Sesuai dugaan Jeslyne, setelah beranjak dari meja makan dingin akhirnya ia mengenyam sunyinya kuburan. Berbaring bak orang mati tak bergerak kesana kemari takut mengusik ketenangan malaikat maut di sampingnya.
Hanya suara berisik angin dan riak ranting menggeser atap. Jeslyne tak punya keberanian membuka mata atau sekedar bernafas lebih. Pegal? Yah. Tulangnya terasa diabadikan dalam museum.
Berbeda dengan Jeslyne, Dixton justru tengah menahan sesuatu yang membengkak di bawah sana. Satu ranjang dengan putri tidur rasanya sungguh menyiksa.
Pikiran kotor menyerbu benak tanpa ampun. Walau Jeslyne memakai helaian benang tertutup. Tetap saja rasanya aneh, aura wanita itu meminta untuk dicumbu ganas.
"Dia tak menggoda sama sekali," Batin Dixton menepis fantasi liarnya.
Aroma jasmine yang lembut nan sakral itu seakan merayu Dixton. Tanpa melihat ke arah objeknya-pun Dixton masih harus diuji.
"Tuan! Apa kau baik-baik saja?" Suara Poppy terhubung.
Jelas anjing jantan itu mendengar umpatan Dixton yang hampir setiap detik mengacau telinganya.
"Kau tak bisa membuat pikiranku kosong?"
"Maksud, Tuan?"
Dixton tak lagi membatin. Ia juga berusaha tak memikirkan apapun menjernihkan otaknya yang tengah korslet.
Membalikan badannya memunggungi Jeslyne, posisi itu sudah ditunggu-tunggu Jeslyne sedari tadi agar bisa bergerak.
Ia berbalik menghadap punggung lebar Dixton dengan mata tanpa kedip menatap liatnya bahu dan lengan pria itu. Dixton hanya memakai kaos tanpa lengan atau disebut singlet berwarna hitam mencetak lekukan ototnya. Jeslyne sampai memerah malu mengigit ujung selimut di lehernya.
Sejak kapan Dixton suka tidur hanya memakai singlet seperti ini? Jeslyne lagi-lagi dibuat spechless dengan perubahan Dixton.
"Kau tak bisa tidur?"
Degg..
Jeslyne menegang kala Dixton bersuara tanpa berbalik. Ternyata pria itu tahu apa yang ia lakukan.
"K..Kau.."
"Apa aku biasanya memang sulit tidur?" Tanya Dixton tak merubah suara datarnya sama sekali.
"Tidak. Kau tidur cepat."
"Aku melakukan apa saat tak bisa tidur?"
Jeslyne terdiam. Yang ia tahu saat Dixton kesulitan tidur, pria itu akan memeluknya sepanjang malam. Tapi, ada rasa malu untuk mengatakannya.
"Kau mendengar ku?"
"A..iya. Kau biasanya minta..dipeluk."
"Tidur!" Tegas Dixton seakan itu perkataan keramat untuknya.
Jeslyne juga bungkam. Ia memejamkan matanya berusaha untuk tak berpikiran macam-macam.
Tepat pada pukul 3 dini hari Dixton masih terjaga. Di dunianya dulu Dixton tak memiliki riwayat insomnia. Ia tidur dengan baik walau waktu tidurnya hanya beberapa jam. Tapi, sekarang ia sulit memejamkan matanya.
Karena tak tahan lagi Dixton berbalik. Wajah amat cantik damai milik Jeslyne terpampang.
Ditatapnya tanpa kedip visual sempurna ini sampai pesona Jeslyne memang sangat murni. Dia tidur begitu lelap bak bayi baru lahir. Sangat suci.
"Kau berbahaya," Gumam Dixton dengan wajah datarnya tak berubah.
Masih ada rasa muak di hati Dixton terhadap wanita. Baik Jeslyne atau siapapun, Dixton tak punya niat untuk bermain hati.
"Aku bukan suamimu dan aku tak semenjijikan dia."
Setelah mengatakan itu Dixton turun dari ranjang. Ia memilih pergi ke ruang kerjanya melanjutkan penyidikan tentang penemuan Dixton sebelumnya. Lebih baik Dixton menghantam waktu tidurnya dengan memahami seluk beluk dimensi ini dari pada tersiksa dengan hasratnya sendiri.
....
...
..
Menghabiskan waktu di ruang kerjanya sampai pagi. Dixton tidur di sana tanpa kembali ke kamar.
Tetapi, pagi ini terjadi keributan di depan rumah. Bella berlari dari tangga menuju ruang kerja daddynya dengan wajah panik.
Brakk..
Dixton yang tadi tidur tersentak. Kesadarannya masih 50% tetapi melihat wajah menahan tangis Bella, Dixton bangkit dari kursinya.
"Ada apa?"
"D..Dad! Tolong! Tolong mommy!"
Mendengar itu Dixton segera turun ke bawah diikuti Bella yang mengekor dibelakang. Setibanya di depan, Dixton menatap datar seorang wanita paruh baya yang sedang memaki Jeslyne bahkan tak khayal wanita itu melempar beberapa selada busuk ke arah istrinya.
"Licik! Kau merusak kebun milikku sampai semua sayuranku busuk dan gagal panen. Wanita liciiik!!"
"Bukan aku yang melakukannya!" Bantah Jeslyne dengan suara begitu lembut tak menyimpan amarah apapun.
"Jika bukan kau lalu siapa?? Kebun kita saling bersebelahan," Tudingnya tak mau kalah.
Namun, eskpresi wanita itu langsung berubah malu kala melihat Dixton. Jeslyne menoleh, wajahnya tampak tak suka memandang Dixton yang keluar masih memakai kaos tanpa lengannya membuat tubuh berotot pria itu terpampang.
"Tuan Dix!" Sapanya tersipu.
Jeslyne kesal. Ia menatap Bella penuh isyarat hingga bocah gembul itu tersadar.
"Siap, Mom!" Ucapnya dengan cepat masuk ke dalam rumah mengambil mantel.
Jeslyne berdiri di hadapan Dixton menutupi tubuh suaminya dari mata berhasrat wanita ini.
"Nyonya! Masalah ini tak seharusnya kau lampiaskan padaku. Memang kita bertetangga dan kebun-mu bersebelahan dengan milik kami. Tapi, bukan berarti akulah pelaku dari kerusakan sayuranmu!" Tegas Jeslyne memang tak merasa salah.
"Lalu siapa?? Hanya kau yang selalu ke kebun belakang. Tak mungkin orang lain."
"Aku baru pulang kemaren dan pagi ini aku memang pergi ke kebun sayur belakang tapi, bukan berarti aku yang melakukannya!"
"Kauu.."
"Dia menuduh mu merusak kebun sayurnya?" Sela Dixton menatap Jeslyne yang menoleh lalu mengangguk.
"Iya. Hanya karena aku pagi tadi mengambil sayur dari kebun kita. Dia langsung menuduhku."
"Aku tak menuduh. Tak ada siapapun yang datang ke sana selain kau tadi pagi!" Sambar wanita itu tak terima.
Jeslyne menghela nafas berat. Mau bagaimana lagi ia bicara dengan wanita ini.
"Nyonya! Tolong mengertilah, bukan aku pelakunya!"
"Jangan mengelak. Akan-ku laporan pada tetua disini agar kau diusir. Sudah tiga kali kebunku rusak dan kau yang melakukannya!"
Mendengar itu Jeslyne cemas. Di sisi kebun tak ada cctv sama sekali. Tuduhan wanita ini jelas akan diterima karena hanya Jeslyne yang tadi pagi ke belakang.
Wanita itu mulai berteriak mengundang perhatian orang disekitar. Dixton masih diam memindai ke sekeliling tempat ini sampai manik elang itu menangkap seseorang yang ada di balik dinding rumah wanita itu. Kebetulan mereka bertetangga.
"Dixton! Kau masuklah. Aku akan mengurus ini," Pinta Jeslyne masih memikirkan kesehatan Dixton yang baru keluar rumah sakit.
Bella muncul berlari dengan kaki mungilnya terayun pendek. Bocah gembul itu memberikan mantel pada Jeslyne.
"Dad! Pakai ini. Tubuhmu hanya boleh dilihat Bella dan Mommy!"
Dixton tak menolak. Ia memakai mantel itu lalu masuk ke dalam rumah. Jeslyne hanya menatap sendu Dixton tapi ia mengambil nafas dalam melihat sudah banyak orang yang dikumpulkan wanita tadi.
"Baby! Pergi bermain dengan Poppy di dalam!"
"Tidak. Kita akan melawan nenek sihir itu bersama," Jawab Bella tak mau kalah.
Jeslyne masih meminta Bella masuk karena wanita tadi sudah memboyong orang-orang memasuki pagar rumahnya.
Di lain sisi, sosok pria yang tadi mengintip dari balik rumah itu tersenyum senang melihat Jeslyne adu mulut dengan para penghuni sekitar. Wanita itu tampak seksi dengan keringat dan kilau mentari pagi yang cerah menyatu dengan kulit beningnya.
"Sorry, sayang! Aku mendapatkan banyak uang untuk membuatmu tak nyaman disini," Gumamnya terlihat senang.
"Kau terlihat bahagia."
Degg..
Pria itu tersentak mendengar suara bariton berat dari arah belakang. Kepalanya menoleh ragu menatap sosok kekar dengan wajah tampan menyimpan hawa misterius alam baka.
"K..kau..kenapa disini?" Gugupnya tahu jika ini adalah suami Jeslyne.
Hanya saja, ekspresi ramah dan terkesan polos itu tak lagi ia lihat.
Dixton tak bersuara. Sorot intimidasi dari matanya sudah membuat pria ini nyaris basah di celana.
"Aku..aku tak tahu apapun. Aku hanya melihat ibuku dan i..istrimu.."
"Kau dibayar?" Tanya Dixton masih dengan intonasi menakutkan.
"Tidak. A..aku.."
"Kau tak pandai berbisnis," Gumam Dixton segera menarik kerah kaos pria itu lalu menyeretnya menuju kebun belakang.
Sayup-sayup masih terdengar suara perdebatan dari depan. Pria itu memberontak tapi untuk lepas dari cengkraman Dixton sangatlah mustahil.
Ia seperti dijepit oleh besi pencapit sampai melepaskan diri rasanya sulit.
"K..Kau mau apa?? Lepaskan aku!! Aku akan berteriak!!"
Dixton menuli. Langkahnya terhenti di tengah kebun kecil milik wanita tadi dan mendorong pria itu ke tanah lembab bertumpuk selada busuk ini.
"Siall!! Apa yang akan kau lakukan??"
Dixton sejenak diam. Matanya melirik mesin pemotong rumput disebelah pagar lalu kembali pada target malang ini.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Dixton sekenanya. Ia tahu jika selada ini sudah diberi racun hingga membusuk.
"A..aku tak melakukan apapun," Jawabnya semakin gugup dan bergetar ketakutan.
"5 detik!"
"K..kau.."
Dixton berjalan meraih pemegang mesin rumput itu. Pembawaannya seperti psikopat membuat siapapun bergidik ngeri.
"Waktumu masih berjalan!" Menghidupkan mesin pemotong itu dan mengarahkannya pada pria tadi.
Sungguh, wajah tanpa eskpresi Dixton seperti ingin menguliti tubuhnya.
"K..Kau.."
"Kau mengkambing hitamkan istriku."
"T..Tidak..aku..aku.." Mundur menjauh.
"Sayuran ibumu akan tambah subur," Seringai Dixton segera mengarahkan mesin pemotong itu ke kaki pria ini.
Jeritannya meledak. Dixton tak peduli. Melihat darah berserakan dengan kedua kaki nyaris putus itu merupakan kesenangan tersendiri bagi Dixton.
"Hentikaaan!!! Mommy!!"
"Akui perbuatanmu di hadapan mereka semua!"
"Ampun! Baik..aku..aku mengaku!"
Dixton melirik kebelakang. Orang-orang yang tadi bertengkar di halaman rumahnya sudah bergegas ke sini termasuk Jeslyne.
"Hentikaan!!! Tolooong!"
Saat mereka sudah terlihat, Dixton sigap meloncat keluar pagar dan berdiri di balik pohon yang ada di dalam kebun miliknya sendiri.
"Anakku!!" Teriak wanita yang tadi menghakimi Jeslyne histeris berlari mendekati putranya.
Jeslyne terkejut segera menutup mata Bella. Semua orang bergidik ngeri melihat dua kaki pria itu sudah buntung dengan keadaan mengerikan.
"A..aku..Aku yang melakukannya, Mom!" Wajah pucat bak kapas.
"Melakukan apa? Kau.."
"Aku yang merusak sayuran ini! Akuu!! Bukan Jeslynee!!"
Mendengar itu mereka syok. Jeslyne mematung sementara Dixton hanya tersenyum licik.
Dixton pastikan jika orang di balik ini adalah keluarga Hermes sendiri. Mereka tak ingin hidup Jeslyne maupun Dixton tenang.
"Ku tunggu serangan barumu," Gumam Dixton mengepalkan tangannya.
...
Vote and like sayang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Mebang Huyang M
thor saya sangat suka dgn novel2 thor yg beberapa udh saya baca bahkan ada yg sampai dibaca ulang karna suka . yg ini juga suka cuma agak gimana ya jelaskan klu saya agak bingung dgn tokoh anak kecil yg masih pakai pempes tapi cara bicara dan tingkahnya kyk anak usia 9 thn. soalnya saya punya cucu sendiri 3 org mereka lucu dan termasuk anak yg pintar dan aktif.
2024-03-20
1
Ririn Santi
jesline yg berhadapan dgn suaminya , kenapa aku yg keringatan ketakutan yah🤐😁
2024-03-20
0
Rohana
ku tunggu ke bucinan mu dexton😂😂
2024-03-06
0