus memisahkan mereka," Merie sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Pameran ini bisa kacau jika Arthur marah," begitu pula Brian yang ikut khawatir.
"Tidak, jangan," tapi Ryan justru menghentikan keduanya.
"Apalagi, Kau lihat Arthur akan marah," Merie sedikit kesal pada Ryan yang menghalanginya terus.
"Lihatlah," tangan Ryan masih menahan keduanya.
"Ayo pulang, aku merasa tidak nyaman. Mereka menatap kita," suara Aran terdengar lembut di telinga Arthur.
"Kau jangan lupa diri Jolie! Sebelum mengenal keluarga Sanjaya, kau bahkan tidak dianggap manusia!" Perkataan Arthur mengingatkan mereka semua yang hadir, mereka yang mengenal Jolie dari awal merasa Apa yang Arthur katakan benar adanya.
Arthur berbalik, pergi meninggalkan acara itu. Ia kesal mendengar Jolie merendahkan Aran, jika Aran direndahkan berarti mereka meragukan pilihannya.
"Arthur!" Jolie berteriak, sudah tak peduli dengan pandangan orang-orang.
"Ck.ck. Ingat, lalat capung itu tidak akan hidup lama," Ryan berlalu melewati Jolie dengan senyum meledek nya, diikuti Merie juga Brian.
Mereka yang menyaksikan perdebatan singkat antara Arthur dan Jolie kembali acuh tak acuh dan sibuk pada obrolan mereka kembali.
Arthur mendudukan Aran di kursi samping pengemudi, kini mereka tak bersama David. Jadi, yang membawa mobil adalah Arthur sendiri.
Mobil melaju dengan suasana ricuh diluar dan sunyi diantara mereka. Aran merasa kesal apa yang Jolie katakan, sebenarnya bisa saja ia melawan tapi ia masih ingat ada Arthur. Ia tidak ingin mempermalukan Arthur di acara itu.
Berbeda dengan Aran, Arthur justru memikirkan mengapa ia tidak marah. Dan, mengapa ia bisa tenang hanya dengan kalimat sederhana yang Aran ucapkan, tidak biasanya ia seperti ini.
Baru melaju beberapa saat tiba-tiba mobil kembali berhenti di depan sebuah rumah sakit. Aran kebingungan, mengapa mereka berhenti disana.
"Untuk apa kita berhenti disini?" ia mengutarakan kebingungan nya.
"Kau tidak lihat, lutut mu memar dan sedikit berdarah karena tergores. Apa kau ingin aku dimarahi Nenek," Arthur menjelaskan alasan ia membawa Aran ke rumah sakit.
"Apa-apaan, ini hanya tergores karpet. Huh, lagipula karpet itu terbuat dari apa hingga membuat lutut berdarah," batin Aran.
"Tidak perlu, lagipula aku tidak suka aroma rumah sakit. Jika kau membawa ku kesana, aku akan sakit lebih parah," Aran berusaha mencari alasan, padahal bukan itu sebenarnya.
Ia saat SMU bahkan pernah bekerja di rumah sakit sebagai cleaning service sepulang sekolah dan dihari libur. Ya, saat itu pamannya hanya memberinya sedikit uang jajan dan ia membutuhkan banyak keperluan yang harus dibeli.
"Baiklah, jika itu mau mu," Arthur tak memaksa, ia kembali melajukan mobilnya untuk pulang.
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments