4

Kini Livy menatap dua orang yang sedang berbincang, ia hanya duduk dengan diam seraya mengamati mereka. Sebenarnya semalam sudah ada kesepakatan untuk jangan membeberkan hubungan Livy dengan Damian. Mereka sepakat untuk membuat Livy tanpa ada embel-embel Damian dibelakang nya.

"Hai... Baru ya?" Tanya seseorang yang duduk disebelah Livy.

"Eh.. Iya, salam kenal aku Livy." ucapnya dengan mengulurkan tangannya. Gadis cantik itu tersenyum dan menyambut uluran tangannya.

"Aku Luna" ucapnya.

"Bisa kita mulai!" ucap Seseorang yang baru saja datang dengan stelan formalnya. Dyla dan seorang fotografer itu menoleh kearah sumber suara.

"Aku sudah mengatakan pada Pablo untuk segera memberitahu bagaimana Livy bekerja, tapi dia menolak karena Livy baru." ucap Dyla dengan kesal. Pria itu menatap Livy dan gadis itu seolah terpana akan ketampanannya, ia tersenyum ramah menatapnya membuat pria itu diam seribu bahasa.

"Ekhem.." Dyla berdehem. Pria itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Ayolah Hans, serius. Damian sudah setuju jika Livy menggantikan Yura." ucap Dyla kesal. Pria itu bernama Hans, orang yang mengatur Entertainment digedung milik Damian.

"Kau bantu dia ganti pakaian, dan kita lihat sejauh mana dia bisa cocok dengan produk ini." ucap Hans. Dyla tersenyum senang, ia menarik tangan Livy agar mengikuti nya. Tapi sebelum hal itu dirinya sempat pamit dengan Luna.

Setelah perdebatan, kehebohan dan kericuhan diruang foto akhirnya Livy mengenakan Pakaian dengan Tema yang sudah ditentukan. Rok span berwarna denim, dengan kemeja yang begitu elegan berwarna cream. Hils yang sudah ditentukan oleh semua Crew.

"Oke Livy... Semoga kau cepat tanggap. Karena aku tidak suka membuang waktu." ucap Pablo sang kameramen itu. Livy menghela nafasnya panjang, mencoba agar dirinya tidak gugup.

"Coba Kau duduk dikursi itu, dengan menjinjing tasnya." arahnya. Livy melakukannya, semua Crew terpukau. Livy yang baru masuk seperti sudah terbiasa akan dunia pemotretan.

"Nice... You're so Beautiful... Tahan seperti itu, pejamkan matamu." arahnya lagi. Gerakan Livy tak pernah lepas dari Hans dan Pria yang juga model disana. Sebut saja dia Jerom, mereka menatap Livy dengan tatapan Kagum. Gadis baru itu seperti punya daya tarik tersendiri, Jerom menoleh saat namanya dipanggil.

"Jerom, Bagianmu dengan Livy. Cepat..." Ucap Pablo. Jerom juga membawa handbag pria. Mereka saling memunggungi dan debaran itu muncul didada Jerom. Mereka berfoto bersama untuk pertama kalinya, lama proses pemotretan itu. Hingga akhirnya dirinya selesai, Livy duduk disofanya.

"Apa anda butuh sesuatu Nona?" tanya Via yang juga ikut kedalam. Ia tetap menjaga Livy meskipun jaraknya tidak terlalu dekat.

"Ahh ternyata ini melelahkan Via." keluhnya.

"Hai.." suara itu membuatnya menoleh Jerom membawakan dua botol mineral, Dirinya menyerahkan satu botol pada Livy.

"Terimakasih." ucap Livy

"Kau luar biasa." pujinya. Livy tersenyum ramah.

"Kau juga." ucapnya seadanya. Via tetap berdiri dengan tegap di sisi Livy. Wanita itu menatap gerak gerik Jerom yang membuat nya risih. Via menatap jam di tangannya.

"Nona. Sudah saatnya anda makan siang." ucapnya. Livy menoleh kearah Via dan mengangguk.

"Maaf Jerom, seperti nya aku harus pergi." Jerom mengangguk seraya tersenyum.

"Baiklah sampai jumpa lagi." ucap Jerom santai. Livy dan Via pergi dari ruang makeup.

"Apa kak Dyla belum selesai?" tanya nya pada Via.

"Seperti nya belum Nona, Sebaiknya Anda makan terlebih dahulu. Saya akan katakan pada Nona Dyla nanti." ucapnya menjelaskan. Livy mengangguk saja mengikuti kemana Via membawanya.

...****************...

Hari yang melelahkan bukan, Livy baru saja kembali bersama dengan Via dan Dyla. Mereka baru saja pulang dari Mall untuk berbelanja semua keperluan Livy. Via membawa paperbag yang banyak itu, Sebenarnya Livy hanya ingin beli beberapa saja. Namun Dyla yang memaksanya agar tidak usah perduli dengan uang Damian.

"Akhirnya Aku bisa duduk juga.." ucap Livy dengan nyamannya duduk disofa empuk itu.

"Via tolong bawa kekamar ya, Nanti akan aku susun." ucap Livy.

"Baik Nyonya." Livy meminta agar Via tidak memanggil nya Nyonya saat ditempat kerja. Dan akan kembali memanggilnya seperti itu jika diluar tempat kerja.

"Ekhem..." Deheman itu membuat Livy terkejut. Ia menoleh menatap wanita dan Pria setengah baya yang berdiri menatapnya.

"Astaga. Paman, Bibi.." Ucap Dyla segera memeluk mereka secara bergantian. Livy ikut berdiri dengan tersenyum kikuk menatap mereka. Kini Dyla mendekati Livy dan berbisik.

"Mereka orang tua Damian." bisik Dyla membuat Livy terkejut.

"Akh .. Maafkan saya Tuan , Nyonya..." ucap Livy pelan seraya membungkuk. Lily dan Antoni terkekeh melihat Livy.

"Oh menantuku sayang. Kemarilah nak." Dyla mendorong pelan tubuh Livy, dan Lily memeluk Livy dengan sayang.

"Selamat datang dikeluarga Gregson Nak.." ucap Antoni lembut. Livy mematung saat masih berada di pelukan Lily dan Antoni menyusul memeluknya. Membuat hati kecil Livy berteriak, tak terasa airmatanya menetes begitu saja. Pelukan mereka terlepas, Lily dan Antoni terkejut melihat Livy menangis.

"Kenapa kau menangis sayang?" tanya Lily dengan mengusap airmatanya. Livy yang tersadar pun menggelengkan kepalanya dengan menampilkan senyuman diwajahnya.

"Terimakasih.." ucap Livy lirih. Dia sangat berterimakasih sudah diterima dikeluarga Gregson dan juga berterimakasih karena pelukan Lily dan Antoni membuat nya seperti membayangkan apakah begini rasanya dipeluk kedua orang tuanya.

"Ada apa Nak, kau bisa katakan pada Papi." ucap Antoni dengan mengelus puncak kepala Livy. Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya.

"Tidak Tuan. Sa–"

"Hei.. Kau adalah putri kami sekarang, Damian sudah menikahimu. Itu artinya sekarang kau menjadi putri kami, panggil aku Papi.." ucap Antoni. Livy tersenyum tulus menatapnya.

"Dan kau harus memanggilku Mami. Maafkan kami sayang, kami baru bisa kemari." Airmata Livy lagi-lagi menetes begitu saja. Keluarga Damian begitu baik, Ia tak menyangka akan seperti ini.

"Apa boleh aku memanggil kalian mami dan papi."

"Tentu saja. Sudah seharusnya seperti itukan." Livy tersenyum lagi, hatinya menghangat. Ada rasa baru yang muncul dalam dirinya. Antoni tertawa dan kembali mengelus puncak kepalanya.

" aku dengar kau memulai pemotretan hari ini, Bagaimana? Apa kau nyaman?" Livy mengangguk.

"Tentu papi, disana banyak orang baik. Meskipun Livy tidak pernah menjadi model sebelumnya tapi semua orang memberi semangat agar Livy bisa." jelasnya.

"Bagus sekali. Kau akan jadi wanita hebat nantinya. Kalau ada apa-apa katakan pada Kami ya Nak." ucap Antoni lagi. Livy senang mendengar nya, Lili juga tersenyum menatap Livy.

"Oh ya, Papi dan Mami mau makan apa malam ini, biarkan Livy memasak untuk menyambut kedatangan Papi dan Mami." ucap Livy dengan bersemangat.

"Ah itu tidak perlu. Banyak maid disini sayang, lagipula kau lelah kan baru pulang pemotretan." ucap Lily melarang. Namun Livy menggelengkan kepalanya.

"Tidak tidak. Izinkan Livy menyambut kalian, hemmm... Livy tak tahu kalau Mami dan Papi datang hari ini, jika tahu pasti sudah menyiapkan sesuatu. Jadi biarkan Livy memasak untuk Mami dan Papi, meskipun secara sederhana." jelasnya. Antoni yang melihat kegigihan dan semangat Livypun mengalah.

"Baiklah, Kau bisa memasak apapun. Kami akan menerimanya." ucap Antoni senang. Livy tersenyum senang mendengarnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!