Tragedi di kebun tetangga tadi berakhir. Jeslyne tak lagi mendapat kecaman dari tetangga angkuhnya apalagi, nama baiknya juga sudah bersih.
Hanya saja,Jeslyne merasa ada yang aneh disini. Kenapa tiba-tiba lelaki itu mengakui perbuatannya? Apalagi kondisi ke dua kakinya yang nyaris putus membuat Jeslyne tak bisa berpikiran lurus.
Tatapan Jeslyne bergulir ke arah Dixton yang sedang ada di gudang jerami di dekat rumah. Wajah tampan datar dialiri keringat, kaos hitam itu sedikit basah menambah kesan seksi di tubuh kekarnya. Dixton sibuk menumpuk jerami untuk di bawa ke kandang kuda.
Merasa ada yang memperhatikannya, ia menoleh. Tatapan mereka berbenturan dan seperti biasa Jeslyne membuang muka gugup.
Dixton tak menyapa. Ia seakan mengabaikan Jeslyne lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.
Merasa Dixton tak lagi memandang, Jeslyne mengulum senyum kembali menatap dalam diam suaminya itu.
"Kau sangat tampan," lirihnya melamun.
Setitik rasa damai muncul tapi ada tanda tanya di sana. Dixton melakukan pekerjaannya dengan baik tapi pria itu terkesan punya cara yang berbeda.
"Mom! Kenapa melamun?" tanya Bella di sisa-sisa nafas terengah karena menunggangi Poppy.
Jeslyne yang tadi tengah menjemur pakaian sontak tersadar. Ia tersenyum mengusap kepala putrinya.
"Pergilah membantu daddy!"
"Siaap, Madaam!!"
Bella berlari ke arah gudang bersama Poppy yang selalu mendampinginya.
Tanpa menunggu perintah, gadis cantik dengan pipi gembul itu menarik satu ember kosong yang ada di sudut gudang.
"Dad! Ajari bela naik kuda, Ya?" pinta Bella dengan suara berbisik takut Jeslyne yang sedang menjemur pakaian dengan segala kesempurnaannya mendengar.
"Sekali saja. Bella janji tak akan menangis kalau jatuh!"
Dixton tak menjawab. Ia hanya fokus menumpuk jerami dalam sebuah alat berbentuk troli besi dengan beberapa tali di sekitarnya.
Karena tak mendapat jawaban, Bella meletakan ember itu di dekat troli besi besar yang ada di hadapannya.
"Dad! Ayolah. Bella janji tak akan mengganggu daddy malam ini. Daddy puas memanjakan mommy!" bernegosiasi seperti biasa.
Mungkin jika itu Dixton yang sebelumnya, pasti dia akan setuju. Secara pria itu memang cinta mati dengan Jeslyne. Tetapi, itu tak berlaku untuk Dixton seorang ketua mafia dengan gelar pemusnah dalam dunia gelapnya. Pria itu tak pernah memberi cela bagi untuk wanita masuk mengacaukan hatinya.
"Dad! Ayolah, Bella janji akan tidur cepat. Ya?"
"Menyingkir!" tegas Dixton mendorong pinggang Bella halus dengan ujung sepatunya.
Bella merenggut. Ia bersandar pada tubuh Poppy yang sudah tahu tuannya tak akan akrab dengan ibu dan anak ini.
Dixton mendorong troli itu menuju kandang kuda yang tergolong jauh dari rumah tetapi masih terlihat dari sini. Kondisi tanah yang begitu luas untuk halaman belakang, membuat tempat ini sangat estetik dan pas untuk beternak.
Bella mengekor di belakang. Ia kagum melihat tenaga daddynya begitu kuat mendorong troli berisikan jerami dan beberapa besi itu di bawah sinar mentari yang tak begitu terik. Otot lengan Dixton menyalurkan tenaga yang tak biasa.
Kulitnya terkesan liat dan kasar tapi itulah sisi jantannya. Tubuh Dixton yang sebelumnya seperti beradaptasi dengan dirinya sekarang. Pria itu benar-benar mengagumkan.
"Pop! Menurutmu kenapa ada pria setampan dan semaco daddyku?"
"Keturunan keluarga Alemous tak ada yang cacat, Nona!" ucap Poppy tapi Bella tak akan dengar.
"Jauhkan anak itu. Dia hanya akan menghambat pekerjaanku!" suara batin Dixton terdengar memerintah.
"Baik, Tuan!"
Poppy bergerak mengigit ujung kaos dress tanpa lengan yang Bella pakai.
"Pop! Bella mau membantu daddy. Jangan main dulu!" tolaknya menarik bajunya.
Poppy tak menggubris. Ia tetap menarik-narik baju Bella sampai bocah cantik itu merenggut. Bibirnya manyun 5 senti. Ntah dengan justsu apa, Bella memukul kepala Poppy dengan sendalnya.
"Nakal! Kau tak boleh makan malam setelah ini, huh!!" renggut Bella lalu berlari menyusul Dixton dengan ayunan kaki pendek bengkaknya.
Ntah susu apa yang Jeslyne berikan sampai bocah itu bisa sebulat ini.
"Tuan! Dia berhasil melarikan diri."
"Ck! Tak berguna!"
Poppy hanya bisa menggerakkan telinga runcingnya lalu ikut mengejar Bella.
Di dalam kandang kuda sana, Dixton melempar jerami kotak ke arah tempat pakan. Ia melihat ada 10 kuda dengan warna macam-macam disini. Tentu Dixton tertarik karena di dimensinya Dixton juga punya penangkaran kuda dan beberapa hewan ganas untuk di pelihara.
"Dia tak bodoh. Kuda ini pasti sudah di latih sebelumnya," gumam Dixton memandang satu kuda yang punya kandang sendiri. Seperti diistimewakan.
Kuda itu tampak lebih kekar dan jantan dari yang lain. Bulunya halus dan lebat hitam mengkilap. Tungkai kakinya gagah dan keras. Hanya saja, tatapan kuda itu terlihat enggan menajam pada Dixton. Ia bahkan tak menyentuh jerami di dekatnya.
"Namanya Black!" Bella muncul terengah-engah berjongkok di dekat kaki Dixton diikuti Poppy.
"Dia kuda kesayangan daddy!"
"Hati-hati, Tuan! Dia tak menyukai-mu!" ujar Poppy membuat mata Dixton kembali menatap Black si kuda arogan.
Benar saja, saat tangan Dixton bergerak ingin menyentuh kepalanya, Black memberontak nyaris menendang Dixton untung terhalang kandang.
Bella terkejut melihat reaksi Black. Ia sigap memeluk satu kaki Dixton yang tak berekspresi apapun.
"D..Dad! Kenapa Black marah?" cicitnya mencengkram celana Dixton.
"Dia tak menyukaiku?" batin Dixton dengan seringai iblis mampu membuat Black semakin memberontak.
"Dia tahu jika tuan bukanlah majikannya. Hewan punya indra yang peka. Aura tuan dan Dixton sebelumnya sangat berbeda. Ia pasti melihat banyak darah yang tumpah di tubuh tuan."
"Menarik," batin Dixton kian berhasrat menaklukan kuda besi ini.
Bella yang melihat Black memberontak seketika panik.
"Dad! Bella akan memanggil mommy!"
"Dia hanya akan menambah beban," gumam Dixton membuka pintu kandang.
Mata Bella terbelalak. Ia memeluk Poppy dengan mata ngeri melihat Black mengamuk seakan ingin menghancurkan kandangnya.
"Dad! Jangan! Black pasti sedang tak sehat."
"Pergilah!" tegas Dixton menatap tajam Bella yang ciut.
Bella memilih berdiri di tepi kandang melihat Black langsung menyerobot keluar.
Dixton menyingkir dari depan pintu kandang. Kuda jantan itu berubah liar bahkan kakinya tak terprediksi menyentak ke beberapa arah sampai mata Bella berkaca-kaca ketakutan.
"Dad! Ayo pergii!!"
Dixton tak menggubris Bella. Ia tertantang menundukkan kuda sialan ini apalagi, Dixton sudah membayangkan betapa lincahnya
Black dalam pertarungan.
"Jika aku menundukkan-mu. Kau harus patuh padaku!"
Melihat keangkuhan Dixton setinggi gunung, Black semakin dibuat marah.
Bella tak tahan lagi. Ia berlari pergi kembali ke rumahnya untuk memanggil Jeslyne. Daddynya sudah gila. Sejak kepalanya terbentur aspal, pria itu tak lagi sayang nyawa.
Suara teriakan bercampur tangis Bella mengagetkan Jeslyne yang sedang membuka jendela samping.
"Baby?"
"Mooom, hiks! Tolong daddy!!"
Mendengar itu mata indah Jeslyne melebar. Wanita super cantik memakai terusan sederhana dengan rambut setengah digerai itu berlari keluar rumah.
"Ada apa? Kenapa dengan daddy?"
Berjongkok menatap cemas wajah putrinya. Sungguh, jantung Jeslyne mau meledak dengan wajah pucat pasih.
Sensasi sesak ketika mendengar kabar Dixton kecelakaan waktu itu masih membuat Jeslyne trauma sampai saat ini.
"M..Mom! Black mengamuk. Dia berkelahi dengan daddy!"
Mendengar itu Jeslyne menegang. Bayangan dimana Dixton sempat patah kaki akibat menaklukan Black ketika baru bertemu dulu membuat ia takut.
"Daddy akan masuk rumah sakit lagi, Mom! Hiks. Bella takut!"
"Bella panggil uncle Brens ke sini, Ya? Tenang, baby!" mengusap pipi Bella lembut dengan tangan gemetar
Bella mengangguk. Ia berlari ke arah rumah uncle Brens, seorang pria yang akrab dengan mereka.
Setelah memastikan kepergian Bella, Jeslyne berlari ke arah lapangan belakang. Matanya sudah berkaca-kaca.
Sumpah demi apapun Jeslyne tak sanggup lagi melihat Dixton keluar masuk rumah sakit. Fisik pria itu lemah tapi tekadnya sekuat baja.
Tak peduli berapa luka di tubuhnya, Dixton tak akan menyerah. Itulah yang Jeslyne kagumi dari sang suami selain bukti ketampanan yang tak biasa.
Setibanya di area kandang, mata Jeslyne membulat kala melihat Dixton dengan gagahnya menunggangi Black yang memacu cepat. Pria itu menunjukan kuasa dan keangkuhannya dengan mencengkram bulu panjang di kepala Black tanpa tali pengaman.
Tubuh Dixton stabil. Tangannya melintang urat kegagahan memijak ego kuda itu agar tunduk padanya. Tatapan optimis, ganas dan bebas. Dixton tak membiarkan Black menguasai permainan.
"A..Astaga!"
Jantung Jeslyne kian memberontak. Tangannya gemetar membekap mulut meredakan sensasi takut, cemas dan syok campur aduk.
Poppy mendengus. Ia akui tuannya terlihat begitu mempesona dan berkuasa menunggangi Black tengah memberontak. Hanya saja, respon Jeslyne justru ketakutan karena Black membawa Dixton begitu cepat melewati tanah kering berlapis rumput di sekitar.
"Tuan! Sudahi atraksi mu."
Dixton tak mempedulikan Poppy. Pria arogan itu sangat bernafsu menduduki singgasana keangkuhan kuda ini hingga dalam beberapa menit kemudian, Black mulai lelah. Kakinya tak lagi stabil melompat dan tenaganya tersedot oleh keganasan Dixton. Apalagi Pria bajingan ini sengaja menarik bulunya tanpa ampun.
"Tuan!"
"Bisa kau diam?" batin Dixton mendesis tapi ada binar kepuasan dalam matanya walau hanya secercah.
"Istrimu pingsan!"
Sontak Dixton menarik kuat bulu kepala Black sampai kuda itu menyentak dan Dixton terjun dengan stabil ke arah samping.
Na'as kuda anggun bak tunggangan kaisar itu menabrak pagar sampai tubuh kuda malang itu tersungkur tanpa daya dalam jaring-jaring di sekitar.
Apa Dixton peduli?
Tentu tidak. Ia tak mempedulikan kuda itu dan lebih memilih berjalan ke arah kandang.
Mata Dixton berputar malas melihat Jeslyne pingsan.
"Tuan! Istrimu syok."
"Menyusahkan," umpat Dixton mau tak mau segera menggendong Jeslyne.
Wajahnya benar-benar terlihat datar dan enggan memandang kecantikan wanita ini. Sebisa mungkin Dixton tak pernah bersentuhan tapi, saat tangannya merasakan kelembutan kulit paha Jeslyne yang mulus, darahnya jadi terbakar.
Sensasi lembut kenyal dan halus menenangkan. Dixton tahu ini sangat berbahaya. Ia tak boleh lengah.
...
Vote and Like sayang
Sekedar Info guys.. Novel author yg baru di Fezz..ooo udah publish nih.
TURUN RANJANG ADIK IPAR..
Archer menaruh dendam yang teramat dalam pada Ezella adik iparnya sendiri. Ketua Mafia itu membenci Ezella mendarah daging karena Archer melihat dengan kedua matanya sendiri Ezella membunuh mendiang sang istri yang sangat Archer cintai. Ezella juga tak menyangkal hal itu seakan ia mengatakan jika dia memang pembunuh.
Namun, di tengah amarah Archer yang membabi-buta pada sang adik ipar, Kakeknya yang lebih berkuasa justru menikahkan mereka berdua dengan alasan anak Archer dan mediang istrinya butuh kasih sayang seorang ibu.
...
Cuss tak tunggu. Yang pasti nggak kalah seru yak😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Denzo_sian_alfoenzo
dixton tkt perempuan og kyak tkt alien aja 😬 kn wanita gk seberbhya pistol
2024-03-23
0
Rohana
lg menikmati kebucinan Archer hahha
2024-03-06
0
AnamNovi SalsaAqsa
novel di sebelah sdh jg sdh kubaca thor
2024-02-17
0