Aran memilih duduk di diruang tengah untuk menikmati anggur nya sambil menonton televisi. Arthur turun, dan langsung ikut duduk disamping Aran, tapi beberapa saat pria itu mengubah posisi dan berbaring dengan menjadikan paha Aran sebagai bantal.
"Heyyy," Aran ingin protes.
"Kau harus menuruti perintah ku," ucapan sarkasme Arthur membuat Aran bungkam.
"Kau membuat kue untuk David, apa kau tidak membuatkan untuk ku?" tanpa basa basi ia langsung bertanya.
"Bukan kah kau tidak suka makanan manis," sedikit melirik dan kembali fokus pada televisi.
"Ck. Apa maksud mu," ada rasa kesal saat tahu David mendapatkan kue dan dirinya tidak. Memang tidak salah, dirinya tidak suka makanan manis apalagi itu kue. Tapi, entah mengapa untuk kali ini dia menginginkan itu.
"Bibi, tolong ambilkan kue yang ku simpan tadi," Aran langsung meminta tolong pada bibi yang lewat.
Dalam hatinya, Arthur bersorak gembira. Perasaan senang itu tiba-tiba muncul sendiri, membayangkan Aran membuat kan kue untuk nya.
Senyum lebar Arthur perlahan memudar saat melihat sepotong kue yang berukuran kecil itu diantar kan bibi.
"Terimakasih, Bi," Aran menerima kue itu.
"Sama-sama, Nona," sang bibi langsung pergi.
"Mengapa sebesar itu? Kau memberikan kue untuk David ada lima potong dan untuk ku hanya satu?" Ia menggerutu melihat itu, dan langsung mendapat lirikan tajam dari Aran.
"Apa kau ingin disamakan dengan asisten mu? Ini murni buatan ku, dan yang ku berikan pada asisten mu buatan Nenek, aku hanya membantu memanggang saja," Aran sedikit aneh dengan sifat kekanak-kanakan Arthur.
"Begitu kah," Arthur langsung bangun dari tidur nya dan beralih duduk.
"Jika kau tidak suka, akan ku makan,"
"Aku akan memakannya," Arthur merasa senang karena di istimewakan oleh Aran.
~
Malam kian larut, dan dikamar Arthur. Aran nampak masih sibuk dengan laptop di depannya, ia sedikit terbantu karena Arthur meminjamkan nya laptop untuk kuliah tapi untuk buku-buku miliknya sepertinya ia harus pulang dulu ke rumah dan mengambil beberapa yang penting.
"Aran, Kau belum tidur," sebuah pesan tiba-tiba masuk di ponsel Aran, ternyata itu pesan dari sahabat nya.
Cukup lama ia berbalas pesan dengan sahabat nya itu, ia juga menceritakan apa yang terjadi selama seminggu ini padanya. Berawal dari yang mendapat kabar pernikahan kakak sepupu dan berakhir ia yang menikah.
Obrolan keduanya tampak mengasyikkan walaupun hanya lewat pesan. Aran melirik kebelakang, ternyata Arthur masih belum tidur. Ia menyimpan ponsel nya dan beralih pada pria itu.
"Kenapa belum tidur?" bertanya sambil merapikan meja nya.
"Aku tidak terbiasa tidur dijam seperti ini," jawaban Arthur terdengar acuh tak acuh.
"Bukannya ini sudah larut," kembali bertanya.
"Aku menderita insomnia. Karena sekarang ada kau, kau harus membacakan buku ini untuk ku," tiba-tiba menyodorkan sebuah buku.
"Memangnya kau anak-anak," tidak terima karena ia juga sudah mengantuk.
"Kau harus mendengar ucapan ku," kembali melontarkan kata andalan.
"Cih, pemaksaan," menggerutu tapi tetap mengambil buku itu.
"Kisah seorang wanita miskin," Aran mulai membaca judul buku itu.
"Kenapa ini seperti meny**indir ku," batin Aran.
"Ada sebuah pepatah mengatakan, jika kau sudah hidup sengsara maka di kehidupan selanjutnya tuhan takkan mengizinkan mu untuk sengsara," Aran melirik Arthur yang ternyata sudah terlelap.
"Katanya insomnia. Aku bahkan baru membaca satu halaman, tapi dia sudah tidur," Aran menyimpan buku itu di meja samping tempat tidur.
Ia pun bersiap untuk tidur. Aran melakukan rutinitas sebelum tidur nya seperti biasa, setelah dirasa nyaman ia mengambil selimut yang ada di lemari dan bersiap untuk memejamkan mata. Walaupun hanya sofa, tapi sofa nya begitu nyaman seperti tempat tidur Aran di rumah nya.
Setelah mematikan lampu, Aran pun ikut terlelap.
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments