Selamat Membaca
...🌼🌼🌼🌼...
Sepulang dari kumpul bersama teman-temannya. Adzam menuju ke kamarnya tanpa ikut gabung makan malam bersama yang lainnya. Hazira yang sudah selesai makan menyusul ke kamar. Membuka kamar, Adzam sudah berbaring di atas ranjang.
Hazira berjalan menuju ke lemari mengambil setelan baju tidur. Sudah berganti baju, ia mendekati ranjang. Duduk di tepi ranjang membelakangi Adzam.
"Awak pergi mana sebenarnya?" tanya Hazira.
"Bukan urusan kamu?" jawab Adzam.
"Kenapa bukan urusan saya? Of course ada kena mengena dengan saya. Sebab apa saya dah jadi istri awak. Awak tahu tak, Mama dan Mama Hana sibuk tanya pasal awak tau. Saya ni sebagai seorang isteri tak tahu langsung kemana awak pergi." ujar Hazira.
"Tadi sudah saya bilang, saya pergi dengan teman saya. Saya pun juga sudah pamit sama mereka."
"Habis tu kenapa balik lambat?" tanya Hazira.
Adzam langsung bangun dari baringnya lalu bersandar ke ranjang.
"Terlalu seru mengobrol jadi tidak terasa sudah menjelang malam." jawab Adzam.
"Sudah...daripada kamu introgasi saya. Lebih kamu siapkan saya makan malam." ujar Adzam.
"Ohh...tahu lapar ya...ambil sendiri. Saya nak tidur." ucap Hazira langsung menarik selimut.
Adzam dibuat geram akan tingkah Hazira. Ia beranjak dari ranjang keluar menuju ke dapur. Sebenarnya ia sudah makan bersama teman-temannya. Tapi jarak waktunya agak lumayan jauh. Jadi ia harus makan agar penyakit asam lambungnya tidak kambuh lagi.
Melangkahkan kaki menuju ke dapur. Membuka kulkas terdapat makanan yang tadi mereka santap. Mengeluarkannya lalu dipanaskan sebentar di microwave. Sebuah suara mengagetkan Adzam dari arah belakang yaitu Datin Noor.
"Dzam, tengah buat apa tu?" tanya Datin Noor.
"Sedang panasin makanan, Ma." jawab Adzam.
"Mana Zira?" tanya Datin Noor lagi.
"Ada...baru saja tidur." jawab Adzam.
"Lahh...kenapa Adzam yang buat. Zira kan ada?"
"Tidak apa-apa, Ma. Lagian ini cuma panasin makanan."
"Ya betul cuma panaskan makanan tapi tu tugasan isteri. Takpa biar Mama yang suruh Zira eh." ujar Datin Noor hendak menghampiri Zira tapi ditahan Adzam.
"Eh Mama tidak perlu. Besok saja ya...ini kan sudah malam jadi Mama tidur saja ya."
"Tapi Zira..."
"Nanti Adzam yang bilangin sama Zira."
"Betul ni, cakap kat Zira tau. Bimbing ia secara pelan-pelan."
"Ya, Mama."
"Thanks you, Menantu Mama."
"You're welcome."
"Mama pergi masuk bilik dulu eh."
"Ya."
Datin Noor masuk ke kamarnya setelah melihat yang malam-malam berkutik di dapur. Adzam melanjutkan makan malam sendiri. Di kamar Hazira masih belum tidur hanya memainkan ponsel. Tiba-tiba ponsel Adzam berbunyi seperti ada sebuah pesan masuk. Pertama ia mengabaikannya, karena merasakan penasaran.
Ia akhirnya beranjak dari baringnya mengambil Adzam di atas nakas. Membuka pesan dari seseorang bernama Bram. Pesan tersebut berisi informasi mengenai Anita mantan tunang Adzam yang menghilang ketika di acara pernikahan. Membacanya sampai habis, lalu ia kaget bahwa Anita menghilang karena memang disengaja.
Bram mendapatkan informasi bahwa Anita pergi dengan seorang pria tepat di hari pernikahan. Pria itu belum diketahui siapa sebenarnya. Yang membuat Hazira kaget, ia tidak habis pikir. Adzam yang begitu mencintai Anita tapi dengan teganya Anita pergi bersama dengan pria lain.
"Kenapa lah Adzam boleh sukakan dengan perempuan cam tu?" ucap Hazira tanpa menyadari bahwa Adzam sudah berada di kamar.
"Perempuan siapa yang kamu maksud?" tanya Adzam.
Hazira langsung kaget dengan cepat berbalik badan menyembunyikan ponsel Adzam. Mundur selangkah secara perlahan menaruh kembali ponsel milik Adzam ke atas nakas. Dengan gerakan cepat, Adzam merebut ponselnya di tangan Hazira.
"Apa yang kamu lakukan dengan ponsel saya?" tanya Adzam dengan sedikit marah.
"Saa..sa..saya cuma cek je. Tadi phone awak bunyi." jawab Hazira gagap.
Adzam langsung membuka ponselnya. Terdapat pesan yang sudah terbuka. Ia menoleh tajam ke arah Hazira lalu beralih lagi membaca pesan tersebut. Lalu ia kaget, kembali menatap ke arah Hazira.
"Apa kamu membaca pesan ini?" tanya Adzam marah.
"Sa...saya tak maksud pun nak buka phone awak. Cu...cuma saya nak tau je." jawab Hazira.
"Asal kamu tau, saya tidak suka kalau ada orang membuka ponsel saya. Apa kamu sudah membacanya?" tanya Adzam marah.
"Su...sudah."
Dengan geram, Adzam membanting sesuatu hingga pecah. Membuat Hazira kaget dan menutup telinganya. Marahnya Adzam menjadi karena ia mengetahui Anita berbuat curang kepadanya. Ia rela meninggalnya hanya demi pria lain. Apalagi tepat di hari bahagia yang ditunggu-tunggu oleh mereka.
Tidak mau kalah, Hazira pun ikut berteriak marah ke Adzam. Karena merasa tidak terima diperlakukan seperti itu cuma gara-gara tanpa sengaja membuka dan membaca isi pesan di ponselnya.
"Awak ni kenapa ha? Takkan setakat saya tak sengaja buka phone dan baca mesej awak sampai campak barang. Awak nak hancurkan semua barang kat bilik ni ke hah." ucap Hazira ikut teriak.
"Ya...biarkan saja barang disini hancur. Saya peringatkan kamu sekali lagi jangan sentuh barang pribadi saya ataupun baca pesan saya." teriak Adzam.
"Oke fine, saya takkan ambil peduli mengenai awak lagi. Dan kita tak payah nak berlakon depan Mama dan Papa." ucap Hazira.
"Oke fine."
"Satu lagi, saya tahu awak marah mengamuk cam ni bukan sebab saya curi buka dan baca mesej awak. Tapi awak marah sebab isi mesej tu kan. Jadi awak lampiaskan marah awak kat orang lain."
"Diam....itu bukan urusan kamu."
"Sekarang ni dah jadi urusan saya, sebab pasal ni awak lampiaskan tu kat saya. Mama dan Papa saya tak pernah sekalipun marahkan saya. Awak...bentak saya."
"Memang patut pun Anita tu tinggalkan awak pilih lelaki lain. Sebab apa, sebab perangai awak macam ni. Kalaupun saya tahu dari awal perangai awak, saya tak sudi kahwin dengan awak. Sekalipun Mama Hana termohon-mohon kat saya."
Marah Adzam semakin meluat karena ucapan Hazira.
"Heiii....jaga ucapan kamu. Kamu tidak tau semuanya lebih kamu diam dan tidak perlu ikut campur. Dan untuk pernikahan ini, saya juga tidak sudi menikah sama kamu. Kamu pikir saya mau hah menikah dengan perempuan seperti kamu."
"Oke...kalau awak taknak sekarang tunggu apa lagi. Awak boleh talak saya sekarang."
"Oke, malam ini saya akan me...."
Ketika Adzam hendak melafazkan talak ke Hazira. Terdengar sebuah ketukan dari arah luar. Ucapan Adzam terhenti, menatap dengan rasa marah sebentar ke Hazira. Ia lalu mencoba membuka pintu kamar. Ia kaget melihat Syarif, Hana, Datin Noor, dan Dato' Haziq berdiri dibalik pintu.
Dengan gerakan cepat, Hana menampar Adzam dengan keras membuat Hazira kaget. Hana dan Syarif menatap tajam ke arah Adzam. Adzam hanya menunduk sambil memegang pipi habis ditampar Hana. Dato' Haziq dan Datin Noor masuk menghampiri Hazira.
"Apa yang akan kamu ucapkan hah?" tanya Hana.
"Adzam...apa kamu mau mempermalukan Mama dan Papa?" tanya Syarif.
"Seharusnya kamu berterima kasih, Hazira bersedia menikah dengan kamu. Kalau tidak kemana Mama dan Papa meletakkan wajah kami ini dihadapan semua orang kalau acara itu dibatalkan. Dan apa kamu ingin kami malu hah?" tanya Hana.
"Kalaupun acara itu sempat batal, berita tersebut akan tersebar di media sosial mana pun. Seorang anak pengusaha batal nikah gara-gara tunangannya tidak hadir. Kamu mau seperti tu?" tambah Syarif.
"Mama sangat kecewa sama kamu. Kami tidak pernah mengajarimu untuk bersikap seperti ini." ujar Hana.
Hana masuk ke dalam kamar meminta maaf kepada Hazira, Dato' Haziq, dan Datin Noor atas perlakuan Adzam.
"Zira...tolong maafkan Mama atas sikap Adzam kepada Zira. Datin... Dato' tolong maafkan anak saya."
Hazira, Datin Noor, dah Dato' Haziq hanya terdiam saling pandang satu sama lain. Adzam masih tetap ke posisinya berdiri di depan pintu.
...Bersambung .......
Jangan lupa like, vote, komen, follow, dan subscribe ya readers 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Tri Sunarni
makin seru aja,gk sabar nunggu up lagi
2024-03-07
1