Perasaan gelisah di hati Dixton kian melambung. Pria itu sudah pergi ke apotek tempat Jeslyne membeli obat tapi Ikella mengatakan jika Jeslyne sudah dari tadi pulang.
Dixton juga sudah menyusuri jalan ke arah rumah mereka dengan teliti. Tak ada tanda-tanda keberadaan Jeslyne sama sekali.
"Dad! Bella takut Mommy kenapa-kanapa," resah Bella sedari tadi melihat keluar jendela mobil derek yang Dixton bawa.
Pria itu hanya diam. Mata elangnya fokus memindai jalan sedangkan Poppy tengah berusaha menemukan titik lokasi Jeslyne sebelum ponselnya mati.
"Tuan! Terakhir ponsel Jeslyne aktif di persimpangan jalan keluar dari pemukiman," ujar Poppy yang ada di bak belakang.
Dixton memutar kemudi ke arah jalan keluar yang Poppy katakan. Malam ini terasa sangat dingin dan sunyi. Walau wajahnya terkesan datar dan dingin tetapi ia berusaha menyembunyikan secercah kekhawatiran di ulu hatinya.
Setelah beberapa lama menyusuri jalan keluar dari pemukiman, mata elang Dixton melihat ada bekas gesekan kasar ban mobil yang menjiplak di jalanan cukup jelas tampak karena sinar mobilnya.
"Dad!" gumam Bella kala Dixton menghentikan mobil ini.
Kondisi jalan sangatlah lengang. Hanya ada beberapa lampu yang tak begitu terang membuat suasana tamaram yang pasti menyeramkan. Bella takut.
"Dad! Daddy kenapa turun?" tanya Bella cemas saat Dixton membuka pintu lalu turun dari mobil.
Dixton berjongkok melihat bekas pengereman ban di jalanan ini dan ia mengamati dari arah belakang.
Dixton menyalakan senter ponselnya dan menyorot ke sekitar.
"Mobil ini hilang kendeli dan keluar dari area jalan. Jika mengalami rem blong, tak mungkin ada bekas seperti ini," batin Dixton kembali berdiri melihat ke tepi jalan.
Dari area semak-semak di hutan kiri kanan jalan yang gelap, Dixton menyorot rerumputan kering itu dengan senter ponselnya.
Ada bekas ban di sini dan lagi Dixton melihat beberapa ranting patah. Pengamatan Dixton semakin intens kala melihat ada bekas tabrakan pada pohon di tepi jalan.
"Dad!" panggil Bella yang ikut turun dari mobil karena tak berani sendirian.
Kaki mungilnya berlari melangkahi beberapa ranting dan duri di samping jalan.
"Dad! Kenapa ada jejak ban lagi?"
"Pergilah ke mobil!" titah Dixton tengah mengusap bekas tabrakan di pohon itu.
Belal hanya diam. Ia ikut menyisir rerumputan kering ini melihat bekas ban mobil seseorang di tengah sinaran ponsel daddynya.
Mata Bella menangkap satu objek yang di tutupi oleh dedaunan kering.
"Dad! Ini apa?" tanya Bella mengambil satu tablet obat dan menunjukannya pada Dixton.
"Paracetamol?" gumam Dixton mengernyit.
Seketika Dixton teringat tentang Jeslyne yang membeli obat ke apotek. Tatapan tajamnya beralih menyorot bekas penambrakan di pohon itu.
"Tuan! Saya sudah mendapatkannya."
Suara Poppy menyadarkan Dixton yang segera pergi ke mobil. Bella membuntuti dari belakang dengan tubuh mungilnya kembali memanjat masuk ke mobil.
"Dimana?" batin Dixton dengan suara yang sangat mencekam.
"Di dalam hutan Tuan."
"Hutan?"
"Yah. Sepertinya Jeslyne lari ke dalam hutan dan mereka mengejarnya.
Dixton terdiam sejenak. Ia melihat Bella yang duduk menunggu keputusannya. Tak mungkin membawa bocah ini menyusuri hutan di malam gelap yang berbahaya.
"Kau program mobil ini untuk kembali ke rumah. Jaga Bella sampai aku kembali."
"Baik, Tuan!"
Dixton kembali keluar dari mobil dan Bella juga bergegas melakukan hal yang sama tapi Dixton segera menahan bocah itu.
"Kau pulanglah!"
"Tapi Dad.."
"Pulang. Tunggu aku membawa mommy-mu kembali," tegas Dixton mengangkat tubuh kecil Bella yang tadi sudah menjejakan kakinya ke tanah dan mendudukannya ke kursi mobil.
"Dad! Bella juga mau mencari Mommy."
"Kau hanya akan menyusahkan," ujar Dixton menutup pintu mobil.
Seperti biasa Bella tak akan mau menurut. Dixton memerintahkan Poppy membuat Bella pingsan hingga anjing jantan dengan bulu lebat bak serigala itu patuh.
Cahaya emas dari tubuhnya menyelimuti Bella yang sontak merasakan kantuk. Poppy terjun dari bak belakang dan meloncat masuk ke kaca jendela dekat kemudi.
"Percayakan pada Saya, Tuan!"
"Hm."
Dixton segera masuk ke dalam hutan berbekal ponsel. Poppy hanya bisa menjalankan perintah Tuannya dengan membuat program sistem pada mobil hingga mengantarkan mereka kembali ke rumah.
....
Di dalam hutan gelap nan rimbun ini Dixton berjalan tanpa ada rasa takut sedikit-pun. Menghadapi kesunyian dengan suara rentan binatang malam sudah menjadi makanan sehari-hari Dixton.
Kakinya yang panjang memilih jalan aman seraya melihat kondisi hutan yang sangat gelap dan misterius.
Ada kabut dimana-mana dan jangan acuhkan suara binatang-binatang pemakan daging meminta asupan malam.
Merasa di sini cukup berbahaya, insting Dixton mengharusnya mencari senjata peggangan selain ponsel jadi penerangan. Ia mengambil kayu runcing yang tak jauh darinya lalu menebas bebara semak yang menghalang jalan.
"Tak ada tanda-tanda tempat ini sudah dilalui manusia," batin Dixton memindai dengan cahaya ponselnya.
Semua semak belukar masih amat rimbun. Jika Jeslyne lari ke sini sudah pasti ada jejak yang tertinggal setidaknya semak yang rusak di terobos.
Namun, walau-pun demikian Dixton tak urung menyerah. Ia tetap melanjutkan perjalanannya semakin masuk ke dalam hutan sampai ia melihat ada jalur tikus yang kecil di antara akar-akar batang yang tampak rusak di potong.
Dixton mendekat meneliti jalan semak kecil ini lalu menyusur lagi ke dalam sampai ia melihat ada darah yang masih baru menetes di dedaunan.
"Tak hanya satu orang," gumam Dixton menebak.
Matanya membuat sketsa dimana ada 3 atau 4 pria yang menerobos dalam jalur tikus ini karena Dixton menemukan tapak sepatu yang masih basah.
Tembakan di beberapa batang pohon membuktikan mereka menggunakan senapan yang jenisnya juga Dixton ketahui.
....
Kedua kaki jenjang itu sudah tak sanggup lagi berlari. Semak belukar yang ia trobos paksa melukai kulit lembutnya yang sudah berdarah-darah.
Kepanikan terlihat jelas di wajah cantik pucat nan kacau itu seraya menggenggam satu paper-bag yang ia dapatkan dari apotek Ikella tadi.
Brugh..
Tubuhnya terjungkal ke depan karena tak sengaja menabrak urat pohon yang melintang. Pekikan tertahan itu ia telan karena takut akan mengundang bahaya yang sedari tadi mengancamnya.
Gila. Ia tak bisa melihat apapun dengan jelas sekarang.
Hanya bayang-bayang cahaya remang rembulan memancarkan kulit putih pucatnya di antara kegelapan.
"A..Aku tak kuat," lirihnya kehabisan tenaga.
Satu pergelangan kaki kanannya sangat-sangat nyeri karena terkilir. Belum lagi ada beberapa luka goresan yang perih dan dinginnya angin malam menusuk tulang.
Wajah cantiknya mengadah berharap ada keajaiban. Tubuhnya benar-benar sudah tak sanggup untuk berlari lagi.
"Periksa di sanaa!!"
Degg..
Suara itu membangunkannya pada kenyataan. Wajah panik dan ketakutan tertahan yang sedari tadi menggerogotinya kembali datang.
"Cepat juga lari wanita itu."
"Cepat temukan dia dan bawa pada Tuan!"
Jeslyne semakin kacau. Kakinya sudah sangat sakit tak bisa berdiri lagi.
Yah, itu adalah sosok wanita cantik yang sedang dicari Dixton. Beruntung dia lebih dulu sadar dari semua yang ada di dalam mobol hingga bisa keluar lebih dulu.
Hanya saja, saat ingin kembali Jeslyne tak bisa karena ada anak buah Alferd yang tiba-tiba datang. Jadilah Jeslyne melarikan diri ke dalam hutan dari pada menjadi budak mereka semua.
"Ya Tuhan. Apa yang harus aku lakukan?" batin Jeslyne benar-benar kelut.
Cahaya penerangan dari mereka semua mulai lolos dari semak-semak di depan. Jeslyne tak bisa lagi menunggu keajaiban hingga segera beringsut mencari perlindungan lain.
"Cari dia di sanaa!!"
"Tidak ada. Di sini nihil."
"Siall! Cepat temukan dia!"
Jeslyne bersembunyi di balik pohon besar yang mampu menutupi seluruh tubuhnya dari belakang sana.
Jantung berdegup sangat kencang dan tubuh mendingin hebat. Jeslyne memejamkan mata dengan mulut terkatup rapat menahan nafas karena derit langkah menginjak ranting dan dedaunan itu terdengar sudah mendekat.
"Nona cantik! Mau pergi kemana?"
"Ayolah. Kau tak lelah berlarian terus?"
Jeslyne menekuk kedua kakinya rapat. Ia tak bisa bayangkan jika tertangkap. Jeslyne takut diperkosa.
Sinar senter mereka sudah menerobos ke sekeliling tempat ini. Keringat dingin bercucuran di kening Jeslyne serasa mau menangis sekarang juga.
"Aku mohon, aku mohon siapapun selamat-kan aku," batin Jeslyne mengigit bibirnya rapat.
"Nona cantik! Sayangku!"
"Jika kau muncul sukarela kami akan bermain lembut, benarkan?"
Mereka saling melempar tawa mencabuli Jeslyne dengan perkataannya. Hal itu kian membuat Jeslyne takut meremas kedua lututnya.
"Nona cantik! Tunjukan dirimu!" mereka mendekat ke arah pohon paling besar yang terdapat Jeslyne.
Langkah yang sangat berderit seakan-akan ingin menakuti Jeslyne.
"Ayolah Sayang! Kami akan bermain lembut," ucap salah satunya curiga dengan pohon besar itu.
Ia memberi isyarat para rekannya untuk segera mengepung pohon itu dan bergerak pelan bak menangkap seekor ayam betina.
Di saat sudah dekat, mereka langsung melesat ke arah belakang pohon itu.
"Tangkap diaa!!"
...
Vote and Like sayang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Rohana
semoga dixton duluan yg nyelametin jeslyn
2024-03-07
0
Rini Eni
baca part ini rasanya kok seolah2 q yg di kejar2,, sampe ikut nahan napas takut ketauan/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2024-02-10
0
yuwayuwa
semoga dixton gk terlambat
2024-02-10
0