Setelah menyelesaikan semua administrasi rumah sakit, akhirnya Dixton diboyong pulang oleh Jeslyne. Tentu saja bersama bocah menggemaskan Bella dan si anjing jantan Poppy.
Dalam perjalanan pulang, Dixton mengamati lekat kondisi luar. Gedung-gedung pencakar langit membumbung tinggi dengan banyak teknologi hologram yang mengkamuflase banyak bentuk iklan-iklan perusahaan.
Tatapan Dixton lebih tertarik pada robot-robot sederhana namun tampak bergerak selayaknya manusia. Seperti membersihkan area pinggir jalan dan menjual beberapa minuman.
Dixton seperti berada di dunia robot dimana semuanya berteknologi tinggi.
"Beberapa dari robot itu produksi dari perusahaan Hermes Company, Tuan!"
Dixton menoleh pada Poppy yang duduk di tengah-tengah. Sementara Bella ada di pangkuan Dixton dan Jeslyne mendekat ke pintu sebelah. Wanita itu sedari tadi mencuri-curi pandang pada Dixton tapi sayangnya Dixton tak melirik sama sekali.
"Perusahaan HC adalah perusahaan Teknologi terbesar. Setiap tahunnya mereka meluncurkan berbagai program kecerdasan buatan dan memproduksi banyak robot dengan kepintaran menyamai manusia. Robot-robot yang Tuan lihat di jalan itu adalah teknologi lolos uji. Mereka akan dibebaskan ke masyarakat jika telah melewati beberapa tahap tes dan jika tak lolos maka akan kembali ke gedung pemusnahan!"
"Siapa yang merancang program perusahaan ini?" Batin Dixton melamun.
"Keturunan ke delapan dari keluarga Hermes," Jawab Poppy membuat Dixton tersentak.
"Kau mendengar ku?" Batin Dixton merasa tak percaya itu.
"Tentu, Tuan! Kita terhubung dan saya sistem bantuan anda. Bisa dikatakan kita ini satu jiwa. Apa yang Tuan rasakan akan saya rasakan juga. Tapi tidak untuk diri saya terhadap Tuan."
Dixton menghela nafas. Banyak hal yang mengejutkan disini.
"Keturunan ke depan Hermes adalah otak dari perusahaan. Hanya dia-lah yang mampu melanjutkan kecerdasan dari pendahulu sebelumnya. Bahkan, dia mampu memecahkan masalah dari program yang gagal total dari pewaris terdahulu sampai perusahaan HC bisa sebesar ini."
"Siapa dia?" Batin Dixton beralih menatap Bella yang sedang memainkan jemari tangan kekarnya.
"Tuan sendiri!"
Dixton terdiam. Ia memandang Poppy dengan rumit seakan itu tak mungkin. Bisa-bisanya Dixton bodoh sebelumnya bisa memiliki otak sepintar itu.
Melihat keanehan Dixton, Jeslyne merasa cemas.
"K..Kau baik-baik saja?" Tanya Jeslyne masih begitu canggung.
Saat Dixton memandangnya, Jeslyne langsung membuang muka. Ntah kenapa ia merasa berhadapan dengan orang asing.
"Maksudku, apa kau merasa tak enak badan?" Tambah Jeslyne menunduk.
"Tidak."
"Baiklah," Gumam Jeslyne meremas jemarinya.
Dixton tak begitu peduli pada Jeslyne. Ia kembali melihat ke luar jendela mobil sampai dahinya mengernyit kala jalanan aspal yang tadi mereka lewati berganti dengan tanah polos kering dan pepohonan rimbun disekitar. Ini keluar dari keramaian kota.
"Ini dimana?" Tanya Dixton melirik Jeslyne yang segera menjelaskan.
"Ini kawasan pertanian. Kita tinggal di wilayah sini."
"Hutan?" Tanya Dixton menarik satu alisnya heran.
"Tidak juga. Hanya pemukiman khusus para petani dan peternak. Kenapa?" Tanya Jeslyne mencoba memahami isi benak Dixton.
Dalam diagnosa dokter tadi, mereka mengatakan jika Dixton memang mengalami beberapa gangguan saraf belakang akibat benturan saat kecelakaan. Hal itu membuat Dixton hilang ingatan.
"Kita memang tinggal di sana. Sudah 5 tahun. Kita juga punya usaha gandum dan peternakan kuda," Jelas Jeslyne dengan senyum lembut.
Karena tertarik dengan pertanyaan daddynya, Bella ikut menyambar.
"Iya, Dad! Kita tinggal di pemukiman yang jauh dari perkotaan. Daddy rajin memanen gandum dan menjual kuda ke uncle Brens. Kita hidup sangat bahagia. Daddy yang terbaik!"
Jeslyne masih mempertahankan senyum lembutnya mendengar ucapan Bella. Hanya saja, reaksi Dixton tampak tak puas dengan semua itu. Ia seperti menahan amarah dan rasa kesal yang dalam.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Jeslyne memberanikan diri.
"Iya, Dad! Daddy baik-baik saja?"
"Hm," Gumam Dixton seadanya. Jika tak dijawab Bella akan menceramahi Dixton sampai telinga pria itu panas.
Jawaban Dixton menjadi akhir dari perbincangan mereka. Jeslyne maupun Dixton tenggelam dalam pikirannya sendiri sementara Bella sudah tertidur memeluk lengan kekar daddynya.
Ditengah perjalanan, tiba-tiba saja ada segerombolan manusia bersenjata yang menghadang mobil mereka.
Supir Taksi di depan menelan ludah berat sementara Jeslyne pucat pasih.
"Nyonya, Tuan! Saya hanya bisa mengantar kalian sampai disini."
Mobil terhenti.
"Kenapa? Saya sudah membayar uang jalannya," Tanya Jeslyne tapi matanya menatap takut ke luar jendela.
"Saya tak bisa mengantar lebih jauh, Nyonya! Mereka tak akan membiarkan mobil ini lewat melebihi wilayah kekuasaannya. Kita harus membayar uang lebih sebagai bukti izin masuk ke dalam."
Jeslyne meremas dress selutut yang ia pakai. 5 pria berbadan kekar dengan tampilan brandalan usang itu mengelilingi mobil dengan senapan laras panjang mengacung penuh ancaman.
"Keluar!"
Memukul body mobil dengan keras. Jeslyne menoleh pada Dixton. Pria itu masih diam dengan wajah datar dan sorot mata dingin ke depan.
"Keluaar!!"
Brakk..
Kaca depan pecah membuat Bella terperanjat. Supir taksi itu ketakutan membuka pintu mobil dengan satu tangan ditekuk ke belakang kepala.
"Dad!" Lirih Bella menatap ngeri ke arah orang-orang sangar di luar mobil.
Mereka terus memukul pintu mobil di dekat Jeslyne. Karena tak mau membahayakan anak dan suaminya, Jeslyne mengulur tangan untuk membuka pintu tapi suara dingin Dixton mencegatnya.
"Jangan keluar jika masih ingin hidup!"
"T..tapi.."
Dixton memindahkan Bella ke pangkuan Jeslyne. Ia membuka pintu mobil di dekatnya tapi tangan Jeslyne sigap menahan legan Dixton.
Tatapan cemas wanita itu menyapa Dixton.
"Jangan! Mereka membawa senjata. Aku masih punya uang. Mereka menginginkan itu."
"Iya, Dad! Daddy sudah pernah masuk rumah sakit karena melawan mereka. Berikan saja uang agar kita selamat."
Dixton tak menggubris peringatan anak istrinya. Ia keluar dan menutup pintu mobil.
Jeslyne tak tenang. Ia ingin ikut turun tapi cahaya keemasan dari Poppy dengan cepat melesat membuat pintu terkunci otomatis dan kaca jendela berubah jadi gelap.
"Selesai, Tuan!" Ujar Poppy terjalin dengan Dixton yang masih berdiri di samping mobil.
Supir yang berlutut di rerumputan kering itu sudah berkeringat dingin karena satu moncong senapan menekan pelipisnya. Sementara 5 pria penguasa wilayah sekitar sini menyorot remeh Dixton.
"Kau ingin masuk rumah sakit lagi?"
"Tak cukup tembakan di pertemuan sebelumnya?"
Ejek mereka menertawakan Dixton puas. Siapa yang tahu jika yang mereka remehkan itu adalah seorang malaikat maut yang sudah melepaskan banyak nyawa dari raga para korban di tangannya.
Jiwa iblis Dixton terpanggil melihat 5 kacung tak berguna ini.
"Berikan uangmu dan kau bisa lanjutkan perjalanan."
"Tapi, bonus plus istri cantikmu. Bagaimana?"
Mereka kembali tergelak. Sepertinya Jeslyne memang sudah sering diganggu dengan kadar kecantikan membuat semua pria menginginkannya.
"Ayolah! Hanya 5 kali putaran. Kami sudah lama ingin mengusap paha mulus istrimu. Dia sangat seksi."
Menjilati bibirnya masing-masing membayangkan keindahan tubuh Jeslyne. Kecantikan wanita itu sudah tersebar bak racun yang membuat mereka terbayang setiap saat.
"Cepat! Keluarkan Istrimu dan kau bebas!"
Dixton mendekat. Wajahnya masih begitu tenang tapi ada amarah tertahan yabg ia sembunyikan.
Melihat ketenangan berbahaya Dixton, mereka saling pandang. Tak ada rasa takut yang tergambar di wajah tampan membeku itu dan justru merekalah yang mulai gentar.
"Cepat serahkan uang dan istrimu!"
"Ingin berakhir di rumah sakit? Tak puas dengan satu tembakan sebelumnya?"
Dixton menghentikan langkah di hadapan mereka semua. 5 moncong pistol itu teracung ke kepala Dixton membuat supir yang tadi bertekuk di rumput sana gemetar.
"Cepaat!!" Bentaknya memegang erat batang senapan itu.
Dixton masih tak bergeming. Tatapannya begitu mengerikan membuat mereka menelan ludah. Belum bergerak tapi sudah membuat mereka berkeringat.
"K..Kau.."
"Tak layak," Gumam Dixton memiringkan kepalanya penuh intimidasi.
Belum sempat mereka bicara, kecepatan tangan Dixton sudah merebut satu senapan yang mengacung ke keningnya.
Gerakan tak terbaca menembakan senapan itu dengan bidikan asal tapi pas melubangi kepala mereka satu persatu.
Darah menciprat ke kaca dan body mobil. Dixton tak peduli. Dengan wajah tak menunjukan emosi apapun, muda baginya melumpuhkan 5 penjahat amatir itu dalam 5 kali tembakan yang dapat di dengar Jeslyne dari dalam mobil.
"Tidaak!! Bukaa hiks, Bukaa!!" Histeris Jeslyne memukul-mukul kaca gelap mobil.
Bella juga menangis lantang karena ia takut daddy-nya kembali berlumuran darah berakhir di rumah sakit.
"Daddy!!"
Jeslyne beralih memeluk Bella. Ia tak bisa menyembunyikan ketakutannya dan hanya memeluk peri kecil itu menahan tangis.
Melihat keduanya begitu mencemaskan Dixton, Poppy tak tega.
"Tuan! Cepat selesaikan. Kasihan anak istrimu!"
Dixton yang mendengar dari luar sana segera melempar senapan di tangannya pada mayat 5 pria barusan.
Supir itu masih syok mengusap darah di wajahnya menatap wajah pucat tak bernyawa para berandalan tadi.
"T..Tuan!" Gugupnya menatap takut pada Dixton.
Seakan tak melakukan dosa apapun, Dixton kembali masuk ke dalam mobilnya hingga Poppy sigap mengembalikan kondisi mobil seperti semula.
"Daddy!!" Pekik Bella berhambur ke pangkuan Dixton.
Jeslyne masih mematung kosong. Ia menelisik tubuh Dixton yang tak terluka sedikitpun.
"Dad! Kau..kau baik-baik saja? Bella takut, Dad hiks!"
Dixton menghela nafas. Ia mengusap kepala Bella yang terbenam di perutnya lalu menoleh pada Jeslyne.
Jelas wanita itu masih syok.
"K..Kau.." Jeslyne tak bisa berkata-kata.
Ia bersandar ke kursi mobil. Meremas pinggir dressnya. Wajah super cantik wanita itu terlihat menahan keterkejutan tapi tak berani bertanya lebih pada Dixton.
Dixton-pun tak berniat menjelaskan. Ia membiarkan supir itu masuk sejenak menatapnya lama lalu menjalankan mobil dengan kondisi kaca depan masih pecah.
Supir taksi itu sesekali melihat spion dimana 5 mayat pria tadi masih berserakan di tepi jalan.
Benar-benar mengerikan.
...
Vote and like sayang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Rohana
ka will yg terbaik 👍💯
2024-03-06
1
Denis blora
seru will aku suka aku suka😂💪💪❤️
2024-01-30
0
lenong
tenang Bella sayang, Daddy sekarang udah beda🤗🤗
2024-01-26
0