Walau bagaimanapun sakitnya dengan perlakuan Dixton, Jeslyne tetap tak menunjukan kekesalan. Wanita cantik itu masih melayani semua kebutuhan sang suami walau Dixton terkesan hanya menjadikannya pelampiasan hasrat belaka.
Jeslyne masih mengantarkan kopi ke ruang kerja pria itu tapi seperti biasa, Dixton sibuk dengan komputernya, menoleh-pun tidak sampai Jeslyne hanya bisa menghela nafas.
"Kopi-mu!"
"Hm," tanpa melihat ke sumber suara.
Jeslyne terdiam sejenak. Ia berusaha untuk membangun hubungan lebih baik dengan sang suami.
"Kau butuh sesuatu?"
"Tidak."
"O-oh, baiklah," gumam Jeslyne agak kaku lalu keluar ruangan.
Dixton menghentikan ketikan jarinya. Ia menoleh ke arah pintu ruangan yang kembali tertutup lalu mematung sejenak, raut wajah tak dapat dimengerti sama sekali.
"Maaf," lirih Dixton sejujurnya tahu bagaimana perasaan Jeslyne.
Hanya sana, Dixton tak bisa berbuat apapun. Dia juga tak mau memberi harapan banyak karena jelas dia bukanlah suami asli Jeslyne.
Dixton bertekad ingin membantu Jeslyne dan putrinya hidup dengan baik sebagai balasan karena Jeslyne selalu melayaninya tulus. Dixton tahu Jeslyne wanita yang berhati malaikat.
Karena tak ingin memikirkan hal-hal konyol, Dixton melanjutkan pekerjaannya. Kamera pemantau milik keluarga Hermes sudah diurus Poppy. Anjing jantan itu mengeluarkan keahliannya dengan membuat kamera seakan-akan masih menyala tapi hanya menampilkan ruang kerja kosong, tak ada pergerakan di dalam sini.
Drett..
Ponsel Dixton menyala. Benda yang diberikan Jeslyne saat keluar rumah sakit dulu menampilkan nama pecundang Rexs. Dixton segera menjawab panggilan itu.
"Bos! Semuanya sudah siap. Anak buah-ku telah melakukan apapun yang kau jelaskan tadi malam."
"Baguslah. Tunggu perintah dariku!"
"Haiss..apa tak bisa sekarang? Aku sedang bersemangat," decak Rexs terdengar kesal.
Tanpa menjawab, Dixton mematikan sambungan itu lalu kembali mengurus pekerjaannya. Di dalam layar komputer telah tertera semua file milik Dixton sebelumnya.
Mengingat perusahaan Willow Group ingin meluncurkan projek baru, Dixton berencana akan mencari rincian projek yang sama milik Dixton dulu agar ia bisa mempelajarinya lebih jauh.
"Kau yakin dia dulu pernah membuat projek mobil magnet?" batin Dixton sedari tadi tak menemukan apapun.
Poppy yang sedang bermain kejar-kejaran dengan Bella di halaman rumah tentu saja mendengarnya.
"Yakin, Tuan! Dari informasi pribadinya, banyak projek yang dia kerjakan tapi tak pernah diselesaikan setelah menikah dengan Jeslyne. Salah satunya adalah mobil itu."
"Dia punya penyimpanan rahasia?" tanya Dixton masih menelisik semua isi file dan seluk beluk komputer canggih di depannya.
"Mungkin, Tuan! Tolong Tuan kirim kode komputer itu, biarkan saya yang mengeceknya!"
Dixton mengerti. Poppy juga sudah mengirim perangkat sistem miliknya hingga terhubung ke dalam komputer. Dalam beberapa detik Poppy masuk dalam sistem komputer Dixton membobol seluruh akses program yang ada di dalam sana.
Dixton menatap teliti layar komputer yang bergerak dan berpindah sendiri. Cahaya biru dari perangkat itu muncul ke permukaan udara menciptakan layar transparan yang mampu menjabarkan isi komputer dengan rinci.
"Ada tiga file rahasia. Masukan lima sidik jari anda, Tuan!" pinta Poppy mengarahkan.
Dixton menempelkan telapak tangannya pada layar transparan yang ada di udara. Sontak saja monitor seperti kaca bening itu mendeteksi sidik jari Dixton dan mulai membentuk banyak mode labirin garis yang diisi warna hijau mengalir.
Dixton kembali menarik tangannya. Logo gembok terbuka di susul oleh tampilan tiga file seperti kotak surat yang membuat Dixton tertegun.
"Tiga projek yang selesai?"
"Iya, Tuan! Tiga file ini diamankan Dixton sebelumnya. Ini adalah projek final yang berhasil dibuat lengkap. Light glasses, Protective ring dan Magnetic car. Tiga projek ini sudah bisa dibuat," jelas Poppy benar-benar paham dengan semua pemrograman.
Dixton membuka file Light glasses. Cincin pelindung berbentuk sangat indah dengan rubby biru di atasnya. Mata Dixton teliti membaca setiap keterangan di bawah gambar benda itu sekaligus kegunaannya.
"Protective Ring dirancang dengan teknologi pelacakan tinggi. Benda ini bisa berubah bentuk menjadi hewan kecil apapun seperti kupu-kupu, kecoak atau kelabang yang dapat bergerak. Bisa di katakan, benda ini multifungsi. Bisa di jadikan aksesoris atau senjata ampuh perlindungan diri. Robot kecil ini bisa masuk ke dalam kulit manusia dalam cela sempit sekali-pun. Tampaknya dia merancang ini untuk istrinya Jeslyne, Tuan!"
"Luar biasa," puji Dixton mengakui hasil rancangan pria genius keturunan hermes itu.
"Tidak hanya itu saja, projek kedua yaitu Light Glasses atau kacamata cahaya. Kacamata jenis ini terbuat dari material oksida yang transparan hingga tak ada yang bisa melihat benda ini ketika memakainya. Fungsinya bisa untuk memindai informasi apapun dari objek yang ingin di dapatkan bahkan, pada kedua sisi kacamata terdapat kamera multifungsi."
Dixton tak bisa berkata-kata. Peralatan canggih ini benar-benar sangat memuaskan. Jika benda ini di dimensinya, jelas Dixton akan membeli dengan harga fantastis.
"Untuk Magnetic Car, ini adalah projek final yang siap dibuat. Bukankah projek ini yang Tuan inginkan?" tanya Poppy menunjukan file ketiga.
"Hm. Yah," Jawab Dixton seraya membaca rincian mobil itu.
"Lalu, apa yang akan Tuan lakukan?"
"Menjualnya ke pihak ke dua."
"Apaa?? Dijual??" syok Poppy tak menyangka.
Dixton menghela nafas. Dia sudah mempertimbangkan semua gerakan tuan Luther untuk mengacaukan projek perusahaan Willow Group. Akan ia biarkan pria itu melancarkan otak liciknya sampai perusahaan Willow terguncang dan ia akan datang sebagai pahlawan, dengan begitu perusahaan Willow akan mudah untuk ia arahkan menyerang keluarga Hermes terutama dalam segi mental bisnis. Kalah bersaing akan membuat mereka semakin gila, bukan?
"Tuan! Jika diproduksi sendiri akan lebih menguntungkan."
"Tidak masalah. Mereka hanya menjadi pihak kedua dan bukan pemilik. Dixton masih sah pemilik projek ini," tegas Dixton memang mahir berbisnis.
Poppy hanya bisa pasrah. Ia mengikuti alur rencana Dixton yang memang sangat hati-hati dalam bertindak.
Setelah menyimpan file Magnetic Car itu dalam flashdisk barulah Dixton bersantai menikmati kopi buatan Jeslyne yang tak bisa ia lewatkan. Pikiran dan tubuhnya selalu fresh dan tenang setelah meminumnya.
"Dii!!"
Suara Jeslyne mengetuk pintu ruangan. Dixton meletakan gelas itu lalu berdiri membuka pintu.
Wajah super cantik Jeslyne terpampang. Rona merah jambu itu membuat pipi putihnya kian merona.
"Ada apa?"
"Makan siang. Sudah selesai-kan bekerjanya?" tanya Jeslyne hati-hati.
Keringat tipis di kulit wanita ini membenarkan bahwa dia baru selesai memasak.
"A..atau kau mau makan di ruang kerja? Kalau begitu aku ambilkan dulu makanannya."
"Tidak perlu," tolak Dixton membuat Jeslyne terdiam.
"Maksudmu?"
"Aku turun," singkat Dixton tanpa intonasi berlebih.
Jeslyne hanya mengangguk. Dixton mematikan komputer dan merapikan meja kerjanya sementara Jeslyne sedikit mengintip.
Pandangan Jeslyne teralihkan pada gelas kopi Dixton yang sudah tinggal separuh.
"Dia meminumnya," batin Jeslyne dengan rona bahagia bersemi.
Ada rasa senang yang sederhana muncul hanya karena Dixton meminum kopi buatannya. Jeslyne kira Dixton tak akan menyentuhnya sama sekali.
"Kau masih ingin di sini?" tanya Dixton karena Jeslyne tak bergerak dari ambang pintu. Padahal ia ingin menutup benda ini.
"A..iya, aku ambil gelas kopi-mu dulu," gugup Jeslyne segera masuk mengambil gelas itu.
Dixton hanya diam membiarkan Jeslyne masuk tanpa mau menunggunya.
"Tutup jika selesai!"
"Iya."
Dixton pergi ke arah tangga. Jeslyne mengelus dada lega. Ntahlah, berhadapan dengan Dixton membuat Jeslyne selalu gugup dan berdebar. Pria itu sudah seperti hakim di sebuah pengadilan hukum.
Karena tak mau membuat Dixton menunggu, Jeslyne buru-buru menyusul ke bawah setelah menutup pintu ruang kerja.
Tapi, setelah sampai ke bawah Jeslyne melihat Dixton yang berdiri di depan pintu dengan suara wanita terdengar cukup nyaring.
"Tampan! Apa teman-ku ada?"
"Siapa?" tanya Jeslyne mendekat ke arah Dixton.
Saat dia menoleh, dahi Jeslyne mengernyit melihat ada satu wanita berpenampilan begitu seksi dengan make up tebal nan trendi tengah malu-malu di hadapan suaminya.
"Siapa kau?" tanya Jeslyne berusaha untuk ramah walau ia kesal.
"Jeslyne! Kau tak kenal aku?"
Jeslyne semakin kebingungan. Dixton hanya diam tak menunjukan ekspresi apapun karena wanita ini mengaku sebagai teman Jeslyne.
"Aku Melynda, kita teman satu job. Ingat?"
"Kau.."
"Kau teman setia-ku di club malam. Kita bahkan satu pria berdua."
Duarr..
Jeslyne terkejut mendengar ucapan wanita ini. Ia menggeleng menatap Dixton yang terlihat tak menunjukan reaksi walau dia jengkel.
"D..Di! Aku tak kenal dia."
"Ayolah Jeslyne. Kau bahkan mengajariku memuaskan para pria. Jangan malu-malu."
"Tidak! Itu berbohong, Di!" bantah Jeslyne memegang lengan kekar Dixton dengan tangan kiri masih memegang gelas.
"Bohong? Jeslyne, kau ini bunga malam yang banyak diidamkan para pria. Kita penari Bar, sayang!" racau Melynda membuat Jeslyne takut Dixton akan berpikiran buruk tentangnya.
Apalagi Dixton tengah hilang ingatan.
...
Vote and like sayang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Ririn Santi
tenang Jes, di gak akan percaya perempuan itu Krn tau benar kamu gak pro diatas ranjang hehehe
2024-03-21
0
Mebang Huyang M
astaga byk betul cobaan.
2024-03-21
0
Rohana
hadeeeh dteng lagi masalah 😰
2024-03-07
0