BAB 20

Selamat Membaca

...🌼🌼🌼🌼...

Kemarahan Adzam hanya karena Hazira yang secara diam-diam membuka dan membaca pesan dari seseorang yang bernama Bram saja. Seorang suruhan Adzam yang diupah untuk mencari tahu keberadaan Anita yang menghilang secara tiba-tiba. Hasilnya Anita menghilang karena pergi dengan seorang pria di hari pernikahan.

Adzam marah sampai melampiaskan ke Hazira. Pertama Hazira terdiam, dikarenakan tidak ingin mengalah. Ia pun marah balik ke Adzam. Akibat tidak terkendali, Adzam hampir saja melafazkan talak ke Hazira. Lafaz itu terhenti karena terdengar suara ketukan dari luar kamar.

Tanpa disangka, Adzam membuka pintu langsung ditampar oleh Hana. Dari bawah Syarif, Hana, Dato' Haziq, dan Datin Noor mendengar teriakan dari Adzam dan Hazira. Itu yang membuat mereka jadi penasaran segera menghampiri kamar Adzam dan Hazira.

Hana memberikan nasihat ke Adzam serta meminta maaf ke Hazira dan kedua orangtuanya atas perlakuan Adzam ke Hazira.

"Sekarang Mama mau kamu minta maaf sama Hazira." perintah Hana.

Adzam terdiam kaku menatap Hazira begitu Hazira menatap wajah Adzam.

"Tunggu apa lagi? Minta maaf sama Hazira." perintah Hana.

Adzam pun mendekati Hazira tanpa ekspresi.

"Saya minta maaf." ucap Adzam.

"Ya...saya maafkan."

Hana menghampiri mereka berdua.

"Jadi Mama harap ini kejadian yang pertama dan terakhir. Mama tidak mau hal terjadi lagi. Ingat Adzam, kalau kamu berbuat lagi. Mama tidak akan menganggap kamu sebagai anak." ujar Hana.

Datin Noor sampai berdiri menenangkan Hana.

"Astaghfirullah, Puan. Kenapa cakap cam tu, tak baik? Adzam mungkin tak sengaja cakap cam tu kat Hazira." ujar Datin Noor.

"Tidak sengaja bagaimana sampai melafazkan talak ke Hazira? Marah itu boleh tapi jangan sampai diluar batas. Kamu mau membuat kami malu dengan keluarga Dato' dan Datin?" tanya Hana.

Adzam hanya terdiam di nasehati oleh Hana. Ia langsung meninggalkan semua yang masih berada di kamarnya. Menyambar kunci mobil dan pergi begitu saja. Hana terus memanggil Adzam tanpa dihiraukan.

"Adzam....Dzam..." panggil Hana.

"Dah lah Puan, kita bagi masa untuk Adzam tenangkan diri." ujar Datin Noor.

"Ya...Baik kita turun. Kita bagi juga Hazira tenangkan diri dulu." tambah Dato' Haziq.

"Benar apa yang dikatakan Datin dan Dato', sebaiknya kita keluar saja." ujar Syarif.

"Baiklah...Zira kami keluar dulu ya, kamu istirahat saja. Barang yang berantakan ini nanti Mama panggil bibi untuk merapikannya."

"Ya, Ma."

Syarif, Hana, Datin Noor, dan Dato' Haziq keluar dari kamar Hazira. Ia melihat barang-barang yang dilempar oleh Adzam. Tanpa menunggu sang pembantu, ia lebih dulu mengemas semuanya. Secara perlahan kondisi kamar sudah kembali seperti semula. Barulah sang pembantu datang mengetuk pintu.

Hazira menghampiri dan membuka pintu kamarnya.

"Maaf non, Bibi datang untuk membersihkan kamar Non." ujar sang pembantu.

"Tak perlu, Bik. Dah saya kemas dah, cuma sikit kan tak banyak. Takpa Bibi pergi je rehat ya."

"Baik, Non."

"Terima kasih eh."

"Ya, non."

Hazira kembali menutup pintu dan duduk bersandar di tepi ranjang. Sedangkan Adzam yang berada di dalam mobil menuju perjalanan yang tidak tentu arah. Kondisi marah sampai memukul setir mobil. Ia menepikan mobilnya di pembatas jalan. Merogoh kocekkan mengambil ponsel, menghubungi orang suruhannya yaitu Bram.

"Hello, saya mau kamu cari tau siapa pria yang bersama Anita waktu itu."

"Baiklah, terima kasih."

Lalu ia kembali menghubungi seseorang yang tidak lain adalah teman akrabnya yaitu Hud.

"Hello, Assalamualaikum Hud."

"Kamu sekarang dimana?" tanya Adzam.

"Ada dirumah, kenapa?" tanya balik Hud.

"Malam ini aku tidur dirumah kamu ya?"

"Kenapa? Ada masalah?"

"Nanti saja aku cerita."

"Baiklah, datang saja."

"Oke, terima kasih ya Hud."

"Hm... sama-sama."

...🌼🌼🌼🌼...

Selang tidak lama, mobil Adzam memasuki rumah Hud. Hud langsung membuka pintu rumahnya. Adzam keluar dari mobil dengan wajah kusut seperti orang sehabis marah. Ia langsung masuk ke dalam rumah Hud. Melemparkan kunci mobil dan ponselnya diatas sofa ruang tamu Hud.

"Kamu kenapa, Dzam? Wajah kamu kusut begitu?" tanya Hud heran.

Adzam masih saja terdiam ketika ditanya oleh Hud.

"Kamu ada masalah?" tanya Hud.

"Anita." jawab Adzam.

"Kenapa dengan Anita? Dia kembali?" tanya Hud.

"Bukan."

"Lalu?"

"Anita pergi dengan lelaki lain."

"Maksud kamu?" tanya Hud bingung.

"Di hari pernikahan, Anita menghilang ia pergi bersama lelaki lain. Bram sudah mendapatkan informasi itu."

"Kamu sudah selidiki siapa lelaki itu?"

"Belum, tapi aku sudah suruh Bram untuk mencari tahu siapa lelaki itu."

"Tapi apa yang membuat kamu datang kemari sampai mau menginap disini?"

"Aku habis berantem sama Hazira."

"Kenapa?"

"Zira diam-diam membuka ponsel dan membaca isi pesan aku tadi."

"Lah cuma itu, lalu apa yang membuat kamu sebegitu marahnya dengan Zira."

"Dah lah...malas aku mau cerita. Aku mau langsung istirahat saja." jawab Adzam langsung menuju ke kamar Hud.

Hud sudah tidak heran dengan Adzam. Jika memiliki masalah ataupun menenangkan diri. Ia selalu datang ke rumah Hud dan menginap. Sesampai di kamar, Hud masih saja penasaran kenapa Adzam bisa marah dengan Hazira. Secara tidak mungkin saja hanya karena Hazira melihat ponsel dan isi pesannya.

"Dzam...aku mau tanya sekali lagi. Masalah kamu dengan Hazira apa sih? Tidak mungkin kan cuma gara-gara itu saja?" tanya Hud.

"Ya itu tadi, aku marah karena dia diam-diam buka ponsel aku. Disisi lain juga, marah sebab baca pesan dari Bram mengenai Anita. Merasa tidak terima, Hazira marah balik sama aku. Akibat marah, aku hampir..."

"Hampir apa?"

"Hampir mengucapkan talak ke Hazira."

"Astaghfirullah, Dzam. Kamu sudah gila ya? Lalu sudah kamu ucapkan?" tanya Hud.

"Tidak, keburu Mama dan yang lainnya datang."

"Asli gila kamu, Dzam? Cuma gara-gara itu saja kamu melampiaskan semuanya ke Hazira."

"Seharusnya kamu itu bersyukur, selain Hazira juga tidak ada perempuan yang mau menjadi pengantin pengganti. Apa lagi itu sebagai menutupi rasa malu keluarga kamu. Walaupun ia terpaksa juga sama seperti kamu, setidaknya ia mau dan bersedia." jelas Hud.

Adzam yang berbaring hanya terdiam saja mendengarkan penjelasan dari Hud.

"Iya...besok aku akan pulang. Setidaknya malam ini aku mau menenangkan pikiran dulu."

"Apa kamu sudah meminta maaf sama Hazira dan orangtuanya Hazira?" tanya Hud.

"Sudah."

"Hm...Sudah. Istirahat saja dulu, aku mau keluar dulu."

"Hm."

Hud pun keluar dari kamar menuju ke dapur. Hanya tertinggal Adzam yang berbaring di ranjang. Sambil memikirkan informasi yang ia dapat dari Bram mengenai Anita. Ia tidak habis pikir, perempuan yang ia cinta. Mampu meninggalkannya bersama lelaki lain. Sepanjang Anita bersamanya, ia tidak mengetahui dan mencari tahu apakah Anita memiliki kedekatan dengan lelaki lain.

Ia tahu hanya mencintai Anita. Setelah Bram mendapatkan informasi terbaru mengenai lelaki itu dan keberadaan Anita. Ia akan menemui Anita dan menyeretnya mempertanyakan perihal Anita yang pergi meninggalkannya. Ia tidak akan menyerah sebelum apa yang ia ingin belum ketemu.

...Bersambung .......

Jangan lupa like, vote, komen, follow, dan subscribe ya readers 🤗

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!