menyerah

Suara drup motor mendekat dan berhenti tepat di depan rumah,ranita yang mendengarnya pun langsung bangkit dari duduknya dan menuju pintu dan membukanya,sebelum membuka pintu ranita sempet melirik jam dinding di ruang tamu itu dan ternyata jam suaminya pulang kerja, lekas membuka pintu dan benar saja wajah lelah mas Riyan terlihat.

"Assalamualaikum." ucapku mendekati mas Riyan dan hendak menyalip tangannya namun di acuhkan oleh mas Riyan yang berlalu masuk kedalam rumah, tanpa menjawab salam tau pun mengucap.salam.

"Mau langsung mandi kah mas, atau mau ku buatkan kopi dulu sebelum mandi?" tawar ku ke mas Riyan.

" Sini kamu, aku mau ngomong." ucap mas Riyan seperti menahan emosi dari nada nya bicara.

" Ada apa mas," tanya ku ketika ku sedang duduk di kursi depan meja makan.

" Bisa gak sehari kami gak bikin aku pusing." ucap mas Riyan

" Pusing? Maksudnya gimana? mama bikin pusing apa?" jelas ku karena emang gak mengerti maksudnya.

"Kamu di titipkan dua anak gak bisa, padahal kamu punya anak juga,kenapa bisanya kamu gak ngasih makan Daffa sampai siang,kamu gak mikir anak kecil gak kamu kasih makan sampai siang." Bentak mas Riyan yang emang sudah kesal karena pekerjaan banyak dan lagi laporan dari mbanya yang mengadu belum lagi ceramah ibunya.

" Oh,jadi mba Yanti mengadu,pantas aja muka mas Riyan kusut kaya baju belum di cuci udah di lipet." batinku.

" Mas,mas yang gak ngasih makan anak mba Yanti siapa?" tanyaku.

"Udah deh,klo kamu gak mau di titipkan lagi gak usah nyiksa anak orang, gak ngasih makan sampe siang kamu pikir ja." ucap mas Riyan.

"Hemmm,mas yang gak ngasih makan siapa? Kamu gak tau kan kalo anak mba Yanti itu minta apa, sedangkan mas gak amnesia kan kejadian tadi pagi di depan matamu loh mas." kesal ku karena mas Riyan gak tanya main -marah.

"Ya tapi gak gitu juga kamu gak kasih makan anak mba Yanti kalo ada apa-apa gimana mau tanggung jawab." ucap mas Riyan karena kesal aku menjawab terus.

" Trus maunya mas mama harus gimana?" tanya ku karena akupun sudah tau jawabannya.

" Minta maaf ke mba Yanti,kita kerumahnya jangan bikin ulah satu hari ja, aku cape setiap hari ribut terus." ucap mas Riyan sambil bangkit dari duduknya hendak meninggalkan ruanggan itu.namu suaraku mampu menghentikan gerakan mas Riyan.

"Gak, aku gak mau kesana dan minta maaf seharusnya mereka yang meminta maaf karena gara-gara adikmu memangkas hampir separoh uang sewa rumah terpaksa aku pinjam mba Dina." jelasku emosi karena percuma pakai cara lemah lembut.

"Dan satu lagi mas, tolong mas ganti itu tv ku yang rusak gara-gara keponakan mu tersayang,dan ganti uang mba Dina sekalian gara- gara adik mu yang keterlaluan itu." sagas ku langsung bangkit setelah ku keluarkan semua rasa dongkol ku ke suami ku.

Akupun berjalan menghampiri Anwar yang sudah siap dengan Koko nya dan tas untuk mengajinya.

"Sudah siap kak?" tanya ku ke anakku.

" Sudah mah." jawab Anwar dan berjalan melangkah ke mas Riyan.

" Mas,klo mau makan makan lah yang ada di meja jangan banyak protes lagi,karena apa yang ku masak itu tergantung pemberianmu." ucapku berlalu sambil ku gandeng anakku keluar rumah,ku tak peduli lagi dengan mas Riyan yang pasti dia mengomel seperti biasa.

"Kak, beli pentol yok mama kepengen." saat ku lihat ada penjual pentol.

" Ayo mah, kakak juga mau."jawab Anwar dengan girangnya melihat pentol dan saat ku tawar kan.

"Kecewa,ya jujur hati ku kecewa menikah lagi, karena perilaku keluarga suamiku dan suami ku, dulu waktu nikah dengan mendiang mas David aku di bela mati-matian jangan kan untuk beli tahu mau apapun mas David selalu sahakan,dan gak pernah ku kekurangan soal keluarga mas David aku masih bisa cuek karena suamiku yang selalu jadi garda terdepan ketika ku di zalim,lah yang sekarang malah manut manut ja, gak perduli salah tetap di turuti."batinku saat ku melamun memikirkan nasib anakku,lamunan ku buyar ketika anakku memanggilku tak lupa mu menggoyang-goyangkan lengan ku.

" mama kenapa melamun?" tanya Anwar.

" Maaf nak, ada apa? Tanyaku.

" itu omnya tadi memanggil mama." ucap anwar sambil menunjuk om penjual pentol.

" Ya Allah,maaf pak,berapa semua pak ucapku,sambil ku ambil telpon genggamku.ya uang yang tak seberapa ku simpan di balik telpon ku agar enak kemana-mana.

" Semua 10 ribu mba." ucap sang penjual pentol.

Setelah membayar dan puas memakan pentol akupun berjalan menuju masjid, sepanjang jalan aku memikirkan ucapan mba meli dan perilaku kedua ipar ku.

" Kak, mama pulang dulu ya,kakak mengaji yang pintar,doain mama ada rezeki kita tengok Mbah uti ya di Jawa." ucapku ke anakku.

" Ya ma." jawab Anwar, setalah ku Pamit pulang menuju rumah, sepanjang jalan banyak yang kupikirkan hingga tak sadar ku sudah sampai rumah.

" Assalamualaikum." ucap salam ku namanya tak ada jawaban.

" Mas,sudah makan kah? Tanya ku

" Sudah." jawabnya singkat.

" Oh ya sudah kalo gitu." balasku dan berlalu masuk ke dapur,dan benar saja mas Riyan sudah makan karena telur balado tadi sudah habis tak tersisa.

Sambil ku menunggu adzan Maghrib, ku sibukan diriku dengan telpon di genggamanku,ku lirik arah pintu kamar mas Riyan berjalan kearahku.

"Ma,maafin mas ya yang tadi udah marah-marah."kata mas riyan.kulirik sebentar lalu ku sibukan lagi diriku dengan telpon genggamku.

" Ma,masih marah kah ma." tanyanya lagi karena aku sengaja tak merespo namun ku dengar kan ja,ada saatnya ku jawab.

" Ya,aku kesal,kecewa sama kamu mas,kamu keterlaluan sudah ngasih nafkah sedikit ketika adikmu memangkas uang rumah dan mengambil jatah kebutuhan dapur kamu diam aja,gimana aku gak marah,belum lagi kamu bilang aku tega sama Daffa,itu tv ku juga rusak mas,terserah mu sekarang mas bela terus saudarimu dukung ja mereka,mulai besok aku gak peduli." ucapku ku keluarkan rasa sesakku,ya aku harus berfikir ke bahagiaan anakku,kasihan dia klo teru-terusan makan tergantung dari pemberian mas Riyan.

Ku langkahkan kakiku meninggalkan mas Riyan yang masih setia dengan duduknya,aku pun berjalan menuju ketempat air wudhu,karena sudah mendengar suara adzan Maghrib,ku ambil air wudhu dan menjalan kan sholat dengan hikmat hingga ku selesai sholat mas riyan masi duduk di kursi meja makan.

Aku pun memilih bersiap-siap menjemput Anwar dari pada mengobrol dengan mas Riyan karena sekarang aku udah capek dengan sifat nya dan sifat keluarganya,lebih baik aku menata ulang hidup ku dan anakku.

Terpopuler

Comments

Syahna Amira sy

Syahna Amira sy

betul itu nggak usah di ladenin laki nggak bela istri.... cuekin aja KL perlu tinggalin aja lah

2024-04-24

0

Maulida Hayati

Maulida Hayati

minta cerai saja. untuk apa punya suami seperti itu

2024-02-23

2

Devi Tennis Souvenir

Devi Tennis Souvenir

bercerai saja sama suami

2024-02-06

2

lihat semua
Episodes
1 SELELU DI BILANG BOROS
2 Kedatangan ibu mertua
3 Drama motor Reni
4 Bayar sewa kontrakan
5 Bicara dengan mas Riyan
6 Di potong sadis
7 Kabar dari mba meli
8 Drama mba yanti
9 Kisah awal mula tentang jati diri Nita
10 Sah ( masa lalu ranita)
11 Drama mertu ( masa lalu ranita)
12 Drama mertua 2 ( masa lalu ranita)
13 menyerah
14 Bertemu ibu Salma
15 Rencana
16 Menolak keinginan mertua
17 Posyandu
18 Jujur ke mba Dina
19 Tidak pulang malam ini
20 Di tinggal keluarga suami
21 Izin pulang kampung
22 Penyesalan ibu susi
23 Ranita pulang kampung
24 Kejutan untuk emak iyem
25 Tamu tak punya etika dan sopan santun
26 Kecurigaan meli
27 Ranita kembali
28 Kehebohan reni ketika melihat meli
29 Tamu tak tau diri
30 Berbelanja di mall
31 Mencari tanah
32 Riyan tak pulang lagi
33 Emosi ranita
34 sifat ibu ratmi
35 Suami zolim
36 Mulai melawan riyan
37 Ibu Susi kangen anwar
38 menjarah isi rumah
39 Ranita masuk rumah sakit
40 Ranita melahirakan
41 Emak iyem marah
42 Kenzi anand abraham
43 Hilang rasa hormat
44 Tasyakuran kenzi dan drama ibu mertua
45 Kecurigaan ranita
46 Onar di pagi hari
47 Drama rumah tak jelas
48 Seperti tinggal di hutan
49 Hasil Rekaman CCTV
50 Kepergok ranita
51 jesika asal
52 Pilihan dari ranita
53 keputusan bercerai
54 Kepergok di gudang
55 Di pecat
56 Bertemu pengacara
57 Ranitah pindah rumah
58 Pak bambang datang.
59 Surat undangan pengadilan agama
60 Sidang perdana Riyan galau
61 Suami egois dan keras kepala
62 Bertemu ibu susi
63 Reni di pulangkan
64 Rebutan warisan
65 Hasil ketuk palu
66 Derita Yuli
67 ibu Susi vs ibu ratmi
68 Status ibu susi di mata ranita
69 Riyan masih berharap ranita
70 Bukti akte cerai
71 Sifat tak bersyukur
72 Kehidupan baru
73 Suami istri romantis
74 Resikonya status janda
75 Drama brokoli
76 Tak di sangka bertemu adik ipar
77 Bukan supirmu
78 Kedatangan tamu pria tampan
79 Bertemu mantan
80 Ari berusaha
81 Ari dan arya
82 Rasa reni kepada ari
83 Ibu bikin kesal
84 Riyan menyesal
85 Oh ternyata sudah ada calon mantu
86 Kegalauan ranita
87 Bertemu Arya
88 Kegalauan ari
89 Ibu sarifa penasaran
90 Kesepakatan tiga saudara
91 Kesepakatan tiga saudara ( part 2 )
92 Riyan menyesal dan merindukan kenzi
93 Kamu lagi
94 Kejujuran Ari kepada keluarga
95 Kekecewaan Arya
96 Dia wanita ku.
97 Ari dan ranita
98 Selalu di salahkan
99 Khayalan ibu Ratmi
100 Pertengkaran anak dan ibu
101 ari
102 Ibu Ratmi kelimpungan
103 Tamu jauh
104 Kelakuan tamu
105 Sifat yang familiar
106 Arya dan Ari galau
107 ari
108 Ranita salting
109 Ibu Ratmi masuk Rumah sakit
110 Di buat frustasi oleh ibu Ratmi
111 Di ceraikan di jalan
112 Kekesalan mayla
113 Di pulangkan
114 Kegiatan baru keluarga Ari
115 kesibukan ibu ifa
116 Dilema
117 Berbagi rezeki
118 drama ibu ratmi
119 costumer kepo
120 Riyan menguping
121 Riyan menegur reni
122 Berbagi
123 Membantu nenek romlah
124 Ibu Susi di larikan kerumah sakit
125 Ari khawatir
126 Belum bisa jujur
127 Reni di cuekin
128 Reni oh Reni
129 jujur kepada keluarga
130 penyakit hati
131 kumpul keluarga
132 Dilema Ranita dan Ibu Ratmi sadar
133 syarat ranita
134 Tunangan
Episodes

Updated 134 Episodes

1
SELELU DI BILANG BOROS
2
Kedatangan ibu mertua
3
Drama motor Reni
4
Bayar sewa kontrakan
5
Bicara dengan mas Riyan
6
Di potong sadis
7
Kabar dari mba meli
8
Drama mba yanti
9
Kisah awal mula tentang jati diri Nita
10
Sah ( masa lalu ranita)
11
Drama mertu ( masa lalu ranita)
12
Drama mertua 2 ( masa lalu ranita)
13
menyerah
14
Bertemu ibu Salma
15
Rencana
16
Menolak keinginan mertua
17
Posyandu
18
Jujur ke mba Dina
19
Tidak pulang malam ini
20
Di tinggal keluarga suami
21
Izin pulang kampung
22
Penyesalan ibu susi
23
Ranita pulang kampung
24
Kejutan untuk emak iyem
25
Tamu tak punya etika dan sopan santun
26
Kecurigaan meli
27
Ranita kembali
28
Kehebohan reni ketika melihat meli
29
Tamu tak tau diri
30
Berbelanja di mall
31
Mencari tanah
32
Riyan tak pulang lagi
33
Emosi ranita
34
sifat ibu ratmi
35
Suami zolim
36
Mulai melawan riyan
37
Ibu Susi kangen anwar
38
menjarah isi rumah
39
Ranita masuk rumah sakit
40
Ranita melahirakan
41
Emak iyem marah
42
Kenzi anand abraham
43
Hilang rasa hormat
44
Tasyakuran kenzi dan drama ibu mertua
45
Kecurigaan ranita
46
Onar di pagi hari
47
Drama rumah tak jelas
48
Seperti tinggal di hutan
49
Hasil Rekaman CCTV
50
Kepergok ranita
51
jesika asal
52
Pilihan dari ranita
53
keputusan bercerai
54
Kepergok di gudang
55
Di pecat
56
Bertemu pengacara
57
Ranitah pindah rumah
58
Pak bambang datang.
59
Surat undangan pengadilan agama
60
Sidang perdana Riyan galau
61
Suami egois dan keras kepala
62
Bertemu ibu susi
63
Reni di pulangkan
64
Rebutan warisan
65
Hasil ketuk palu
66
Derita Yuli
67
ibu Susi vs ibu ratmi
68
Status ibu susi di mata ranita
69
Riyan masih berharap ranita
70
Bukti akte cerai
71
Sifat tak bersyukur
72
Kehidupan baru
73
Suami istri romantis
74
Resikonya status janda
75
Drama brokoli
76
Tak di sangka bertemu adik ipar
77
Bukan supirmu
78
Kedatangan tamu pria tampan
79
Bertemu mantan
80
Ari berusaha
81
Ari dan arya
82
Rasa reni kepada ari
83
Ibu bikin kesal
84
Riyan menyesal
85
Oh ternyata sudah ada calon mantu
86
Kegalauan ranita
87
Bertemu Arya
88
Kegalauan ari
89
Ibu sarifa penasaran
90
Kesepakatan tiga saudara
91
Kesepakatan tiga saudara ( part 2 )
92
Riyan menyesal dan merindukan kenzi
93
Kamu lagi
94
Kejujuran Ari kepada keluarga
95
Kekecewaan Arya
96
Dia wanita ku.
97
Ari dan ranita
98
Selalu di salahkan
99
Khayalan ibu Ratmi
100
Pertengkaran anak dan ibu
101
ari
102
Ibu Ratmi kelimpungan
103
Tamu jauh
104
Kelakuan tamu
105
Sifat yang familiar
106
Arya dan Ari galau
107
ari
108
Ranita salting
109
Ibu Ratmi masuk Rumah sakit
110
Di buat frustasi oleh ibu Ratmi
111
Di ceraikan di jalan
112
Kekesalan mayla
113
Di pulangkan
114
Kegiatan baru keluarga Ari
115
kesibukan ibu ifa
116
Dilema
117
Berbagi rezeki
118
drama ibu ratmi
119
costumer kepo
120
Riyan menguping
121
Riyan menegur reni
122
Berbagi
123
Membantu nenek romlah
124
Ibu Susi di larikan kerumah sakit
125
Ari khawatir
126
Belum bisa jujur
127
Reni di cuekin
128
Reni oh Reni
129
jujur kepada keluarga
130
penyakit hati
131
kumpul keluarga
132
Dilema Ranita dan Ibu Ratmi sadar
133
syarat ranita
134
Tunangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!