BAB 09

Selamat Membaca

...🌼🌼🌼🌼...

Pernikahan yang secara mendadak dilakukan oleh Adzam dan Hazira karena dipaksa oleh keadaan. Hazira sebelumnya masih belum untuk menikah dipaksa oleh sang ayah yaitu Dato' Haziq. Begitu juga Adzam, ia terpaksa menerima Hazira karena tidak ingin mempermalukan kedua orangtuanya. Apalagi banyak para tamu dan penghulu yang sudah menunggu lama.

Usai acara akad nikah Adzam dan Hazira. Adzam dan Hazira disuruh untuk beristirahat terlebih dahulu. Hazira yang terasa begitu letih karena terlalu lama berdiri memutuskan untuk beristirahat ke kamarnya. Saat ia hendak masuk ke dalam kamar. Hana yang sudah menjadi ibu mertuanya menghampiri Hazira.

Menyuruh Hazira untuk beristirahat di kamar sang suami yaitu Adzam. Hazira belum terbiasa mencoba untuk menolak. Namun apa daya, Hana tetap saja memaksa Hazira untuk menuju ke kamar Adzam yang berada di atas. Tidak ingin berpanjangan, Hazira pun menuruti permintaan Hana. Langkah secara perlahan dan ragu ia berjalan menuju ke kamar Adzam.

Sesampai di kamar Adzam, Hazira perlahan membuka pintu kamar. Menjulurkan kepala melihat keadaan kamar. Kamar Adzam tampak sepi, terdengar suara percikan air dari kamar mandi saja. Hazira merasa lega, segera ia masuk duduk diatas tepi ranjang yang empuk milik Adzam. Ia melirik ke sana sini melihat seisi kamar Adzam yang tampak estetik.

Tidak terdengar kembali suara percikan air. Suara pintu kamar mandi terbuka dan keluar Saat keduanya akan menoleh, Adzam dan Hazira menjadi kaget lalu berteriak.

"Aaaaaaa......" teriakan Adzam dan Hazira.

Suara teriakan mereka begitu sangat keras. Adzam dengan cepat menjangkau pakaian santai dan memakainya. Hazira mengalihkan pandangan ke arah lain tidak berani menoleh ke Adzam.

"Kamu sedang apa disini hah?" tanya Adzam.

"Rehat lah, apa lagi. Takkan nak makan kot." jawab Hazira.

"Ya tau, tapi kenapa ke kamar saya. Ke kamar kamu sana?" suruh Adzam.

"Tadi dah pergi pun ke bilik saya, terserempak dengan Mama awak terus kena suruh pergi kat bilik awak." jelas Hazira.

"Kamu jangan buat alasan ya, ingat pernikahan kita ini hanya terpaksa. Jadi jangan terlalu serius menanggapinya."

"Eh hello....tu saya dah tahu lah. Awak ingat saya nak sangat ke kahwin dengan awak. Saya terpaksa tahu tak, kalau tak sebab Papa. Saya taknak kahwin dengan awak."

"Baguslah kalau begitu, jadi jangan terlalu diambil serius dan berharap. Sampai bila pun saya tidak akan pernah menyukai sama kamu."

"Takkan lah, awak ingat saya ni jenis yang mudah ke nak tersuka dengan sembarang lelaki termasuk dengan awak."

"Terserah kamu saja. Tapi, ekhem....untuk di depan mereka semua sebaiknya kita pura-pura seolah menerima pernikahan kita ini. Bagaimana?"

"Kenapa kena berpura-pura? Dorang kan dah tahu kan kalau kita ni memang tak terima perkahwinan ini"

"Apa kamu tega melihat salah satu wajah mereka sedih? Ketika kita menikah saja wajah mereka begitu senang dan gembira."

Hazira memikirkan perkataan Adzam yang memang benar adanya. Saat pernikahan mereka berlangsung wajah mereka bukan main sangat gembira dan senang sekali. Walaupun pernikahan terlaksanakan dipaksa oleh keadaan. Salah satunya Dato' Haziq dan Datin Noor yang sudah lama menginginkan Hazira menikah. Ia akhirnya menyetujui perkataan Adzam.

"Okay lah. Tapi depan dorang je tau, selepas tu takkan."

"Okay, deal." ucap Adzam menjulurkan tangan tanda persetujuan.

"Deal." sahut Hazira menyambut tangan Adzam tanda setuju.

...🌼🌼🌼🌼...

Tiba-tiba suara ketukan dari luar kamarnya. Terdengar suara Hana yang mengetuk. Setelah teriakan antara Adzam dan Hazira yang begitu keras membuat orang dibawah ikut mendengar. Hana segera naik ke atas untuk memastikan apa yang terjadi.

"Adzam....Zira....Apa kalian baik-baik? Kenapa kalian berteriak begitu?" tanya Hana.

"Hm...tidak ada kok Ma. Nih Zira, terpeleset sedikit saat jalan." jawab Adzam bohong.

"Apa benar itu, Zira?" tanya Hana masih di luar kamar.

"Ya...Iya Ma. Zira jatuh sikit nih ha. Tapi dah oke dah sebab dah sapu minyak." teriak jawab Hazira.

"Baiklah. Lain kali Zira harus hati-hati ya nak?"

"Ya...iya Mama. Zira minta maaf, sebab ganggu Mama."

Tidak terdengar lagi suara Hana dari luar pintu kamar. Mereka sengaja tidak membuka pintu kamar. Hana segera kembali ke bawah untuk mengobrol dengan besannya. Adzam yang sudah selesai dan rapi menuju ke ranjang sebelah tepi kiri. Duduk bersandar tepi ranjang sambil memainkan ponsel.

Hazira segera beranjak dari duduknya menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai ritual mandinya, Hazira langsung naik ke atas ranjang. Dengan posisi membelakangi Adzam. Adzam hanya menoleh sejenak ke Hazira. Tak lama tidak ada pergerakan apapun dari Hazira. Adzam melihat ke arah Hazira melihat wajahnya yang tidur begitu sendu.

Ia langsung menyusul untuk berbaring mematikan lampu. Sama hal dengan posisi membelakangi Hazira. Mata yang masih belum terpejam. Adzam masih merenung mengingat kejadian antara dirinya dan Anita. Sekelip saja berubah jadi benci ketika Anita tidak hadir di acara akad nikahnya. Saking lama merenung, mata akhirnya mulai meredup menyusul Hazira yang sudah dibuai mimpi.

Besok pagi Dato' Haziq, Datin Noor, Syarif, dan Hana sudah berada di meja makan untuk menyantap sarapan pagi. Adzam sudah bersiap untuk pergi ke kantor. Sedangkan Hazira masih belum terbangun. Ia langsung turun ke bawah tanpa membangun Hazira. Saat menuruti tangga, keluarga Dato' Haziq dan Syarif menyapa Adzam karena turun sendiri.

"Hai, Adzam. Sorang je bangun, Zira mana?" tanya Datin Noor.

"Hm...Zira masih tidur, Ma." jawab Adzam.

"Kenapa tak bangunkan?" tanya Datin Noor.

"Eh biarkan saja lah, Datin. Kan pertama kali menikah." ucap Hana.

Adzam hanya terdiam sambil menyantap makanan di atas meja.

"Puan Hana, seharusnya Zira yang kena paham. Ia tu bukan bujang lagi, dah kahwin. Ia kena belajar mulai sekarang." jelas Datin Noor.

Tidak lama Hazira bangun dengan setelan yang sudah rapi. Membuat semua yang berada di meja makan memperhatikan Hazira yang menuruni tangga. Datin Noor hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Hazira.

"Pagi...." ucap Hazira ke semua orang yang berada di meja makan.

"Pagi..." sahut Hana.

"Zira, boleh tak bangun lebih awal sikit jangan cam ni. Zira bukan lagi bujang tau, dah kahwin dah." jelas Datin Noor.

"Biarkan saja, Puan. Ini kan baru pertama kali Hazira memulai berumah tangga. Jadi Zira belum terbiasa, awal-awal biarkan saja. Lama-kelamaan juga Nak Zira akan terbiasa dengan semuanya. Iya kan, Zira?" tanya Hana.

Hazira hanya tersenyum menanggapi ucapan dari Hana. Dalam menyantap makanan, Datin Noor tiba-tiba mengatakan sesuatu yang membuat Adzam dan Hazira tersedak makanan yang ia makan.

"Untuk honeymoon korang, biar Mama yang sponsor. Mama excited sangat sebab Mama dan Mama Hana nakkan cucu. Kami doakan semoga korang cepat dapat baby." ucap Datin Noor.

Adzam dan Hazira sama-sama tersedak makanan yang ia santap. Dato' Haziq, Datin Noor, Syarif, dan Hana hanya bisa tertawa melihat Adzam dan Hazira tersedak. Adzam langsung menghentikan sarapannya. Sedangkan Hazira tetap menyantap sarapan paginya.

...Bersambung .......

Jangan lupa like, vote, komen, follow, dan subscribe ya readers 🤗

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!