Semua maid dimansion menatap Livy dengan khawatir dan bingung. Wajahnya pucat dan dirinya hanya diam melamun. Anne menghampiri Livy yang duduk diruang keluarga.
"Nyonya.. Anda kenapa?" tanya Anne khawatir. Livy menoleh dan tersenyum, lalu ia menggelengkan kepalanya.
"Tidak apa-apa Anne. Aku baik-baik saja, Memangnya aku kenapa?" ucap Livy malah balik bertanya. Anne khawatir melihat wajah pucat Livy.
"Apa Nyonya mau dibuatkan sesuatu? Camilan atau minuman?" tanya Anne.
"Hmmm.. Aku ingin Nugget yaa... Dan hmmm susu. Eh tidak deng, aku ingin jus strawberry ya Anne." Anne tersenyum dan mengangguk.
"Permintaan Nyonya akan segera datang..." ucap Anne dengan semangat. Livy tersenyum manis dan Anne segera kedapur.
Kini Livy kembali diam, ia hanya memegang diary nya. Ia memikirkan tentang mimpinya semalam. Kenapa tiba-tiba mimpi itu kembali datang, Sudah lama sekali dirinya tak memimpikan hal itu. Lebih tepatnya Dulu dirinya sering bermimpi itu, Dan sudah lama mimpi itu tak muncul. Beberapa hari terakhir ini mimpi nya selalu buruk dan semalam dirinya memimpikan hal yang dulu sering muncul setiap malamnya saat dirinya tidur.
" Siapa Lavi?" gumam Livy dengan pelan. Ia tak tahu kenapa namanya begitu familiar dalam benaknya. Namun ia tak tahu apa yang terjadi sehingga sulit sekali mengingat wajah yang ada dalam mimpinya.
"Lalu siapa Arch?" gumamnya lagi mengingat wajah laki-laki yang ada dalam mimpinya.
"Siapa laki-laki itu.." ucap Livy pelan. Suara seseorang dari depan membuatnya menoleh.
"Heiiii... Bintang besar.." Livy tersenyum melihat gadis yang berjalan kearahnya.
"Kak Dylaaaa.... Aaaa aku merindukanmu." ucapnya yang langsung berdiri memeluk Dyla. Pelukan mereka terlepas saat Anne datang, mereka duduk disofa ruang keluarga.
"Ah Nona Dyla, Ingin minum apa?" tanya Anne sopan dan meletakkan camilan serta minuman yang dibawanya.
"Hmm... Aku ingin hot coklat saja Anne."
"Baiklah Nona, Hot coklat akan segera datang." Dyla terkekeh mendengarnya. Anne kembali berjalan menuju dapur.
"Kau ini sombong sekali setelah bermain film." Livy mencurutkan bibirnya.
"Aku tidak seperti itu kak... Seriusss!!! Aku lelah bekerja disana. Tapi aku senang disana peranku menjadi adik Damian." ucapnya dengan senyum manisnya. Dyla menonyor kepala Livy pelan .
"Kau ini... Cinta saja..." Livy terkekeh dibuatnya. Benarkah dirinya jatuh cinta? Tapi rasanya dirinya tak pantas jika bersanding dengan Damian yang nyaris sempurna itu.
"Kenapa wajahmu pucat, kau sakit humm?" tanya Dyla sedikit khawatir. Pasalnya dirinya juga sempat mendapatkan kabar bahwa tubuh Livy drop saat musim dingin datang. Namun saat itu Dirinya sedang berada diluar negeri jadi tak bisa langsung pulang dan menjenguk Livy. Ia hanya bisa sebatas Video Call saja melihat gadis kecil yang menjadi istri sahabatnya itu.
"Hmm... Tidak aku baik-baik saja kak. Tapi kak boleh aku cerita." Dyla kembali menonyor kepala Livy pelan.
"Kau anggap aku apa hah? Aku ini kakakmu, jadi cerita lah padaku jika kau ingin cerita. Jika tidak kau tetap harus cerita padaku." Livy tertawa mendengarnya, Ia bersandar dibahu Dyla dengan manjanya layaknya manja pada sang kakak. Livy mulai menceritakan mimpinya yang dirinya alami, ia juga bingung dengan mimpinya itu. Namun tak ingat wajah yang ada di mimpinya, Hanya samar tak jelas.
Via yang melihat Dyla tersenyum senang. Ia melihat betapa tenangnya Livy ketika bersama dengan Dyla.
Disisi lain Damian berdecak kesal ia tak menemukan gadis pujaannya diapartement, dirinya sudah menghubungi nya dari semalam namun nihil tak ada jawabannya. Ia khawatir jika gadisnya itu pergi lagi darinya. Ia menghempaskan tubuhnya disofa empuk apartment. Ia melirik arlojinya yang menunjukan pukul enam sore.
Cukup lama dirinya menunggu dan kemudian pintu apartemen terbuka. Bisa Ia lihat gadis itu tersenyum kikuk saat melihat wajah Damian yang menekuk.
"Oh hai... Maaf aku tadi bertemu dengan temanku.." ucap nya kikuk. Damian masih diam ditempat nya, ia masih kesal dengan gadisnya itu.
"Sayanggg.... Maafff...." ucapnya dengan rengekan manjanya. Ia bergelayut manja dengan memeluk lengan Damian. Pria itu akhirnya luluh mendengar rengekannya itu. Tangannya terulur mengelus puncak kepalanya.
"Lain kali kabari aku, Aku khawatir Sayang..." ucapnya kemudian mengecup Puncak kepala Gadisnya dengan sayang.
Entahlah Kini dirinya merasa aneh saat berdekatan dengan gadis disisinya itu. Rasanya begitu berbeda, Tak ada debaran debaran yang menggetarkan hatinya lagi saat melihat wajah ayunya. Pikirannya lebih tertuju pada Livy yang dirumah. Ia hanya berfikir dirinya harus dengan gadis kecil yang menyelamatkan nya dan memang sudah dia sukai dari kecil.
"Sayang..." Rengeknya manja. Damian yang tersadar dari lamunannya itupun menoleh menatapnya.
"Kenapa sayang?" tanya Damian lembut.
"Kenapa kau melamun?" tanya nya dengan manja. Damian tersenyum tipis dan mengacak puncak kepalanya. Ia bisa melihat bagaimana Livy begitu manja pada dirinya disini. Seperti yang kalian tahu Gadis yang ada disisi Damian adalah Livy, nama mereka sama bukan. Gadis itu menatap Wajah Damian, Rahang tegas, kulit putih bersih mulus, Bibir pink alami, hidung mancung, alis tebal, bulu mata lentik, manik matanya biru laut yang ketika menatap orang tajam dan menampilkan wajah datarnya itu membuat semakin terpancar ketampanan nya. Ia pikir-pikir jika menikah dengan Damian tidaklah rugi bukan meskipun dirinya mencintai pria lain. Lagipula Damian tidak tahu kebenaran nya dan Siapa yang sangka bahwa dirinya hanya memanfaatkan kekayaan Damian.
"kenapa sekarang kau yang melamun hummm?" tanya Damian dengan mengangkat tubuh Livy agar berada diatas pangkuannya. Damian tersentak saat melihat setitik tanda merah didadanya yang sedikit tertutup oleh bajunya.
Apa ini? Apa dia bermain dibelakang ku? Tapi kenapa?Apa aku salah lihat? Atau aku salah menduga bahwa dia gadis baik-baik? Batin Damian tercenung menatap nya dalam diam. Sementara gadis yang berada di pangkuannya itu dengan percaya dirinya berfikiran bahwa Damian terpesona akan kecantikan nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments