Damian menatap langit malam yang gelap dibalkon kamarnya. Ia masih belum bisa mengekspresikan dirinya bagaimana menghadapi Livy. Setelah mendengar kabar bahwa Livy Hamil, entah Harus senang atau sedih dirinya tak tahu. Ia menghembuskan nafasnya panjang. Jujur saja dirinya bingung, sedikit rasa hangat dalam hatinya tiba-tiba muncul saat dengan begitu bahagia nya Livy mengatakan bahwa dirinya Hamil.
"Maaf..." gumamnya pelan. Damian kembali masuk dan menatap istrinya yang terlelap dengan nyenyak di kasur empuk itu. Wajahnya begitu tenang sekali, tanpa sadar Damian mendekat dan mengelus puncak kepalanya.
"Archer..." Suara nya begitu serak. Damian hanya mengelus puncak kepalanya saja.
"Jangan pergi tinggalkan aku yaa..." ucapnya lagi. Matanya masih memejam, mungkin saja Livy mengigau. Damian terkejut saat melihat bulir bening menetes disudut mata Livy. Ia segera mengusapnya dengan lembut dan sedikit membungkuk. Ia mngucap keningnya dengan lembut. Ia merebahkan tubuhnya di sisi Livy dan ikut memejamkan matanya, tak peduli ponselnya yang bergetar diatas meja nakas.
...****************...
Matahari pagi membangunkan tidur nyenyak Livy, gadis itu menoleh mencari Damian disampingnya. Namun tak ada seseorang pun dikamarnya kecuali dirinya. Ia beranjak dari ranjang empuk itu, mencempol rambutnya asal dan segera turun kelantai utama. Ia mencari-cari Damian bahkan dirinya sampai masuk kedalam ruang kerja Damian, tetap saja batang hidungnya tak kunjung terlihat.
"Anne.."
"Selamat Pagi Nyonyaku." Livy tersenyum.
"Pagi Anne, dimana Archer?" tanya Livy pelan. Aneh seperti mengingat sesuatu dan kemudian mengatakan nya pada Livy.
"Ah tadi saya hanya melihat Tuan pergi dengan buru-buru Nyonya."
"Hmm... Apa Pakai stelan formal?"
"Tidak. Tuan memakai pakaian biasa Nyonya." Livy hanya mengangguk saja. Namun pikirannya menjadi tak karuan setelah mendapatkan kabar itu.
"Nyonya sarapan sekarang?" Livy menggelengkan kepalanya.
"Aku mandi dulu, setelah itu aku akan kembali kelantai utama untuk makan."
"Baik Nyonya." Livy kembali menaiki anak tangga dengan semangat nya. Ia segera masuk kekamarnya dan membersihkan dirinya. Hari ini dirinya ingin pergi pusat perbelanjaan, ingin memeriksa kandungan nya.
Beberapa menit berlalu, Livy sudah cantik dengan mantel hangatnya. Ia turun kelantai utama dan segera memulai sarapan sendiri. Via sedang keluar dan sebentar lagi akan segera datang karena memang dirinya yang ingin ditemani oleh Via.
"Anne.."
"Iya Nyonya" Anne segera menghadap kearah Livy yang memanggilnya.
"Apa Archer sudah sarapan tadi?"
"Tuan pergi pagi-pagi sekali Nyonya. Masakan belum ada yang siap, dan seperti nya Tuan sangat terburu-buru."
"Hmm.. Baiklah. Terimakasih atas sarapannya ini enak sekali." ucap Livy dengan senyum yang mengembang. Tak lama Via datang dengan menyapanya.
"Selamat Pagi Nyonyaku.."
"Pagi Via. Kita berangkat sekarang ya." Mereka pun segera berangkat menuju rumah sakit yang Via sudah membuat jadwal untuk Livy.
Disisi lain Damian sedang menyuapi kekasihnya. Dirinya merutuki kebodohannya yang mengabaikan banyak panggilannya semalam. Damian mengelus sisi wajah gadis yang bersamanya itu.
"Nanti aku mau ketaman yaa." pintanya.
"Ketaman?"
"Iya aku bosan jika disini terus Mian, Aku ingin menghirup udara segar." Damian mengangguk.
"Baiklah. Apapun itu untukmu sayang." Livy kekasih Damian itu semalam sakit, demamnya begitu tinggi sehingga dirinya dibawa kerumah sakit oleh teman Livy. Setelah menyuapinya Damian mengambil kursi roda dan membantunya untuk duduk dikursi roda. Dirinya membawa Livy jalan-jalan keluar dari bangsalnya.
Kembali lagi pada Livy dengan Via yang begitu senang melihat Hasil USG yang diberikan dokter padanya. Senyumnya mengembang dengan terus menatap foto hitam putih itu. Usianya baru memasuki tiga Minggu karena masa menstruasi nya tiga Minggu yang lalu. Bentuknya seperti sebiji jagung, ia segera memasukannya kedalam slingbag miliknya. Mereka berdua berjalan beriringan bersama menyusuri koridor rumah sakit. Ia melihat ketaman rumah sakit dimana para pasien sedang berjemur pada matahari pagi yang hangat. Namun pandangannya menatap pria yang begitu ia kenali.
Livy menghentikan langkah nya, Via yang melihat Livy berhentipun ikut berhenti. Ia melihat arah tatapan Via, kini mata Via membola saat melihatnya. Mata Livy memanas saat melihat senyuman pria itu begitu sangat dengan mengelus puncak kepala seorang gadis yang posisinya membelakangi Livy. Namun Ia masih bisa melihat wajah suaminya yang begitu hangat sekali pada gadis didepannya.
Dada Livy terasa begitu sesak, tubuhnya seperti membeku ditempat saat melihatnya. Airmatanya lolos begitu saja, Ia tak ingin seperti ini. Tak ingin merasakan sakit yang begitu luar biasa.
"Nyonya.." panggil Via pelan.
"Kita pulang sekarang ya Via." ucap Livy lirih. Via merangkulnya dan segera membawa Livy pergi dari rumah sakit. Dalam perjalanan Livy hanya diam, tak bergeming sedikitpun. Via tak tahu harus menghibur Nyonyanya bagaimana, dirinya takut Livy semakin sedih jika dirinya bertanya atau berbicara hal lain.
Sesampainya dimansion, Livy segera turun dari mobil dan segera masuk kedalam kamarnya. Via tak bisa berbuat apapun, ia hanya menatap Livy prihatin. Sesampainya dikamar, Livy duduk diatas ranjangnya. Airmata nya kembali luruh, ia tahu Damian tidak mencintai nya. Dirinya juga tahu bahwa Pernikahan mereka hanyalah sebuah materai. Tak bisa melakukan apapun yang bisa membuat Damian mencintai nya.
"Hiksss.... Kenapa sesakit ini..." Tiba-tiba perutnya terasa begitu nyeri membuatnya memegang perutnya yang kesakitan.
"Maafkan Mommy ya nak... Maaf" ucap Livy pelan.
"Maafkan Mommy... Mommy tak akan menangis lagi" ucap Livy menguatkan dirinya. Perlahan Perutnya kembali baik-baik saja, Dirinya mengelus perutnya yang masih rata itu dengan lembut.
Livy kira saat mengetahui kabar kehamilannya Damian akan berubah pikiran. Cintanya akan terbalaskan dan mereka hidup bahagia bersama. Namun harapannya seperti pupus begitu saja, Ia juga tak bisa membenci Damian karena tak mencintai nya. Dirinya yang salah karena terbuai dan nyaman saat bersamanya. Dirinya pula yang dengan senang hati membuka lebar-lebar hatinya dan menempatkan nama nya didalam hatinya.
Apa aku harus pergi sekarang? Kau begitu bahagia bersamanya Archer. Dia sangat beruntung bisa dicintai oleh mu. Apa dia tahu bahwa ada aku bersamamu? semoga saja dia tak tahu, karena pasti dia akan sangat sakit jika tahu aku bersamamu.
Archer...
Aku begitu terluka melihatmu begitu bahagia bersamanya, Tapi bukankah ini salahku? Aku yang salah karena aku mencintaimu. Maaf.... Biar aku yang menjaga anak kita... Jika kelak dia bertanya dimana ayahnya akan aku jawab bahwa kau tiada, aku tak ingin anakku mengganggu kehidupan mu yang bahagia dimasa depan. Aku akan membawanya pergi bersamaku Archer... Kau tenang saja...
Archer...
Terimakasih sudah memungutku yang bukan siapa-siapa ini menjadi orang yang bisa merasakan impianku meskipun hanya sesaat. Jika takdir tak mempertemukan kita entah bagaimana aku saat ini, Terimakasih.
Semoga kau bahagia bersama dengannya ya, Maafkan aku.... Aku kembalikan cincin pernikahan kita, Aku pamit ya Archer.... I love you My Husband
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments