BAB 10

Selamat Membaca

...🌼🌼🌼🌼...

Saat sarapan pagi semua berkumpul menyantap makanan bersama. Ketika sedang menyantap makanan, Adzam dan Hazira tersedak makanan. Karena ucapan Datin Noor yang membicarakan tentang cucu. Membuat yang lainnya menertawakan Adzam dan Hazira.

"Ma...takyah lah pergi honeymoon. Lagi pun Zira kena kerjakan. Banyak yang kena Zira buat kat office. Betulkan, papa?" tanya Hazira.

"Tentang office tu Zira tak perlu risau, yang tu papa boleh setterkan. Buat je apa yang mama kamu suruh." jawab Dato' Haziq.

"Papa....???"

"Tapi saya juga banyak pekerjaan di kantor. Jadi mohon maaf saya tidak bisa. Sebaiknya lain kali ya Datin, eh...Ma."

"Eh mana boleh cam tu, korang kena pergi honeymoon juga. Betulkan Puan Hana?" tanya Datin Noor ke Hana.

"Ya, benar apa yang dikatakan oleh Datin. Kalian harus pergi honeymoon untuk mengenal satu sama lain. Kan kalian belum saling kenal, ketemunya juga baru kemarin malam." jelas Hana.

"Soalnya kantor bukankah kamu sudah selesaikan kemarin. Lalu apa lagi?" tanya Syarif.

"Tidak semua, hanya sebagian saja. Karena mengejar waktu menuju akad jadi mengerjakannya hanya sebagian saja." jelas Adzam bohong.

"Kamu itu bagaimana sih, kerja terus dipikirkan. Kerja itu bisa diselesaikan nanti, meluangkan masa liburan itu sulit apalagi buat istri, pertama kali lagi." jelas Hana.

"Adzam...terima je lah. Tak baik tolak rezeki dari Allah ni." ucap Dato' Haziq.

Mendengar ucapan Dato' Haziq yang menyebut mengatas namakan Allah. Adzam dengan terpaksa menerima rencana honeymoon mereka yang disponsori oleh Datin Noor. Begitu juga dengan Hazira yang tidak bisa membantah sang Papa yaitu Dato' Haziq.

"Hm...baiklah, saya menyetujuinya." jawab Adzam.

"Alhamdulillah." ucap Datin Noor.

"Alhamdulillah...begitu dong." ucap Hana juga.

"Tempat nak dituju tu biar Mama yang carikan. Korang berdua duduk diam-diam dan pangku tangan je. Mama kena cari tempat yang romantik sikit untuk korang."

Prosesi sarapan pagi bersama kedua belah keluarga. Hazira kembali ke dalam kamar Adzam. Ia merengut kesal akan rencana mamanya yaitu Datin Noor memintanya untuk honeymoon. Adzam baru masuk ke kamar. Melihat Hazira yang tampak kesal. Hazira langsung melemparkan kesalahan tersebut ke Adzam.

"Semua awak punya pasal tau? Kenapa saya kena kahwin dengan awak? Kenapa je tak cancel je terus kan senang?" ucap Hazira.

"Hei...cewek. Kamu pikir saya menginginkan perkawinan ini hah. Kalau seperti itu kenapa kamu tidak menolaknya juga. Saya bisa saja membatalkan acara itu, rasanya kamu sudah tau kan?" jawab Adzam.

"Tu sebab awak diam, masa Mama awak cakap pasal nakkan saya, awak kan boleh halang kan?"

"Mudah sekali kamu berbicara. Kamu itu tidak pernah memahami dan mengalami keadaan seperti saya."

"Tak pernah awak cakap, sekarang ni saya terjebak keadaan awak. Semua disebabkan awak."

"Oke kalau kamu merasa terjebak, mari kita bicara sama mereka kalau kita akan bercerai sekarang."

"Kenapa bagi tahu sekarang?"

"Kenapa? Bukankah kamu maunya sekarang biar kamu tidak merasa terjebak lagi oleh keadaan."

Hazira akhirnya mengalah akan ucapan Adzam. Ia tidak ingin hal ini diketahui oleh sang papa yaitu Dato' Haziq. Ia sangat mengetahui akan ketegasan sang papa.

"Ya..saya minta maaf. Sebab saya cakap cam tu kat awak. Tak semestinya saya...."

"Sudah, lupakan saja." jawab Adzam hendak keluar dari kamar.

Hazira menahan langkah Hazira untuk bertanya kemana Adzam akan pergi.

"Awak...awak nak pergi?" tanya Hazira.

"Saya mau ke kantor sebentar, ada yang perlu saya selesaikan."

"Oh..." jawab Hazira singkat.

"Kenapa? Apa kamu menginginkan sesuatu?" tanya Adzam.

"Hem...apa boleh?" tanya Hazira balik.

"Katakanlah?"

"Hem...boleh tak awak belikan saya martabak bulan. Dan ni guna duit saya?" ucap Hazira sambil menjulurkan uang selembar seratus ribu.

Adzam menatap uang yang diberikan oleh Hazira ke dirinya dengan wajah datar.

"Kamu pikir saya tidak punya uang untuk beli martabak manis?"

"Siapa tahu kan awak tak ada duit cash ke kan?"

"Dasar." ucap Adzam langsung meninggalkan Hazira dengan kesal.

Hazira hanya tersenyum melihat wajah Adzam kesal olehnya. Hazira sebenarnya sangat memahami keadaan yang dialami oleh Adzam. Cuma ia belum bisa menerima pernikahannya bisa dibilang mendadak. Apalagi Hazira memiliki komitmen belum untuk menikah di usia sekarang. Tapi takdir sudah berkehendak lain. Jadi ia harus menerima dengan lapang dada.

...🌼🌼🌼🌼...

Adzam memasuki mobil siap menuju ke kantornya. Dalam mobil Adzam juga merungut akan ucapan Hazira yang membuatnya kesal sambil menyetir mobil dijalan raya.

"Dasar cewek aneh, jelas-jelas dia juga setuju mengenai pernikahan ini. Dia mau menyalahkan saya. Memangnya saya mau menerima dia apa?" ucap Adzam merungut.

Lama merungut di dalam mobil semasa dalam perjalanan. Mobil sudah tiba di pintu gerbang kantornya. Ia keluar langsung menuju ke pintu utama. Di sapa dengan sopan oleh para staf dan karyawan lainnya yang sedang bekerja. Menuju ke ruang kerja yang berada di tingkat atas.

Sesampai di ruangan kerja, ia langsung masuk melihat sang sekretaris sedang duduk menunggunya. Sekretaris sekaligus sahabat karib Adzam semasa kuliah dulu yang bernama Agus Suyitno.

"Kenapa terlambat?" tanya Agus.

"Biasa ada drama di pagi hari." jawab Adzam.

"Hehe....oh ya selamat ya atas pernikahan kamu dengan Anita." ucap Agus.

"Aku tidak jadi nikah." jawab Adzam singkat.

Agus jadi terkejut akan ucapan Adzam. Seketika ia melihat sebuah cincin nikah melingkar di jari Adzam.

"Apa? Kok bisa, terus cincin itu?" tanya Agus tertuju ke cincin di jari Adzam.

"Kali ini nikah secara terpaksa dan yang pasti bukan sama Anita." jawab Adzam sambil membolak-balik file ditangannya.

"Apa? Lalu kamu nikah sama siapa? Lalu Anitanya kemana?" tanya Agus beruntun.

"Panjang ceritanya, nanti ada saatnya aku akan cerita. Sekarang ini apa yang perlu dikerjakan?"

"Baiklah...oh ya ini ada beberapa file yang harus kamu tandatangani. Berkas persetujuan kontrak dengan CV Group yang sebelumnya belum sempat di tandatangani karena CV Group sedikit ragu. Tetapi Alhamdulillah, CV Group setuju untuk bekerjasama dengan perusahaan kita. Dan siap menanamkan saham ke perusahaan kita." jelas Agus.

"Alhamdulillah. Kalau begitu bagus sekali, hal ini akan membuat perusahaan kita meningkat. Penanaman saham yang ia berikan untuk perusahaan akan aku kelola untuk meneruskan pembangunan pabrik di daerah Bandung." ujar Adzam sambil menandatangani berkas file dari Agus.

"Setelah ini, apa jadwal saya sekarang?" tanya Adzam.

"Sekarang tidak ada jadwal yang penting. Tapi hanya ada jadwal yang mengharuskan kamu untuk menceritakan apa yang telah terjadi pada kalian berdua saja." jawab Agus.

Adzam terpaksa harus menceritakan semuanya ke Agus. Daripada ia harus diteror oleh Agus karena tidak bercerita. Agus menyimak apa yang diceritakan oleh Adzam. Seketika Agus kaget mendengar cerita pernikahan sahabatnya. Ia menatap lekat wajah Adzam mencari kepastian dan kejujuran.

...Bersambung .......

Jangan lupa like, vote, komen, follow, dan subscribe ya readers 🤗

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!