"Khee, bangun. Aku mau pulang, apa kau akan menginap disini,"
Aran menggoyang-goyangkan tubuh sahabat nya itu yang sulit sekali untuk bangun. Berkali-kali ia membangunkan, sepertinya Khezia benar-benar kelelahan.
"Jika kau tak bangun, aku pergi dan akan mengunci rumah ini!"
"Aku bangun, aku bangun,"
Gadis itu bangun dengan terpaksa, keadaan rambut nya begitu berantakan. Setelah menunggu Khezia merapikan diri, kedua nya keluar meninggalkan rumah yang sudah Aran huni bertahun-tahun dengan banyak kenangan di dalam nya.
"Huh, padahal kita sudah di rumah, sekarang pulang ke rumah lagi," Khezia masih belum puas dengan tidurnya.
"Hey, kau tidak tiga jam, apa tidak cukup," Aran heran dengan sahabat nya itu.
"Emmhh, tidak akan pernah," ia menjawab masih dengan menguap.
"Sudah nanti kau bisa tidur lagi di rumah mu, hati-hati ya,"
"Hm, kau juga hati-hati,"
Kedua nya berpisah karena tujuan Arah yang berbeda. Khezia sudah pergi dengan angkutan umum karena jarak rumah nya yang tidak terlalu jauh. Berbeda dengan Aran, dirinya kini tengah menunggu bus di halte.
Jarak dari rumah nya ke rumah Arthur membutuhkan waktu kurang lebih satu jam, jadi ia memilih menaiki bus untuk alternatif nya pulang.
Tak lama bus pun tiba di halte Aran berdiri, ia masuk dan langsung mengambil tempat duduk.
Disisi lain, Arthur kini sedang duduk di teras sejak dua jam yang lalu. Dirinya tak diam sejak tadi, menunggu Aran yang tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.
"Apa ku jemput saja, akh tidak jangan. Nanti dia berpikir aku mulai menyukai nya. Tapi, bagaimana jika terjadi sesuatu, jika gadis itu terluka bagaimana," batin nya terus berkecamuk memikirkan Aran.
"Haish, sudahlah dia juga tahu cara menjaga diri," Gumamnya dan bangun dari duduknya dan masuk kedalam.
Tiga puluh menit berlalu, selama perjalanan Aran tertidur dan tidak menyadari bahwa ia sudah tiba di terminal. Setelah membayar biaya perjalanan nya, ia turun.
Di saat ia akan memesan taksi, ia melihat supermarket dan entah dorongan dari mana dirinya ingin berbelanja buah-buahan disana, padahal di rumah nya banyak jenis buah dari yang lokal hingga mancanegara.
Setibanya di dalam, pandangan nya tertuju pada Jeruk Mandarin yang begitu menarik perhatian nya. Aran membeli nya beberapa buah dan buah buah lainnya yang ia inginkan.
Pagi tadi Arthur memberinya black card, jadi sayang sekali jika tidak di gunakan. Setelah dari tempat buah-buahan, ia berjalan ke tempat aksesoris. Gadis di usianya memang gemar membeli aksesoris.
Apalagi kini di dukung dengan uang nya yang bebas ia gunakan sepuasnya. Masih berkeliling keliling, membeli camilan manis hingga dirinya tidak sadar hari mulai gelap.
Menyadari malam sudah tiba, ia buru-buru pulang karena sadar ia tidak menepati janjinya yang pulang sore hari. Akan tetapi sebelum ia menaiki taksi ia bertemu dengan seorang wanita yang dikenalnya.
~
"Duh, apa dia sudah pulang. Tidak mungkin, dia masih dikantor," batin Aran yang takut Arthur sudah pulang.
Ketika masuk, ia tidak melihat keberadaan Arthur maupun Nenek. Dirinya segera naik ke atas untuk membersihkan diri, membawa semua belanjaan nya ikut ke kamar.
Sesampainya di kamar, Aran buru-buru mandi dan membersihkan diri. Jujur, ia takut Arthur marah karena pulang malam. Ini belum terlalu malam, namun sudah terlewat beberapa jam dari waktu janji ia pulang.
"Arthur, apa Aran belum pulang?" Nenek nampak khawatir.
"Dia pergi dulu bersama temannya, Nek. Aku akan segera menjemputnya," Arthur menjawab agar menenangkan Nenek.
Sebenarnya di dalam hatinya ia kesal karena gadis itu tak memberi kabar sama sekali. Dan kini, sudah saat makan malam tapi ia belum kembali.
Akhirnya Arthur dan Nenek mulai makan malam bersama. Ketika Aran pulang, Arthur sedang berada di ruang kerjanya begitu pula Nenek yang sedang berada di kamarnya.
Kini Aran sudah selesai dengan mandinya, ia hanya menggunakan crop top dengan hot pants. Dirinya merasa kepanasan walaupun sudah mandi, ia berjalan ke jendela sambil mencepol rambutnya.
"Mobil nya sudah ada, apa dia sudah pulang," Aran mengigit jari telunjuk nya ketakutan seolah ia telah melakukan kesalahan besar.
"Aih, lain kali aku harus berbelanja di siang hari saja," ia merutiki dirinya
"Apa yang sedang kau lihat?"
"Mobil Arthur, sepertinya dia sudah pulang," ia menjawab dengan gemetar.
"Lalu mengapa jika dia sudah pulang?"
"Aku takut ketahuan pulang terlambat, padahal aku tidak sengaja. Ish, bagaimana jika dia tau aku baru pulang,"
"Ohhh, sepertinya dia tahu,"
"Dia tahu?!" Ia melotot ketakutan.
"Yaaakkkk!" Aran semakin terkejut saat menyadari yang berbicara bersamanya sejak tadi adalah Arthur.
"Arana Kasturi!" Arthur berbicara dengan penuh penekanan.
"Aku mohon maafkan aku, aku terlalu senang berbelanja sampai lupa waktu. Ponsel ku mati, jadi aku tak bisa memberi kabar pada mu," Aran menyatukan kedua tangannya di depan wajahnya, berharap mendapat ampun dari Arthur.
"Cih, lagi pula tidak ada yang peduli kau pulang atau tidak," bersikap seolah-olah tidak peduli padahal hatinya kesal karena gadis itu tidak memberi kabar.
"Tetap saja, kau suamiku. Aku merasa bersalah karena mengingkari janjiku yang pulang sore," Aran menunduk merasa bersalah.
Melihat Aran yang merasa sedih, Arthur di buat bingung dengan dirinya. Tubuh dan otaknya kini tak sejalan, tubuhnya ingin memeluk gadis itu tapi berbeda dengan otaknya yang menolak keras.
"Ekhem, baiklah. Asal jangan ulangi lagi,"
"Benarkah, kau tak marah?"
"Hm,"
"Terimakasih," Aran langsung memeluk tubuh Arthur. Seketika pria itu terdiam mematung mendapatkan reaksi mengejutkan dari Aran.
"Apa yang kau beli?" bertanya agar mengalihkan perhatian Aran.
"Tadi aku membeli Jeruk dan beberapa buah lain,"
Arthur tak mempermasalahkan Aran mau membeli apa walaupun seperti buah-buahan banyak di rumah nya.
"Aku juga membeli beberapa barang untuk mu,"
Ia mulai membuka belanjaan nya, memperlihatkan gelang yang dibelinya di toko aksesoris tadi. Dan, hampir semua aksesoris yang dibelinya ada dua, ia beralasan ingin semuanya sama dengan Arthur atau bisa disebut Couple.
"Lihatlah, gelang nya sama bukan,"
"Hm,"
"Apa kau suka?"
"Hm,"
Aran mulai menunjukkan barang barang lainnya. Gelang, bando, kalung, semuanya ia beli yang sama dengan Arthur. Alasan kuat ia membeli itu karena barang obral, hahah ia tidak ingin rugi jika hanya membeli satu.
"Kau harus memakai nya, jangan di lepas," ia memperingatkan pada gelang yang dipakaikan nya pada Arthur.
"Untuk apa aku memakai benda ini. Hm, baiklah aku akan memakainya," Ia berniat menolak, namun melihat raut wajah Aran yang berubah ia hanya bisa mengiyakan saja.
"Apa ini, ada apa dengan tangan mu?"
"Tidak, ini hanya lecet saja,"
"Katakan yang jelas,"
"Tidak ada, tadi aku membawa banyak belanjaan jadi pergelangan lengan ku lecet,"
"Aran,"
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments