10

Livy meletakan ponselnya dengan kamera menyala diatas meja nakas. Ia berjalan mengitari ranjang dan membuka tirai balkon, cahaya mentari pagi menerobos masuk. Livy merangkak naik keatas ranjang, pria yang masih terlelap itu sudah terusik dengan tidurnya.

"Selamat pagi Archer..." Sapanya dengan ceria. Livy mengecup pipi kanan Damian. Pria itu terkejut saat melihat dan merasakan kecupan singkat Livy. Gadis itu masih tersenyum dengan mengelus-elus sisi wajah Damian.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Damian.

"Memandangi suamiku yang tampan ini." Jawabnya asal. Damian segera mengubah posisinya menjadi duduk. Jawaban Livy sangat random sekali, Ia kembali mencium pipi kanan Damian.

"Mandi gih, Aku sudah menyiapkan sarapan spesial pagi ini." ucapnya dengan penuh semangat. Damian hanya mengangguk pelan. Setelah Damian beranjak ke kamar mandi, Livy mengambil ponselnya terlihat dirinya tertawa dengan tindakan konyolnya lalu mematikan rekaman video itu. Ia segera turun kelantai utama dan melihat Anne yang baru saja membuatkan susu coklat hangat kesukaan Livy.

"Kate.." Panggil Livy ketika Kate lewat menuju dapur juga.

"Iya Nyonya."

"Apa Mami memeberitahu kapan dia akan sampai kesini?" tanya Livy. Karena Lily ibu mertuanya itu harus pergi lagi keluar negeri, meskipun Lily enggan karena khawatir dengan keadaan Livy. Namun Antoni ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan disana sehingga Livy berusaha menenangkannya. Ia meyakinkan ibu mertuanya bahwa dirinya akan baik-baik saja.

"Kemungkinan Minggu depan Nyonya besar kembali kesini Nyonya. Karena Tuan Antoni tidak bisa meninggalkan negara itu untuk dua Minggu kedepan."Jelas Kate. Sebenarnya ia ingin bertanya langsung pada Lily, namun ia takut Lily akan khawatir dan akan segera kembali kenegara ini. Jadi dirinya bertanya pada Kate saja meskipun dirinya juga sering bertukar kabar dengan Antoni dan Lily.

"hmm Baiklah kalau begitu." ucap Livy yang langsung duduk dikursi meja makannya. Ia mulai meminum susu coklat kesukaan nya itu.

"Selamat pagi Tuan" sapa Anne saat melihat Damian. Ia segera duduk disebelah Livy dan tentunya Livy melayani Damian dengan baik. Sesekali Livy mengajaknya mengobrol ria untuk mencairkan suasana yang dingin ini. Eh FYI udara disana memang sedang begitu dingin.

"Kau akan kelokasi syuting?" tanya Damian.

"Hmm.. Bukankah itu memang pekerjaan ku, tidak mungkin aku terus merepotkanmu kan." ucapnya dengan pelan. Livy melahap sandwich yang dirinya buat tadi.

"Baguslah jika kau sadar diri." Livy hanya mengangguk saja. Ia mengerti bahwa belum ada cinta diantara mereka, eh tunggu bagaimana dengan Livy? Gadis itu sudah mencintai Damian sejak pada pandangan pertama. Namun dirinya tak berani berbicara langsung mengungkapkan perasaan nya pada Damian.

"Bagaimana jika aku berangkat bersamamu?" ujar Livy yang akan mengetes Damian.

"Untuk apa?"

"Aku hanya bercanda Damian, santai saja." ucap Livy dengan kekehan kecilnya. Mendengar Livy memanggil namanya lagi, meskipun itu memang namanya entah kenapa dirinya lebih menyukai Livy memanggilnya Archer dibandingkan Damian.

"Uhuk... Uhuk..." Livy terbatuk, ia merasakan tenggorokannya yang terasa perih. Ia mengambil tisu dan menutupi mulutnya yang kembali terbatuk-batuk. Damian beranjak dari kursinya, ia hanya diam saat Livy seperti kesakitan. Damian melangkahkan kakinya untuk pergi dari ruangan makan, Ia menatap punggung suaminya itu dengan nanar. Ia melihat tisu yang memperlihatkan bercak darah disana. Ia segera meremasnya dan mengedarkan pandangannya, ia tak ingin ada yang melihat hal itu.

"Apa Nyonya baik-baik saja?" tanya Via yang baru saja datang.

"Tentu. Apa kau sudah siap?" tanya Livy menatap Via . wanita itu mengangguk dan kemudian mereka pergi dari mansion menyusul kepergian Damian.

Sesampainya dilokasi syuting mereka mulai bekerja dengan Team tentunya. Saat dirinya sedang berbicara dengan Crew wanita, ia melihat sahabat Damian yang memang jarang bergabung dengan Willy, Daniel dan Damian saat Livy bergabung di Strars Cinema.

Yap dia adalah Reynold, dan dengan seseorang asisten yang tampak tak asing dimatanya. Reynold tampak berbicara dengan Damian dan Daniel, mereka seperti memperkenalkan asisten barunya Reynold. Namun kini mata Livy melotot saat melihat gadis itu.

"Nona.." Panggil Via yang melihat keterkejutan Livy.

"Risa.." Beonya. Dirinya segera berlari menghampiri gadis yang berdiri disamping Reynold.

"Risaa..." Ucap Livy yang langsung memeluknya. Ia sangat senang melihat Risa dilokasi syuting. Gadis itu yang melihat Livy terkejut bukan main. Ia membalas pelukannya, sama-sama melepaskan rindu mereka.

"Aku senang kau disini." ucap Livy lirih. Pelukan mereka terlepas, kini tatapan Reynold begitu tajam menatap Livy dan Risa yang sudah membuat kegaduhan. Entah kenapa dirinya selalu takut saat berhadapan dengan Reynold. Tatapan tajam tak sukanya begitu terlihat jelas dimatanya.

"Jika senggang kita mengobrol ya." ucap Livy pelan. Ia menjadi merasa bersalah, karena tiba-tiba memeluk Risa. Gadis itu mengangguk mengiyakan tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

"Maaf." ucap Livy pelan. Ia tak berani menatap Reynold yang begitu tak menyukainya, ia juga menatap Damian, Daniel, dan Willy sesaat sebelum pamit untuk pergi.

"Livy Bagianmu.." teriak Crew memanggilnya. Ia segera kembali bekerja merekam adegannya yang sesuai dengan script yang sudah dirinya baca. Mereka semua senang dengan kerja keras Livy yang mana mudah memahami script dan mudah mendalami perannya.

keberuntungan scene Livy yang mana terekam jelas salju mulai turun dari langit. Livy yang memerankan sedang menunggu sang kakak menjemput nya, Ia duduk dikursi besi dengan mengeratkan mantelnya.

"Bocah Nakal." Ucapan itu membuatnya mendongak. Ia melihat Damian yang memakai payung hitam menutupi keduanya dari salju yang berjatuhan.

"Ini sangat indah..." ucap Livy tanpa sadar. Setelah mereka selesai merekam scene dimana ke Akuran kakak dan adik mereka selesai. Mereka semua berkumpul disebuah Villa, sutra dara memberitahunya bahwa jika awal turun salju ini pasti akan deras. Jadi mereka akan diliburkan, tapi jika waktu yang memungkinkan akan kembali dilanjutkan. Sutradara akan mengkonfirmasi kan lagi berapa lama mereka libur.

"Kak Rey.." Panggil Livy yang memberanikan diri.

"Kenapa?" jawabnya dingin.

"Bisa bicara dengan Risa sebentar." pinta Livy, Risa yang berdiri disamping terkejut mendengarnya.

"Risa sangat sibuk, dia tidak sesantai sepertimu." Livy diam dan menatap Risa sesaat.

"Hanya sebentar, 10 menit saja. Bagaimana?" tawarnya.

"Sudah kukatakan, Dia tidak sepertimu yang santai dan tinggal menikmati uang suamimu." Livy menatap Reynold tak percaya dengan ucapannya. Apakah Reynold menganggap pernikahannya dengan Damian adalah karena dirinya menginginkan hartanya. Ia kembali melihat Risa, gadis itu hanya diam dan tak bergeming sedikitpun. Dirinya tak berusaha untuk bisa berbicara dengannya.

Livy tersenyum simpul, dan segera pergi dari sana. Ia tidak mengerti kenapa Reynold begitu tak menyukainya. Dalam benaknya dirinya selalu bertanya kenapa Reynold bersikap seperti itu. Apa mungkin Reynold tahu dirinya hanya gadis desa? Apa karena dirinya tahu bahwa Livy hanya gadis biasa yang tak sebanding dengan Damian.

"Via.." panggil Livy yang sudah ada didalam mobilnya.

"Iya Nyonya."

"Apa kau tahu kenapa kak Rey begitu tak menyukaiku?" tanya Livy pelan seraya menatap lokasi syuting yang ramai dimana para Crew membereskan semua peralatan dan memasukannya kedalam villa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!