Gevan melepas Helm full face miliknya setelah sampai di depan Markas.
Beberapa temannya telah berkumpul di sana, banyak yang bermain kartu, bermain PS bahkan ada yang main game di ponsel mereka.
"Baru dateng bos." Sapa Panji saat melihat Gevan masuk.
Gevan langsung mendudukkan tubuhnya di samping Alvar.
yang juga tengah main game di ponselnya.
"Tumben Lo rapi dari mana Ge."
"Makan malam."
"Berdua sama bokap Lo doang?"
Gevan menggeleng.
Dia menyandarkan kepalanya dan memejamkan matanya.
"Lo kenapa?"
Alvar memang selalu peka dengan sahabatnya, apapun dia pasti akan tau jika sahabatnya itu tengah ada masalah atau memikirkan sesuatu.
"Bokap gue mau nikah lagi."
"Wah, Om Almer mau nikah."
Gevan mengangguk,
"Jadi Lo ketemu calon Mama tiri Lo juga."
"Hm"
"Terus kenapa muka Lo gitu, Lo gak suka sama calon Mama tiri Lo?"
Gevan menghela napasnya dan menggeleng.
"Gue dukung apapun yang bokap pengin asal gak pernah lupain Mama sama Adik gue."
Alvar mengangguk.
Dia tau benar bagaimana sayang dan cintanya Gevan terhadap Mama juga Calon adiknya dulu.
Mungkin jika saat ini Adiknya lahir pasti Gevan akan sangat posesif menjaganya.
"Gue denger ada yang mau nikah, siapa Bos?" Ucap Riko yang baru saja muncul.
"Kepo banget Lo." Bantah Alvar.
"Ye, tapi bos mau nikah? Sama siapa Bos?"
Gevan menatapnya membuat Riko tersenyum dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Sepi banget nih Markas padahal malam Minggu Loh."
Gevan mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna pink dan memberikannya.
"Bos memang selalu peka." Ucap Panji yang langsung menerimanya.
"Woi kalian mau pesen apa " teriaknya membuat semua langsung memesan makanan.
Alvar masih menatap Gevan.
"Cewek yang gue hampir tabrak ternyata anak dari calon Mama gue."
"Hah."
Gevan menautkan kedua alisnya.
"Cantik gak Ge" ucap Alvar yang malah mendapat tatapan tajam dari Gevan
"Canda Ege."
"Gue cabut." Ucap Gevan beranjak
"Lah mau kemana Bos."
Gevan hanya mengangkat tangannya dan menuju motor sport miliknya.
******
Di dalam kamar bernuansa pink, Neira sudah asik dengan laptop juga beberapa cemilan yang ada di atas tempat tidurnya.
Gadis cantik itu tengah menonton Drakor kesukaannya bahkan dia berencana maraton malam ini sebab besok pagi hari Minggu membuatnya bisa bangun siang.
Ceklek,,
"Loh belum tidur Nei,"
Neira menoleh dan tersenyum.
"Belum Ma."
Widia berjalan menghampiri putrinya dan duduk di tepi ranjang sembari mengusap rambut Neira.
"Jangan tidur malam-malam, nanti pilek terus demam kamu."
Neira cengir menampilkan deretan gigi putihnya.
Memang selalu saja Neira akan demam jika tidur kemalaman, daya tahan tubuhnya memang sedikit lemah, capek sedikit demam atau flu membuat Widia ekstra menjaga kesehatan putri semata wayangnya bahkan selalu memberikan vitamin juga makanan sehat.
"Mama juga kenapa belum bobok?"
"Ini Mama juga mau Bobok, tapi Mama mau lihat putri Mama dulu."
"Ma,"
"Iya Sayang"
Neira menekan tombol pause dan meletakkan Laptopnya di atas ranjang.
Dia berbalik menghadap Widia yang terus menatapnya lembut.
"Makasih ya Mama sudah jagain Neira, Mama selalu berusaha membuat Neira bahagia, memenuhi semua kebutuhan Neira dengan tanpa memikirkan badan Mama yang lelah. Bahkan setelah kepergian Papa, Mama merangkap menjadi sosok Papa untuk Neira."
Widia tersenyum dan mengusap lembut wajah putrinya.
"Itu semua sudah jadi tanggung jawab Mama sayang, Kamu Anak Mama, titipan Allah dan juga Titipan Papa yang harus mama jaga. Apapun akan mama lakukan untuk membuat kamu bahagia."
Bibir Neira melengkung kebawah, matanya mulai berkaca-kaca mendengar ucapan dari Widia.
"Maafin Neira yang selalu bersikap manja tanpa mengerti Kalau Mama capek."
Widia mengangguk dan memeluk putri kesayangannya.
Dia mengerti dan dia memang sudah berjanji untuk memanjakan Neira seperti Papanya dulu.
"Sekarang Neira Bobok ya, sudah malam."
"Mama juga istirahat."
Widia mengangguk, dia mengambil Laptop Neira dan meletakkan diatas meja juga mengambil cemilan yang ada di sana.
Neira tersenyum dan berbaring dengan menarik selimutnya.
"Good Night putri Mama" Ucap Widia mengecup kening Neira.
"Good Night Mama, I Love you."
"Love you too"
Widia berjalan keluar, membiarkan Neira yang akan tidur. Dia pun akan beristirahat karena besok harus mengurus Butik miliknya.
***************
Gevan baru saja sampai di Rumahnya.
Tidak begitu malam karena memang dia lelah dan juga mengantuk.
Biasanya Gevan baru akan pulang sekitar jam 1 namun malam ini baru saja jam 11 malam dia sudah berada di dalam kamarnya.
Setelah membersihkan tubuhnya dan berganti pakaian Gevan merebahkan tubuhnya di atas ranjang king size miliknya.
Matanya menatap langit-langit kamar yang berwana abu-abu.
Hanya dalam hitungan hari, dia akan memiliki Mama baru. Namun bukan karena itu.
Gevan sebenarnya sudah tau rencana pernikahan Papanya dengan Widia karena Almer sebelumnya sudah menceritakan jika mereka akan segera menikah karena sudah mendapatkan restu darinya juga Neira.
Gevan menghela napasnya dalam dan mulai menghembuskannya.
Rasa lelah dan juga kantuknya hilang begitu saja berganti dengan mata yang malah terjaga.
Gevan berjalan keluar Balkon, berdiri di sana dengan menatap langit.
"Ternyata kamu belum tidur."
Gevan menoleh, Almer berjalan mendekat dan berdiri di samping Putranya.
Jika banyak yang melihat mereka pasti akan mengira jika mereka kakak-adik karena memang Almer yang masih terlihat tampan di usianya kini.
Tidak bisa di sangkal ketampanan Gevan benar-benar menurun dari Almer.
"Papa kenapa belum tidur?" Ucap Gevan menatap Almer yang berdiri di sana.
"Makasih ya Ge, Kamu sudah mau mengijinkan Papa untuk menikah lagi. Bukan keputusan yang mudah untuk kamu. Dan Papa tau itu.
Tapi jika kamu ingin tau satu alasan utama kenapa Papa ingin menikah lagi itu karena Papa mau ada sosok Mama yang bisa merawat kamu dan juga Papa. Selama ini Papa sibuk dengan Perusahaan juga seringkali Ke Luar negeri atau Ke luar Kota. Papa tau kamu kesepian."
"Cih, Bilang saja Papa yang kesepian." Ucap Gevan tersenyum.
Almer terkekeh.
Putranya memang tidak bisa di bohongi. Benar kata Gevan. Namun Ucapannya juga tidak bohong jika dia selama ini mencari sosok pengganti Mama untuk Gevan.
Dia mau mencari wanita yang bukan hanya mencintainya karena kedudukan dan kekayaannya namun juga mau mengurusi dirinya juga putra semata wayangnya.
"Kamu tau saja." Ucap Almer terkekeh.
Gevan menggeleng.
Sifat dingin dan juga cuek hanya Gevan perlihatkan saat di luar namun berbeda jika sudah berada di rumah apalagi bersama orang-orang yang dekat dengannya. Gevan akan bersikap lembut dan penuh kasih sayang.
"Ya Sudah kamu istirahat, Papa juga mau istirahat."
"Hm"
Almer menepuk bahu Putranya dan berjalan keluar sementara Gevan masih berdiri di sana menatap langit malam dengan banyak bintang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ🍀⃟🦘𝙼𝙾𝙼 𝚂𝚈𝙰𝙷𝚆𝙰
Typo kak, bukan kecantikan tapi ketampanan
2024-02-22
0