Bukan Dia, Tapi Aku!
Udara dikota Keju itu sedang dingin, semua orang memakai mantel tebal untuk membuat tubuh mereka tetap hangat. Dari kejauhan seseorang menatap dengan lekat seorang gadis dengan mantel berwarna sage green. Gadis itu baru saja keluar dari sebuah toko bunga, yang mana itu adalah tempat kerjanya.
Dia adalah Livy Camella, Gadis berusia dua puluh satu tahun itu bekerja disebuah toko bunga. Orang-orang memanggilnya Ivy. Ia mendongak sesaat menatap langit senja yang begitu indah, namun udara dingin menusuk tubuhnya. Ia merapatkan mantelnya dan kembali melanjutkan perjalanannya menuju rumahnya.
Namun dalam perjalanan pulang kerumah yang jaraknya tak jauh dari tempat kerjanya itu, dirinya merasa sedang di awasi dan di ikuti. Sesaat dirinya berhenti berjalan dan menoleh kebelakang, namun tak ada orang yang mencurigakan disana. Livy kembali merasakan hal sama setelah melanjutkan langkahnya. Ia mengeluarkan ponselnya mencoba menghubungi sahabatnya.
"Hallo Vy? What Happen?"
"Hmm.. Aku merasa aneh hari ini, seperti ada yang mengikutiku." Ucap Livy pelan.
"What? Kau dimana saat ini?" Tanya orang disebrang telfon itu.
"Dijalan pulang, Aku sebentar lagi sampai. Aku hanya sedikit takut jadi menelfon mu." Ucap Livy dengan terkekeh kecil, namun kekehan nya terhenti saat melihat dua orang pria berbadan besar berpakaian serba hitam menghadangnya. Karena Livy merasa tak ada urusan dengan mereka, jadi Dirinya membungkuk hormat sesaat kemudian kembali melangkah. Namun tangannya dicekal dan membuat nya memekik kaget.
"Hei!!..."
"ivi, kau baik-baik saja kan. Heiii... Livy Camella..." dari sebrang sana dirinya hanya mendengar suara benda terjatuh dan suara pekikan tertahan karena bekapan. Sahabat Livy panik mendengarnya, dirinya segera mencari tahu keberadaan Livy.
.
.
.
Sayup-sayup Livy mendengar suara orang yang sedang berbincang, begitu ramai sekali. Alisnya saling bertaut dan perlahan matanya terbuka, Ia mengedarkan pandangannya menatap bingung sekeliling kamar yang begitu asing baginya. Namun sesaat ia langsung duduk dan melihat pakaiannya yang masih aman, ia sedikit bernafas lega.
"Aku dimana?" gumamnya.
"Dan suara ramai siapa itu..." Livy baru saja hendak beranjak dari kasur empuk itu, pintu kamar sudah terbuka. Suara tawa dari luar kini terdengar jelas, Seorang pria dengan stelan santai itu berjalan menghampiri Livy. Kini suara dari luar kembali sayup karena pintu kamar ditutup, Mata Livy tak lepas menatap pria yang bahkan kini duduk ditepi ranjang.
"Sudah bangun?" Pertanyaan itu membuat Livy mematung, apakah dirinya bermimpi? Jika iya tolong jangan buat dirinya bangun dari mimpi indah itu.
"Hei.." Livy tersentak saat tangannya digenggam.
"Apa aku bermimpi?" gumam Livy dengan memegang kedua pipinya. Pria itu mencubit pipi chubby Livy dan membuat nya meringis sakit.
"sakit tahu..." Ringisnya. Itu artinya dirinya sedang tidak bermimpi.
"Livy..."panggilnya pelan. Matanya membola saat mendengar nya memanggil namanya.
"Kau tahu namaku... Ah bukan maksud ku Anda tahu namaku?" tanya Livy dengan senang.
"Tentu. Sangat tahu, bisa kita bicara?" tanya nya dengan tatapan serius. Livy mengangguk dengan patuh.
"Aku akan menikahi mu malam ini... Tidak ada bantahan, dan tidak ada pertanyaan lagi? Patuh lah padaku, jangan mencoba untuk kabur. bersiaplah karena sebentar lagi akan ada orang suruhan ku kemari." ucapnya dengan lancar tanpa beban.
"Ta–" jari telunjuknya mendarat mulus di bibir mungil Livy. Sesaat dirinya tersentak karena merasakan sensasi yang berbeda pada bibir mungil Livy.
"Tidak ada pertanyaan sayang. Menurut lah maka kau akan aman." ucapnya lagi. Livy tertegun, ia hanya melihat pria itu berdiri dan pergi dari kamar super mewah itu.
"Ya Tuhan... Ada apa ini? Apa maksud semua ini. jika Aku tertidur dan ini adalah mimpi segera buat aku bangun Tuhan..." Lirihnya.
Pria itu baru saja keluar dari kamar tamu dimansion miliknya. Ketiga sahabatnya memicingkan matanya menatapnya. Pria itu memutar bola malas dan kembali duduk disofa bersama mereka semua .
"Bagaimana?" tanya Daniel Jasper Sahabatnya.
"Aku akan menikahinya Malam ini, Because dad and Mom akan tiba besok pagi."
"What The Hell? Are you Serious? " ucap Reynold Stanley sahabatnya juga.
"I'm so Serious"
"Kau Gila Arch..."
Jika kau memanggilku dengan sebutan itu lagi Maka kau akan aku habisi detik ini juga." Pria yang tadi berbicara adalah Willy Ernerst. Pria dengan rambut pirang itu mengangkat tangannya seolah tak berani dengannya.
"Ayolah Damian, dia gadis Asingkan.."
" wajah dan nama mereka sama, meskipun ada perbedaan nya sedikit." ucap Damian santai. Dia adalah Damian Archer Gregson. Biasa dipanggil Damian oleh orang yang mengenalnya.
"Tapi kau tidak bisa melakukan hal itu, Dia pasti memiliki keluarga dan pasti keluarganya khawatir putri mereka belum kembali." Ujar Daniel.
"Dia tidak memiliki orang tua, Aku sudah mengikuti nya selama hampir satu Minggu. Dia hanya sendirian dan bekerja di toko bunga."
"Kau benar-benar gila Dam" ucap Willy.
"Tak ada pilihan lain, Semua orang mengenalku. Tidak hanya aku Kalian juga dikenal banyak orangkan. Dan melihat ekspresi nya seolah tak percaya aku didepan matanya membuat ku ingin tertawa. Dia pasti Takan menolak pernikahan ini." ucap Damian dengan serius.
"Oh ayolah Dam, kau bisa mencari keberadaan Livy!" ucap Reynold, panggilan singkatnya adalah Rey.
"Aku sudah mendapatkan nya, jika aku menemukan Livyku maka aku akan membuang Livy yang ini."
"Kau Gila!" Ucap Daniel dengan menggeram, ia segera mengambil gelasnya dan meneguk Vodkanya.
Didalam Kamar Livy termenung, dirinya bingung harus bagaimana? Tapi Pria yang membawanya bukanlah pria biasa dan pasti impian semua wanita untuk bisa bersanding dengannya bahkan menikah dengannya. Damian adalah pria idolanya, selain sebagai aktor dalam dunia perfilman Damian juga memiliki perusahaan yang bahkan disetiap negara ada. Damian juga membuka Perusahaan Entartaitment.
Rasanya ia ingin menjerit, pria yang di idamkan semua wanita ada didekatnya. Ia menangkup wajahnya, berulang kali membuat dirinya sadar bahwa ini hanyalah mimpi semata. Namun lagi dan lagi dirinya mencoba untuk menyadarkan diri namun tetap saja bahwa inilah kenyataan nya.
"Apa aku harus menolaknya? Tapi dia adalah pria yang bahkan aku sangat Fans padanya... Bagaimana ini?" gumamnya tak menentu, tak lama suara ketukan pintu mengalihkan pandangannya.
"Masuk." begitulah kata Livy, beberapa orang dengan membawa koper dan barang lainnya datang. Seperti nya itu adalah perias untuk membuat Livy bak bidadari malam ini.
"Hai Nyonya Livy, saya Nola MUA kepercayaan Tuan Damian."
"Oh Hai Kak Nola, panggil aku Livy saja." ucapnya canggung. Nola sedikit terkejut melihat Livy yang berbeda. Meskipun Nola tahu kemana Livy satunya namun sikapnya sangat berbeda jauh dengan Livy yang sebelumnya.
"Baiklah apa kita akan mulai make-upnya sekarang?" tanya Nola dengan senangnya. Livy mengedarkan pandangannya dan tampak berfikir sejenak.
"Hmm bisa aku bicara dengan Damian sebentar?" tanya Livy pelan.
"Ah tentu sayang. Aku akan panggilkan ya."
"Terimakasih kak." ucap Livy pelan, sebenarnya bisa saja ia pergi keluar hanya saja dirinya menjadi merasa begitu tak enak dengan semua orang. Dan bahkan ia juga canggung jika harus memanggil Damian duluan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Anita Jenius
Salam kenal kak
2024-04-12
0
Selviana
Aku sudah mampir nih kak.Jangan lupa mampir juga di karya aku yang berjudul ( Terpaksa Menikah Dengan Kakak Ipar)
2024-02-12
0