Selamat Membaca
...🌼🌼🌼🌼...
Usai mengajak jalan-jalan Hazira ke sebuah taman mini Indonesia indah. Adzam membawa Hazira untuk pergi ke sebuah rumah makan lesehan di tepi jalan. Sampai ke tempat itu, Hazira melihat rumah makan itu menoleh sana sini. Adzam membuka safety belt lalu melihat ke arah Hazira.
"Kenapa? Kamu tidak suka tempat seperti ini?"
"Eh...tak. Bukan tak suka, cuma beza lah tempat dia dengan kat Malaysia."
Tanpa menanggapi perkataan dari Hazira, Adzam turun dari mobil lebih dulu. Ia masuk ke rumah makan itu mencari bangku kosong. Hazira merengut kesal dengan sikap Adzam yang super cuek, dingin, dan tidak banyak bicara. Hazira menyusul dari belakang mengikuti langkah Adzam.
Adzam yang sudah duduk terlebih dahulu. Melihat Hazira pun ikutan duduk berhadapan dengannya. Adzam memanggil seorang pelayan untuk memesan makanan. Pelayan itu yang seorang wanita pun menghampiri membawa menu untuk diserahkan. Hazira memberikan senyum ke pelayan wanita tersebut.
"Kamu mau makan apa?" tanya Adzam mata melihat menu.
"Cam mana nak order, kalau menu tu awak pegang." jawab Hazira.
Adzam menatap tajam ke Hazira. Lalu menyerahkan menu itu ke Hazira. Ia mengambil ponselnya dari saku celana untuk dimainkan. Hazira mencari-cari makanan terlihat enak di menu tersebut. Matanya tertuju ke makanan bakso yang berbentuk bunga mekar.
"Cik, ini apa ni mekar macam bunga?" tanya Hazira ke pelayan wanita itu.
"Oh ini bakso teratai, ini bakso beranak, dan ini bakso mercon." jawab pelayan menunjuk beberapa jenis bakso.
"Bakso? Semacam meat ball?" tanya Hazira tidak tau.
"Ya, Bakso itu meat ball." jawab pelayan itu lagi.
Adzam tidak terusik sama sekali dengan Hazira. Ia tetap saja memainkan ponselnya tanpa menoleh sedikit pun.
"Oke, cam tu saya nak order tiga jenis bakso ni. Bakso teratai, beranak, dan mercon aaa...."
"Baiklah, kuahnya mau original atau yang pedas?"
"Nak original je lah ya. Aaach lagi satu minum, saya order lemon ais satu."
"Baiklah. Kalau tuan mau makan yang mana?" tanya pelayan itu ke Adzam.
Adzam langsung melepaskan ponselnya beralih melihat menu.
"Saya pesan nasi goreng ayam telur dan minum saya pesan teh es saja."
"Baiklah, tunggu sebentar ya Mbak Tuan."
"Oke."
Hazira dan Adzam menunggu makanan yang mereka pesan. Adzam kembali melanjutkan memainkan ponsel. Lain dari Hazira yang hanya melihat keadaan rumah makan dan orang-orang sekeliling. Karena merasa bosan, ia mengambil ponselnya di dalam tas. Membalas pesan masuk dari abangnya yang berada di Malaysia.
Cukup lama menunggu, pesanan Hazira kini sudah sampai. Pelayan wanita itu membawa nampan berisi tiga jenis bakso dan es jeruk untuk Hazira. Hazira rasa tidak percaya akan tampilan bakso yang ia pesan. Menyusul pula pesanan Adzam nasi goreng ayam telur dan teh es. Ia pun melepaskan ponselnya diatas meja lalu siap untuk menyantap.
Adzam menoleh juga ke arah makanan pesanan Hazira yang begitu banyak.
"Memangnya habis semua?" tanya Adzam mata melihat ke arah makanannya sendiri tanpa melihat ke Hazira.
"In Syaa Allah, kan saya nak rasa. Sedap ke tak." jawab Hazira.
Pelayan itu pun meninggalkan mereka berdua. Hazira sebelum memulai ia membaca doa didalam hati. Barulah ia menyantap bakso yang ia pesan. Dimulai dari hirupan kuah yang di sendok olehnya.
"Hem...sedap." ujar Hazira.
Adzam hanya fokus menyantap makanannya. Begitu juga dengan Hazira yang juga menyantap bakso yang ia pesan. Sekian lama menyantap makanan, Adzam sudah terlebih dahulu selesai. Hazira yang hampir mau habis juga selesai juga. Ia merasakan kekenyangan karena ia menyantap tiga jenis bakso.
Rasa bakso dan kuah yang memang sangat lezat membuat Hazira tergugah. Sangat berbeda sekali bakso yang ada di Indonesia dengan di Malaysia. Daging cincang dan beberapa toping isi telur juga babat. Adzam tidak ambil peduli dengan gelagat Hazira yang kekenyangan.
Adzam beranjak dari duduknya membuat Hazira terperanjat.
"Eh...awak nak pergi mana?" tanya Hazira.
"Kamu ingat kita disini makan gratis." ujar Adzam sambil berjalan menuju tempat pembayaran.
"Eh elehhh...tu pun nak sentap." ucap Hazira.
Hazira tanpa pamitan, ia lebih dulu menuju ke mobil dan masuk. Ia bersandar sejenak menenangkan rasa kenyangnya. Adzam yang sudah selesai membayar langsung masuk ke dalam mobil. Merasakan lelah, Adzam menjalankan mobilnya menuju pulang ke rumah. Akibat kekenyangan, Hazira pun tertidur tanpa diketahui oleh Adzam yang fokus menyetir.
...🌼🌼🌼🌼...
Sesampai di kediaman Adzam, ia memarkirkan mobil di garasi. Mematikan mesin mobil membuka safety belt. Adzam melihat ke arah Hazira yang sudah tertidur. Ia mencoba membangunkan Hazira tetapi tidak bangun. Menggoyangkan badan Hazira masih saja tidak bangun.
Karena tidak bangun, Adzam keluar dari mobil. Membuka pintu mobil, mengangkat dan menggendong Hazira masuk ke dalam. Dalam rumah, Adzam langsung menaiki tanggal menuju ke kamarnya. Saat hendak naik, Dato' Haziq menyapa Adzam.
"Adzam...ada apa dengan Zira?" tanya Dato' Haziq.
"Zira tertidur di dalam mobil tadi. Saya sudah mencoba membangunkannya tapi tidak bangun juga."
"Ya sudah kamu bawa masuk saja Zira ke kamar." perintah Syarif.
"Baik, Adzam permisi dulu."
"Hati-hati bawa Zira." ucap Syarif.
Adzam melanjutkan langkahnya membawa Hazira ke kamar. Syarif dan Dato' Haziq kembali mengobrol bersama.
"Capek sekali Zira sampai tertidur begitu."
"Haha...Zira memang cam tu terlebih penat mesti tertidur. Sisi lain, Zira susah nak bangun. Nak goncang cam mana pun tetap tak bangun-bangun."
Beralih ke Adzam yang sudah sampai di kamar. Langsung membaringkan Hazira diatas ranjang. Membetulkan bantal dan juga selimut untuk Hazira. Adzam yang juga ikut merasakan letih akibat menggendong Hazira. Beranjak menuju ke kamar mandi membersihkan diri.
Waktu tanpa terasa sudah habis memasuki shalat Zuhur. Adzam yang sudah selesai mandi, langsung melakukan shalat Zuhur. Tampak Hazira masih tertidur pulas. Sudah selesai, Adzam keluar dari kamar menghampiri yang lainnya di bawah.
Semuanya sudah berada di ruang makan untuk makan siang. Melihat Adzam hendak turun tidak menuju ke meja makan melainkan ke ruang tengah. Hana memanggil sehingga langkah Adzam terhenti sejenak.
"Dzam... Ayo kita makan siang dulu, Hazira kemana?" tanya Hana.
"Hazira sedang tidur, mungkin kecapean." jawab Adzam.
"Adzam sudah makan tadi diluar, jadi masih kenyang." tambah Adzam.
"Ya sudah deh."
Adzam melanjutkan langkahnya menuju ke ruang tengah menonton televisi. Sedangkan yang lainnya menikmati makan siang bersama.
"Hazira pasti kecapean sekali sampai tertidur begitu."
"Budak tu cam tu penat langsung tertidur, susah bangun pulak."
"Oh ya."
"Ya."
"Ya...seperti tadi siang sepulang dari jalan-jalan. Adzam menggendong Hazira yang tertidur." ujar Syarif.
"Eh betul ke?" tanya Datin Noor tidak percaya.
"Betul...Adzam gendong Zira tadi."
"Wah...Semoga saja ya mereka bisa semakin dekat ya Datin."
"Ya...Aamiin."
Mereka semua melanjutkan makan siang. Setelah mendengar cerita dari Syarif dan Dato' Haziq yang melihat Hazira sedang digendong oleh Adzam. Mereka berdoa semoga itu merupakan awal yang baik dari kedekatan antara Adzam dan Hazira.
...Bersambung .......
Jangan lupa like, vote, komen, follow, dan subscribe ya readers 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments