Livy duduk sendirian diruang tamu seraya meminum Hot coklat nya. Ingin rasanya bergabung bersama mereka, namun Ia tak punya muka untuk bertemu dengan Risa. Entah kenapa dirinya memikirkan kenapa dia menjadi membencinya. Menurutnya ia tak salah apapun, namun ia juga tak tahu mungkinkah ada sikap atau perkataan nya yang membuatnya terluka sehingga dirinya begitu padanya.
"Hei.. Kakak ipar.." suara itu membuatnya menoleh. Ia tersenyum saat melihat Willy.
"Kenapa disini sendirian? ayo keruang keluarga." ucap Willy dengan semangat seperti biasanya.
"Ah.. Tidak kak, aku disini saja. Sebentar lagi juga aku kembali kekamar." jelasnya.
"Hei.. Kau belum makan malam. Jadi makanlah terlebih dahulu okey." Livy kembali tersenyum mendengarnya.
"Iya kak Iya... Sudah sana kembalilah ke sana. Lagipula kenapa kakak keluar."
"Mengambil Berkas dimobil." ucapnya. Willy keluar dari mansion lebih dulu kemudian kembali dengan menarik tangan Livy agar ikut bersamanya keruang keluarga. Tatapan tajam Reynold menghunus nya, ia menjadi tidak bisa banyak bicara. Ia duduk disebelah Damian yang sedang membicarakan bisnis mereka. Tangan Damian terulur merengkuh pinggangnya, itu membuat Livy menoleh menatap pria yang duduk disebelahnya itu. Tangan Damian juga bergerak mengelus pulang pinggang ramping Livy.
"Dari mana?" tanya Damian. Pria itu cukup peka, ia melihat bahwa hubungan nya dengan Risa sedang tak baik. Buktinya mereka kembali keruang keluarga dalam jarak waktu yang berbeda. Kemudian wajah Risa tak menampilkan senyum sedikitpun, tak ada raut kebahagiaan yang terpatri disana.
"Didepan, Makan camilan hehehe..." jawabnya santai. Damian hanya mengangguk dan kemudian kembali membicarakan bisnis mereka. Livy hanya mendengarkan saja keempat pria dewasa itu berbicara tentang bisnis mereka. Damian kembali mengelus pinggang ramping Livy dengan lembut dan itu membuat Livy menoleh kearahnya.
"A-Aku akan siapkan makan malam ya..."
"Tidak perlu, Maid banyak Honey." Mendengar panggilan itu membuat Livy terbuai akan sikap manis Damian. Suara langkah kaki membuat mereka menoleh.
"Permisi Tuan, Ini Pesanan Anda. ice cream Matcha." Ucap pria berstelan formal serba hitam itu menghadap pada Daniel.
"Aaaa itu ice cream kuuu..." Ucap Livy dengan semangat.
"Kau boleh memakannya jika kau sudah makan malam Okey." Ucap Damian memberi peringatan.
"Tap–"
" Tak ada bantahan, Kau harus menurut." Ucap Daniel tegas. Livy mencurutkan bibirnya kesal mendengar kedua pria itu yang tak mengizinkan menikmati ice cream kesukaan nya itu.
"Bawa saja kedapur Noe, berikan pada Anne atau Kate. suruh mereka menyimpannya dulu." Ucap Daniel memberikan perintah.
"Baik Tuan, saya permisi." Ucapnya dengan sopan. Livy menatap Noe dengan nanar, ia sangat ingin segera menikmati ice cream itu.
Suara decakan membuat Livy menoleh, Reynold menatap tajam seraya berdecak lagi pada Livy. Hal itu membuatnya menjadi diam tak berkutik, Ia menunduk dengan pikiran yang berkecamuk. Salah dirinya apa sehingga pria itu begitu membencinya.
...****************...
Setelah perbincangan itu selesai mereka makan malam bersama dikediaman Damian. Livy tak banyak bicara, ia tak ingin membuat Reynold marah padanya. Ia juga hanya makan beberapa makanan saja, karena saat melihatnya ia merasa mual. Entah kenapa dirinya begitu, Padahal makanan yang tersaji dimeja makan adalah kesukaan nya.
"Ada apa humm?" Tanya Damian pada Livy yang diam.
"Aku sudah kenyang Archer... Bolehkah aku kekamarku." Dirinya tak ingin terus-menerus ditatap oleh Reynold dan Risa. Ia tak mengerti kenapa begitu, Ia hanya ingin tenang sendirian dikamarnya.
"Apa ada yang sakit?" Tanya Willy khawatir.
"Tidak kak. aku baik-baik saja, hanya saja aku ingin segera istirahat saja." Jawab Livy sekenanya.
"Ya sudah. kembalilah kekamarmu, Via akan mengantarkan Ice mu." Livy tersenyum dan mengangguk. Tak lupa dirinya berpamitan dengan para sahabat Damian, Ia menatap Risa sesaat kemudian segera menaiki anak tangga dan masuk kedalam kamarnya.
"Nyonya.."
"Astaga... via aku hampir saja jantungan." Ucap Livy terkejut.
"Ini pesanan Anda Nyonya." Livy tersenyum dan mengangguk, Ia menyuruh Via lagi untuk kebawah mengambil lainnya Ice cream kesukaan nya. setelah Via pergi ia segera masuk kedalam kamar mandi. ia membuka bungkus Taspack itu dengan hati-hati. Ia melakukan nya hanya karena dirinya sadar bahwa ia sudah telat datang bulan seminggu ini, dan apakah kecurigaan nya itu benar? Ia menunggu hasil dari taspack ini.
"Nyonya..." Suara Via kembali menginterupsi, Ia menatap benda yang ada ditangannya itu. ia masih diam dikamar mandi, saat hasilnya keluar airmatanya menetes begitu saja.
"Ternyata kau hadir sayang... Terimakasih..." Ucap Livy dengan mengelus perutnya. Ia segera keluar dari kamar mandi dan menunjukannya pada Via. Gadis itu terkejut bukan main, bahkan sampai menutup mulutnya seolah tak percaya.
"Aku... Aku sangat bahagia Nyonya, sungguh... Ini begitu luar biasa." Tak sadar Via sampai memeluknya. Lalu saat pelukan terlepas Via meminta maaf karena kelepasan bahagia.
"kau ini sudah seperti sahabat bagiku Via, jadi jangan terlalu terpaku bahwa aku majikanmu." Via tersenyum mendengarnya.
"lalu bagaimana dengan Tuan?"
"Aku akan memberitahunya Nanti Via. Aku harap hubunganku dengan dia baik setelah tahu ada baby disini."
"Aku selalu berharap Nyonya dan Tuan bersama selamanya." ucap Via dengan senyum tulusnya. Livy hanya tersenyum senang dengan terus mengelus perut nya yang masih rata.
"Mommy akan terus memperjuangkan mu Nak, kau pantas bahagia meskipun nyawa Mommy adalah taruhannya. Semoga Daddy bisa menerimamu ya sayang." Batin Livy pean
Ia tak sabar untuk memberitahu berita ini pada Damian. Dirinya ingin melihat reaksi bahagia Damian saat ini. Ia memutuskan untuk menunggu suaminya itu. Ia duduk di karpet bulu di tepi ranjang. Ia juga menurunkan perbantalan nya dan duduk disana dengan tenang. Ia juga menyalakan televisi menonton serial drama.
Livy menyiapkan kejutan untuk Damian nanti, Ia meminta Via membeli kotak kado kecil. Setelah kotak nya datang dirinya mulai membuat kejutan kecil untuk suaminya itu. Ia kembali menonton serial dramanya saat hadiah yang ia buat telah selesai. Ia senyum-senyum sendiri saat melihat adegan romantis, Ia juga terus mengelus perutnya yang masih rata.
Lama dirinya menunggu sampai matanya terasa begitu berat. Beberapa kali dirinya menutup mulutnya karena menguap. Dan kini terdengar suara pintu terbuka, Livy menoleh seraya tersenyum melihat Suaminya.
"Archer..."
"Kenapa kau belum tidur? Ini sudah larut." Omelnya, Damian menghampiri Livy yang berbaring dikarpet bulu itu.
"Aku menunggu mu.." ucapnya masih dengan senyum yang mengembang. Damian mengusap puncak kepala Livy dengan Lembut.
"Ini untukmu." ucap Livy dengan menyerahkan kotak kado berwarna Abu-abu itu. Damian mengernyitkan keningnya.
"Tapi aku tidak ulang tahun, Ulang tahunku Januari."
"Hmm.. Aku tahu itu, Tapi ini Hadiah dariku untukmu. Khusus." Damian menghela nafasnya dan membuka hadiah pemberian Livy. Saat dibuka isinya secarik kertas dengan tulisan " Hallo Daddy" nafas Damian seperti tercekat, Jantungnya berdebar tak karuan. Ia mengambil secarik kertas itu dan menemukan sebuah Taspack berwarna pink dengan dua garis berwarna merah yang terlihat begitu jelas. Damian menatap Livy
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments