Livy memulai perannya sebagai adik Damian. Ia sedang membawa koper dengan keluar dari mobil, gadis itu tampak cantik dengan mantel bulunya. Dia berperan sebagai Keyla dan Damian sebagai Juan kakak Keyla. Adegan itu saat sang adik baru saja pulang dari luar negeri, ia turun disebuah villa yang sangat mewah nan megah itu.
"Kakak... I'm Coming..." teriak Livy. Tak lama pintu itu terbuka, Livy berlari dan meninggalkan kopernya. Ia melompat memeluk Damian.
"Dasar bocah Nakal.." ucap Damian memerankan perannya sebagai Juan.
"I Miss youuuu...." ucapnya dengan melingkarkan tangannya dileher Damian. Ia menyembunyikan wajahnya dileher Damian. Pria itu tertegun saat merasakan hembusan nafas hangat gadis itu.
"Kenapa kau tidak mengatakan padaku jika kau pulang?"
"Kejutan." ucap Livy.
"Anne, bawa koper adikku masuk." Maid itu segera mengambil koper milik Livy. Mereka masuk kedalam rumah itu. Mereka semua terpukau dengan adegan Livy dan Damian yang terlihat begitu natural sekali. Frank berdecak kagum, karena Hans mengatakan bahwa awalnya pasti akan sangat kaku. Tapi Kelebihan Livy adalah bisa mendalami perannya.
Dilanjutkan dengan kemanjaan Livy pada Damian. Mereka sudah tidak bertemu selama satu tahun, di script nya seperti itu. Mereka semua sedang fokus pada alat mereka masing-masing, mereka melihat Scene dimana Mereka makan malam bersama dengan mengobrol ria.
satu jam...
Dua jam...
Tiga jam...
Berjam-jam....
Livy menghembuskan nafasnya panjang, tubuhnya terasa begitu lelah. Tasnya dibawa oleh Via yang masih stay disampingnya.
"Huh... Aku sangat lelah Viaaa.." rengeknya sangat menggemaskan. Mereka berjalan menuju mobil karena mereka sudah mengambil kotak makan masing-masing. Sesampainya dimobil ia terkejut melihat Damian yang sudah santai duduk disana seraya memakan makan malamnya.
"Hmm.. Kau selalu saja seperti hantu." matanya melotot saat itu juga.
"Tampan seperti ini dikatai hantu?"
"Hmm.. sudahlah aku lelah Archer." Mereka makan bersama dengan Via yang makan diluar mobil bersama dengan Mike.
"Archer..." panggilannya. Mereka sama-sama sudah selesai makan malam. Damian menoleh menatap istri kecilnya. Gadis itu merentangkan tangannya, entah sadar atau tidak tapi Damian mengangkat tubuhnya dan membuatnya berada diatas pangkuannya seperti koala.
"Aku lelah... Apa kau masih ada syuting?" tanya Livy lirih.
"Tidurlah... Kita akan pulang." ucap Damian. Livy mengangguk dan meletakan kepalanya di ceruk leher Damian. Tanpa waktu lama Livy sudah masuk kedalam mimpinya.
Sesampainya mereka dimansion, dengan Via yang menyetir dan Mike membawa mobil yang biasanya dipakai oleh Damian. Mereka masuk kedalam dengan Livy yang masih dalam gendongannya. Lily yang turun dari lantai dua untuk mengisi teko air minumnya terkejut melihat Damian dan Livy.
"Shutt.. Dia tidur mami, dia kelelahan." ujar Damian. Lily mengangguk mengerti.
"Apa sudah makan?" tanya Lily.
"Kami sudah makan, aku akan membawanya kekamar."
"Baiklah, istirahat lah."Damian menaiki anak tangga dan masuk kedalam kamarnya.
...****************...
Kini hari-hari Livy semakin berubah, dirinya yang semakin sibuk dengan dunia entertainment nya itu sampai lupa bahwa ada seseorang yang menunggunya. Bahkan sekarang Livy sudah cukup terkenal dan membuat sahabatnya itu ternganga karena belum bisa percaya dengan perubahan Livy.
Ia hanya bisa melihatnya di sosial media bagaimana Livy saat ini. Nasib baik menghampiri nya, ia bersyukur bahwa Livy baik-baik saja disana. Dan bahkan banyak orang yang mensupport nya. Termasuk Dirinya.
"Jadi apa ini alasanmu tidak menemuiku?" gumamnya.
"Aku harap kau tidak melupakan aku Ivy.." ucapnya samar.
Disisi lain Livy baru saja selesai dengan beberapa scene nya. Ia sedang duduk dikursi istirahat nya dengan meminum jus alpukat kesukaan nya yang sudah dipesankan oleh Via. Kini pandangannya menatap Damian yang sedang dihampiri oleh seseorang. Livy ingat, gadis itu adalah Laura pemeran utama perempuan disana. Bisa dilihat bahwa Laura menatap Damian dengan mata yang berbinar. Ia pastikan bahwa Laura menyukai Damian.
"Kakak ipar.." ucap seseorang pelan. Ia menoleh menatap Willy dan Daniel, mereka berdua duduk didekat Livy dengan didampingi asisten nya.
"Jangan khawatir, Damian tidak akan tertarik dengan Laura." ucap Daniel tiba-tiba. Livy tersenyum kikuk menanggapinya.
"Oh ya Bukannya kak Rey juga syuting disini kan?"
"Dia diruang ganti" jawab Willy yang memakan snacknya. Reynold tidak terlalu dekat dengan Livy, sejak pertemuan pertama mereka. Reynold seperti menatap Livy tak suka, dan bicara dengannya sekedarnya saja.
"Ini makan siangnya tuan" ucap Asisten Willy dan Daniel.
"Ini punya Nyonya." ucap Via memberikan kotak makan itu. Mereka makan siang bersama, Sesekali mereka mengobrol ria. Dan Damian disana hanya bisa menggeram kesal karena ada Laura yang menahannya. Ia ingin bergabung dengan Livy, Daniel, dan Willy.
Setelah mereka makan bersama, mereka mulai kembali bekerja. Livy berdiri dengan mengeratkan mantelnya, ia merasa udaranya semakin dingin. Ia merasakan sesuatu yang hangat mengalir dari rongga hidungnya.
"Livy.." Daniel dan Willy terkejut melihat darah segar menetes dari hidungnya.
"Astaga... Nona.." Via terkejut dan menahan tubuh Livy. Asisten Daniel memberikan tisu agar menyumpal hidung Livy yang mengeluarkan darah.
Damian yang tak jauh dari sana hendak menghampiri nya, namun tangannya ditahan oleh Laura.
"Lanjutkan Damian, kita harus segera menyelesaikan scene ini. Livy sudah ada yang mengurusnya." ucap Frank. Damian menatap sutradara dengan tatapan menahan amarah.
"Biar aku saja yang membawanya." ucap Willy. Livy setengah sadar sampai dia dibopong oleh Willy keruangan yang lebih hangat. Via segera memanggil dokter pribadi keluarga Gregson. Ia takut jika salah memanggil dokter akan membuat masalah dengan Damian.
"Bagaimana?" tanya Daniel menatap Via.
"Dokter sedang dalam perjalanan Tuan."
"Buatlah sesuatu yang hangat, Kami akan menunggu Livy dikamar." ucap Daniel. Via mengangguk patuh dan segera pergi dari sana.
Daniel melihat Willy yang begitu cemas dengan mondar mandir tak jelas. Ia menepuk pundak Willy dan membuatnya menoleh.
"Tenang Oke." Willy menghela nafasnya gusar. Daniel tahu jika orang terdekat Willy terluka pasti sikapnya akan seperti ini.
"Akh.. Kenapa dokter lama sekali sih." Kesalnya.
"Kak.." lirih Livy melihat Daniel dan Willy. Gadis itu tersenyum dengan wajah pucatnya. Jujur saja saat ini Livy merasa begitu lemas.
"Apa ada yang sakit? Dimana?" tanya Willy dan Daniel. Livy menggelengkan kepalanya.
"Aku mau pulang kak, apa boleh?" tanya nya lirih. Daniel dan Willy menghela nafasnya panjang.
"Tunggu sampai dokter datang ya. Setelah itu Aku akan membawamu pulang." ucap Daniel menjelaskan. Livy menggelengkan kepalanya tanda tak mau.
"Jangan menangis, heii.." Willy duduk ditepi ranjang.
"Aku mau pulang kak.." rengeknya. Willy mengganti tisu yang menyumpal dihidung Livy. Tak lama Via datang dengan membawa teh hangat.
"Via.." rengek Livy.
"Iya Nyonya."
"Aku mau pulang, aku mau tidur dikamarku.." ucapnya lagi. Kekeh dengan keinginan nya.
"Permisi.." Seorang dokter dengan sneli yang lengkap datang. Wajah Dokter itu terkejut melihat Livy.
"Kalian bisa tunggu Diluar.. Saya akan periksa Pasien." ucap Dokter secara tiba-tiba.
"Hei kenapa kami tidak boleh disini?." Tanya Willy kesal.
"Will relax okay.. Biarkan dokter menjalankan tugasnya. Ayo kita keluar, setelah itu baru bawa Livy pulang." ucap Daniel. Via diberi peringatan untuk keluar oleh Daniel. Jadi membiarkan dokter memeriksa Livy didalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments