Setelah makan malam selesai, Dixton sudah rapi dengan kaos hitam dan mantel yang berwarna senada. Pakaian gelap itu menambah kesan cool dan misterius. Jeslyne yang tadi baru saja ingin menaiki tangga seketika termenung di tempat.
"Mau kemana?" tanya Jeslyne heran.
"Aku akan pulang terlambat," jawab Dixton tanpa menghentikan langkahnya.
Jeslyne berubah cemas. Dengan segenap keberanian ia menghadang langkah pria itu dan barulah Dixton terhenti.
Tatapan elangnya menyorot tajam Jeslyne yang meremas jemari gugup tapi ia tak bisa menyembunyikan rasa cemasnya sedikit-pun.
"Mau kemana? Kau dalam masa pemulihan. Apalagi orang yang kemaren menyerang rumah kita masih belum ditangkap, Di! Aku mohon jangan keluar dulu."
"Apa kau menjamin mereka tak akan datang lagi?" tanya Dixton tanpa merubah intonasi suaranya.
"A..aku.."
"Kau menjamin mereka tak akan datang ketika aku tidak jadi keluar dari sini?" tanya Dixton lagi membuat Jeslyne keluh.
"A..Aku hanya cemas. Mereka..mereka bisa saja mengintai mu di luar sana atau.."
"Khawatirkan dirimu sendiri, jangan orang lain," potong Dixton melanjutkan langkahnya.
Jeslyne menggeleng. Ia langsung memeluk tubuh kekar itu dari belakang dengan sejuta kekhawatiran dalam dirinya.
"Jangan pergi! Aku mohon."
Dixton mengambil nafas dalam. Dilepas-nya paksa belitan tangan lembut seputih kapas milik Jeslyne lalu menoleh.
"D..Di!" lirih Jeslyne dengan mata sendunya.
"Aku akan baik-baik saja."
"Tapi.."
Tatapan Dixton berubah tegas dan barulah Jeslyne menurut.
"Cepat pulang!"
"Hm."
Dixton ingin melanjutkan langkahnya tapi Jeslyne tiba-tiba bergerak cepat mengecup kilas bibir Dixton yang tertegun.
Sensasi lembut dari bibir mungil segar wanita itu mampu membuat Dixton kembali teringat dengan malam sebelumnya.
"Hati-hati!" ucap Jeslyne menunduk dan pergi berlari menaiki tangga.
Dixton yang masih tertegun menoleh. Tangannya naik meraba area yang dikecup Jeslyne dengan penuh sayang barusan.
Dixton tak bisa menjabarkan perasaannya. Ia segera melanjutkan langkah keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobil derek yang tadi sore ia bawa ke ladang.
Malam ini Dixton pergi menuju kota. Bukan untuk mengurus bisnis, melainkan pergi ke sebuah tempat dimana ia akan membentuk Aliansi baru. Dixton butuh anak buah yang handal seperti pada dimensinya.
Dalam perjalanan, Dixton melirik ke arah spion mobil. Ia sadar sedari tadi diawasi sejak keluar dari rumah.
Hanya saja, raut wajah Dixton tetap tenang berkendara dengan mobil rongsokan itu. Setelah 1 jam kemudian ia sampai di kota. Dixton membelokan mobil ke arah bengkel yang sudah Poppy lacak sebelumnya.
Mobil penguntit yang tadi membuntuti Dixton terhenti di belakang. Dixton memakai masker lalu keluar dari mobil melirik kecil dari ekor matanya seraya berjalan menuju orang yang ada di bengkel ini.
"Tuan! Ada masalah?" tanya salah satu pria dewasa yang memakai pakaian montir.
"Servis mobilku. Ganti semua yang rusak!"
Pria itu menatap mobil derek yang tadi Dixton bawa, sedetik kemudian ia mengangguk memerintahkan anak buahnya membawa mobil itu ke dalam.
Dixton ikut masuk. Tempat ini lumayan besar dan tentunya profesional. Pria tadi mulai menghampiri Dixton yang tampak berdiri di sudut ruangan.
"Apa Tuan yang tadi menghubungiku?" tanya-nya berbisik karena ia sempat di hubungi nomor asing sebelumnya.
"Hm. Mobil-ku sudah siap?" tanya Dixton menatap datar pria di hadapannya ini.
"Namaku James Tuan. Mobil yang anda inginkan sudah siap. Sesuai perjanjiannya kita.."
"Periksa rekeningmu!" titah Dixton serius.
Pria bernama James itu berbinar. Ia segera membuka ponselnya dan melebarkan mata kala uang yang Dixton janjikan sudah masuk.
Dengan penuh semangat James merogoh kunci mobil dari saku celananya lalu memberikan itu pada Dixton penuh rasa hormat.
"Senang bekerja sama dengan anda, Tuan!"
"Hm. Jika ada yang mencariku, kau katakan aku sedang istirahat di dalam ruanganmu," ucap Dixton dan diangguki setuju oleh James.
Pria berambut keriting dengan tinggi badan 180 itu segera menarik kain penutup mobil yang tadi ada di tengah-tengah bengkel.
Tampaklah sebuah mobil Hyundai Tucson berwarna gelap, body mobil mengkilap dengan ketahanan baja yang tak bisa diragukan. Tentu harganya tidaklah murah.
Mobil ini cocok bagi pria berdarah dingin seperti Dixton. Auranya semakin mendukung.
"Silahkan, Tuan!"
Dixton membuka pintu mobil. Ia mengusap kemudi dengan tangan kasarnya dan menatap ke arah James.
Pria itu masih tersenyum melihat layar ponselnya.
"Aku akan kembali. Jalankan tugasmu!"
"Tentu, Tuan! Jangan cemas. Aku pebisnis handal," ucapnya membuat para pekerja lain saling pandang heran.
Dixton segera melajukan mobil itu keluar dari bengkel. Ia pergi menjelajahi jalanan kota dengan mata melirik ke arah spion.
Sudut bibir Dixton terangkat licik. Mobil yang tadi mengikutinya masih belum sadar jika ia sudah keluar dari bengkel dengan kendaraan lain.
"Rumah masih aman?" batin Dixton membelokan kemudi ke arah tempat yang ingin ia kunjungi.
Jalur ini sudah Dixton pastikan sebelumnya dengan kemampuan sistem Poppy.
"Rumah aman, Tuan! Tak ada gelagat penyerangan apapun."
"Hm. Kau pastikan tak ada yang sedang mengintai Jeslyne dan putrinya," titah Dixton dengan mata elang fokus memperhatikan jalan.
Setelah beberapa menit kemudian Dixton memasukan mobil ke area club malam terbesar di kota ini.
Dixton tak menyia-nyiakan waktu. Ia turun dan langsung berhadapan dengan dua penjaga di depan club.
"Tunjukan kartumu!"
Dixton mengeluarkan kartu masuk dalam saku mantelnya. Poppy sudah menyiapkan segala keperluan Dixton untuk mencari sekutu.
"Kau pengunjung tetap?"
"Hm."
Mereka serius melihat kartu dengan logo emas itu dan artinya Dixton pengunjung platinum.
"Silahkan, Tuan!" beramah tamah.
Dixton acuh. Ia mengambil kembali kartunya lalu masuk ke dal club. Dengan wajah tampan tertutup masker dan topi itu ternyata tak menyurutkan pesonanya.
Porsi tubuh Dixton yang tinggi dan tegap menjadi objek mata para wanita malam yang sedang berkeliaran mencari mangsa.
"Tuan!" sapa seorang wanita dengan pakaian super ketat dan dua melon yang nyaris meledak karena sesak.
Tatapan nakal dan membendung hasrat. Gelagat wanita ini sudah bisa Dixton tebak. Ia benci ja**lang.
"Tuan! Perlu-ku temani."
Dixton menepis tangan nakal yang ingin mengusap dadanya. Wanita itu merenggut kesal kala Dixton pergi menuju meja Bar.
"Tequella!" pintanya pada bartender yang mengangguk.
Dixton memperhatikan sekelilingnya. Lampu yang berkedip heboh dengan keramaian orang-orang tengah berpesta ini tak menyulitkan Dixton untuk mencari targetnya.
"Ini, Tuan!" menyodorkan segelas Tequella murni.
Dixton mengambil gelas itu dengan mata sudah menangkap sosok pria yang berusia sama dengannya tengah dikerumuni banyak wanita penghibur.
"Yeah!! Aku suka ukuranmu, baby!" godanya meremas dada salah satu wanita yang duduk di pangkuannya.
Dixton mendekat. Ada 5 bodyguard yang berdiri sangar di belakang sofa panjang pria itu tapi tak mengurungkan niat Dixton untuk mendekat.
"Kau semakin liar saja, Sayang! Siapa yang mengajarimu seperti ini, hm?"
"Tentunya Tuan Osborne!" jawab wanita itu centil membuat tawanya pecah.
Pria bernama Rexs Osborne itu sampai mengusap sudut matanya yang berair. Hanya saja, satu alis Rexs terangkat kala melihat sosok pria asing dengan tubuh kekar yang menjadi idamannya sudah muncul.
"Ouh..pria tampan misterius datang menghampiriku,"desisnya tersenyum penuh arti.
Dixton hanya menatap datar. Kedatangannya membuat para wanita itu jadi meriang basah karena aura Dixton begitu menarik para ja**lang untuk mendekat. Pria ini spesial.
"Jika kau hanya ingin berdiri dan menatapku seperti seorang psikopat, sebaiknya kau pergi. Aku sangat sibuk, benar-kan sayangku?"
"Yeaah!" jawab para wanita itu mendayu manja.
Para bodyguard itu mulai menghadang Dixton. Hanya saja, ponsel Rexs tiba-tiba berdering. Sedetik kemudian mata pria itu membelalak saat melihat ada kiriman foto misterius dimana rahasia yang ia sembunyikan selama ini terpampang jelas di sana.
"Shitt! Siapa yang.." ucapannya terhenti saat melihat Dixton yang masih belum bergerak di depan bodyguardnya.
"K..kau?"
"Singkirkan tikus-tikus ini!" titah Dixton memerintah.
Para pria kekar yang mengawal Rexs itu melototkan matanya tajam. Mereka ingin menghajar Dixton tapi Rexs segera angkat bicara.
"Biarkan dia mendekat. Kalian pergilah!" usir Rexs pada para wanita yang tadi menemaninya.
Mereka semua mendecah kesal segera menjauh. Para bodyguard itu juga kembali menyingkir memberi jalan Dixton mendekati tuan mudanya.
"Kau siapa?" tanya Rexs menatap geram Dixton.
"Rexs Osborne. Seorang Gay."
"Susstt!! Diaam!!" tekan Rexs panik bukan main kala Dixton membeberkan rahasianya.
Dixton menyeringai. Ia duduk di samping Rexs yang melihat kiri kanan memastikan tak ada yang dengar ucapan Dixton barusan.
"Apa yang kau mau? Uang? Katakan!"
"Aku butuh orangmu!"
"Ha?" Rexs tercengang menatap heran Dixton yang melepas maskernya menyisakan topi itu.
Meneguk elegan gelas tequella di tangan kananya dengan kaki bertopang angkuh. Jika dilihat, jelaslah Dixton lebih cocok memimpin di sini.
"A-apa maksudmu? Kau ini siapa?"
"Kau tak perlu tahu identitasku. Yang jelas, aku butuh orang-mu."
Rexs terdiam. Dari remang-remang club wajah Dixton tidaklah jelas. Tapi ia pastikan pria ini sangat tampan.
"Aku tak meminta secara gratis. Anggap saja ini kerja sama bisnis."
"Aku tak percaya padamu," desis Rexs merasa Dixton berbahaya.
"Mudah. Ku pastikan rahasiamu tersebar malam ini."
"Kauu.."
"Kau tak punya waktu berpikir. Selagi aku masih mau berbagi keuntungan, sebaiknya kau patuh!" tegas Dixton menatap tajam Rexs.
Pria itu diam cukup lama. Wajahnya yang tadi penuh lelucon berubah serius.
"Baik. Tapi kita bicarakan di ruanganku!"
"Hm."
....
Berbeda dengan Dixton yang sibuk mencari sekutu, Jeslyne justru sedang dirundung kecemasan.
Ini sudah jam 2 dini hari tapi Dixton belum pulang. Walau ia berusaha memejamkan mata, tetap saja kantuk tak datang. Jeslyne takut terjadi sesuatu pada pria itu di luaran sana.
"Sebaiknya aku tunggu di depan," gumam Jeslyne keluar dari kamar.
Ia duduk di sofa depan dekat tangga menunggu Dixton yang tak pulang-pulang. Malam kian larut sampai mata Jeslyne tak lagi bisa berjaga.
Akhirnya wanita itu tertidur di sofa dan beberapa kali terjaga berharap Dixton kembali tapi tidak, pintu masih tertutup rapat dan udara mendingin.
"Kau dimana?" gumam Jeslyne bersandar ke punggung sofa.
...
Vote and like sayang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Rohana
gimna jeslyn kalau tau itu bukan dixton suaminya
2024-03-07
2
Arum Samudera Hyusuke
lanjut
2024-02-05
0
Triiyyaazz Ajuach
bagus Dixton kumpulkan kekuatan baru bsa menyelesaikan misi
2024-02-05
0