Tak tahan

Jeslyne masih berdiri menghadang orang-orang suruhan itu. Mereka terpana melihat kecantikan kulit putih dengan pipi merah jambu milik Jeslyne. Mata seperti serpihan kristal ungu yang berkilau jernih. Siapa yang sanggup dengan kecantikan wanita ini? Dia seperti lautan dingin diantara hamparan gurun yang gersang.

"Lepaskan putriku!" tekan Jeslyne membuat mereka saling melempar tawa.

Bella menahan nafas di cengkraman salah satu di antara mereka apalagi, ada satu moncong pistol yang menekan kepalanya.

"Cantik-cantik ternyata pemarah. Sayang sekali."

"Jangan sentuh putri-ku. Aku akan lakukan apapun yang kalian mau tapi lepaskan anakku!" pinta Jeslyne tak mengurangi raut wajah memberontaknya.

Mata melotot antara marah, khawatir dan takut. Hal itu membuat Jeslyne tampil seperti kucing yang berusaha terlihat baik-baik saja.

"Kami tak sedang bernegosiasi. Cepat ikut kami!" paksanya semakin menekan Bella yang menangis tertahan.

Jeslyne menggeleng lemah. Ia tak bisa mengambil resiko membiarkan Bella ikut dalam hal ini.

"Tidak. Aku mohon tinggalkan putriku. Aku akan ikut dengan kalian. Lepaskan dia!"

"M..Mom!" gumam Bella menggeleng keras berusaha melepaskan diri dari cengkraman pria besar di sampingnya.

Tubuh kecil itu bahkan tak lagi menapak ke lantai karena lengannya diangkat kasar sampai Bella menahan sakit.

"Lepaskan! Dia tak tahu apa-pun," pinta Jeslyne mengangkat kedua tangannya ke atas dan berjalan perlahan mendekat.

Wajahnya begitu memelas membuat mereka tersenyum remeh.

Namun, kala mereka lengah, fokus pada sisi lemahnya, Jeslyne dengan cepat menarik tubuh Bella dari genggaman mereka lalu mendorong putri kecilnya itu terjatuh di balik sofa.

"Lariii Bellaa!!" teriak Jeslyne merebut salah satu uluran senjata yang mengarah pada sofa tempat Bella berada.

Mereka semua menggeram murka. Jeslyne mengerahkan sisa tenaganya merebut senjata itu dan beralih menodongkan pada mereka.

"Jangan menyentuh putriku!!" suara Jeslyne meninggi.

Mereka diam sempat syok melihat keberanian Jeslyne. Hanya saja, melihat cara Jeslyne memegang pistol itu masih amatir dan terkesan gemetar, senyum licik mereka kembali terlihat.

"Tembak!"

"Ayolah. Tangan lembut-mu tak pantas menarik pelatuk."

"Wanita malang. Kau terlihat seksi."

Dada Jeslyne naik turun menahan emosi. Matanya berkaca-kaca dengan hawa dingin menggerogoti tubuhnya. Seumur-umur baru kali ini ia memegang senjata dan rasanya begitu tak nyaman.

"Pergi..dari sini," lirih Jeslyne tercekat mengeratkan cengkeramannya pada pistol itu.

Sosok yang melihat dari sela bolongan dinding sana hanya diam. Ia ingin melihat, sejauh mana Jeslyne bisa bertarung demi anaknya.

"Tuan! Cepat tolong Jeslyne. Kasihan dia!" pinta Poppy sudah sejak tadi memindahkan Dixton dengan teleportasi.

Hanya saja, Dixton tak bergeming. Ia masih menunggu tanpa mau bertindak. Berdiri di antara kedipan lampu luar yang sudah rusak membuatnya seperti seorang penguntit handal dalam kegelapan.

Kembali pada Jeslyne. Kaki jenjang itu perlahan mundur kala mereka mendekat seakan meremehkannya, Bella tak berani keluar bahkan ia hanya bisa meringkuk mengintip dari cela sofa.

"P..Pergii!!"

"Kenapa? Bukankah kau ingin menembak?" remeh salah satunya masih mengolok-olok Jeslyne.

Paha putih dengan luka kikisan peluru itu terlihat sangat menggoda. Ia semakin gelap mata mengulur tangannya ke arah paha Jeslyne dan..

Dooor...

Satu timah melesat dari pistol yang Jeslyne pegang dan itu membuat Bella memekik sedangkan Jeslyne menegang pucat melihat leher pria di hadapannya sudah tertanam timah ganas.

Melihat satu rekan mereka tumbang, para suruhan yang tadi hanya menganggap Jeslyne enteng, sontak mendidih.

Wajah mereka yang memakai penutup kepala, seketika menggelap.

"J***LAAANG!!!" geramnya mengangkat senjata ke arah Jeslyne.

Dixton yang melihat itu segera bertindak.

"Matikan kamera itu!" titah Dixton langsung masuk ke dalam.

Sebelum pistol mereka meledak, Dixton melayangkan pukulan ke arah lengan salah satu diantara 9 manusia itu lalu bergerak cepat menembak yang lainnya.

Melihat kedatangan Dixton, ada keterkejutan di mata Jeslyne tapi ia tak bisa bergerak. Tubuhnya kaku dengan tangan masih mengacungkan pistol itu.

Bella mengintip dan melihat Dixton tengah berkelahi dengan beberapa orang jahat yang tadi menghancurkan rumah mereka.

"D..Daddy!" lirih Bella menangis.

Dixton menoleh. Dengan posisi ia sedang meninju dada seorang pria di belakangnya, kaki jenjang Dixton berputar ganas menghantam perut pria yang lain.

Tubuh mereka terpental berhamburan. Dixton tak menyisakan satu-pun yang masih bernafas. Ia menguras timah dalam pistol yang digenggam dan memastikan benda itu bersarang di kepala atau dada meraka bergantian.

"Pergilah ke neraka," desis Dixton menaikan tinjunya dan siap melayang ke arah para musuh yang masih berdiri.

Brakk..

Kursi kayu yang ada di sudut ruangan remuk karena tertimpa tubuh pria itu.

Sensasi pertarungan ini tak begitu memuaskan bagi Dixton, ia ingin bermain lebih ganas tapi melihat Jeslyne dan Bella masih sadar dan mematung kosong menatap apa yang sudah ia lakukan, Dixton membuang pistol itu.

Poppy yang tadi melihat dari arah cela dinding, segera masuk melalui pintu depan yang jebol.

"Tuan! Bagaimana mengurus semua ini?" tanya Poppy dan Dixton kembali memindai kekacauan rumah dan para manusia tergeletak tanpa nyawa di lantai.

"Kau kirim pesan pada pihak kepolisian di kota. Kau ambil rekaman saat mereka menyerang rumah dan pulihkan semua program yang rusak!" batin Dixton dapat dipahami dengan baik oleh Poppy.

Dia adalah sebuah sistem. Memperbaiki semua program dan kembali menstabilkan kerusakan yang ada sudah menjadi keahlian Poppy.

"Tuan! Sepertinya daya saya sudah tak bisa bertahan lama. Saya hanya bisa menjalankan perintah terakhir anda," jawab Poppy terlihat mulai drop.

Melakukan teleportasi menguras 70% daya tubuhnya. Alhasil, Poppy hanya bisa memulihkan semua program cctv yang tadi sempat dihancurkan oleh orang-orang yang menyerang rumah.

Mendengar itu Dixton menghela nafas dan mengangguk. Poppy segera pergi keluar menjalankan tugasnya.

"D..Daddy!" pekik Bella segera berlari memeluk kaki Dixton.

"Dad! Daddy, hiks."

"Tenanglah. Mereka sudah mati," ucap Dixton tak tega melihat Bella menangis ketakutan seperti ini.

Pandangan Dixton beralih pada Jeslyne. Wajah wanita itu sudah sepucat kapas. Tangannya gemetar menjatuhkan pistol itu dengan tubuh limbung.

Dixton itu sigap menangkap tubuh Jeslyne nyaris jatuh ke arah hamparan beling di lantai. Posisi Bella yang masih memeluk satu kakinya tak menyulitkan pria itu bergerak.

"Dad! Sepertinya mommy masih syok," ujar Bella melepaskan kaki Dixton.

Memang benar. Dixton merasakan tubuh Jeslyne sudah sedingin es dengan suara detak jantung menguat.

Tanpa berlama-lama lagi Dixton menggendong Jeslyne ala bridal style lalu menapaki tangga menuju kamar mereka.

"Kau masih bisa berjalan?" tanya Dixon di sela langkahnya pada Bella yang ada di belakang.

"Bisa, Dad!"

"Ambil kotak obat untuk mommy-mu!"

Bella mengangguk. Bocah 3 tahun itu segera pergi ke arah dapur. Jeslyne biasa meletakan kotak obat di area sana.

...

...

Setibanya di kamar, Dixton membaringkan tubuh tegang dingin Jeslyne di atas ranjang. Darah yang keluar dari beberapa luka itu terus mengalir membuat Dixton menghela nafas.

Jeslyne masih membuka matanya yang kosong. Dixton paham, Jeslyne pasti syok dengan satu tembakan yang melubangi leher pria tadi.

"Kau hanya belum terbiasa," tegas Dixton perlahan menurunkan dress yang Jeslyne pakai.

Luka di bahu dan beberapa sayatan beling di area pipinya terlihat. Dixton terus menarik turun pakaian yang Jeslyne kenakan sampai ia harus berusaha tak berpikiran kotor saat tubuh molek idaman lelaki itu terpampang.

Jeslyne masih diam tapi ia dapat mendengar ucapan tegas Dixton. Matanya berkaca-kaca meneteskan cairan bening dengan emosi yang kompleks di sudut mata kirinya.

"A..aku membunuhnya," lirih Jeslyne menatap sendu Dixton.

"D..Di! A..aku membunuh," ucapnya lagi meremas lengan Dixton yang ada di pinggangnya.

"Lalu? Kau menyesal?" tanya Dixton masih dengan wajah datar tak berperasaan.

Bibir Jeslyne bergetar. Ia tak menyesal tapi ada rasa aneh yang baru pertama kali mengacau dirinya. Pantas Jeslyne mengatakan itu karena ia selalu bersembunyi di balik kegelapan.

"Jika kau tak melakukan itu, maka artinya kau siap melihat putrimu mereka bunuh."

"A..aku.."

"Jangan selalu berpikiran sempit. Terkadang menjadi egois bukanlah kesalahan," sela Dixton memperingatkan Jeslyne agar jangan selalu takut mengambil tindakan pada orang yang mengusiknya.

Bella sudah muncul memeluk kotak obat di tangannya.

"Ini, Dad!"

"Di sini ada dokter?" tanya Dixton menatap luka tembak di paha Jeslyne .

Wanita itu terlihat memejamkan matanya menghirup udara dalam-dalam.

"Bella tak tahu. Biasanya kalau sedang sakit, kita langsung ke kota. Iya-kan, Mom?"

Jeslyne membuka mata. Walau ia masih merasa kacau tapi ucapan tegas Dixton sedikit menenangkannya.

"Apa ada mobil untuk ke kota malam-malam begini?" tanya Dixton lagi melihat lama luka di paha Jeslyne.

Ia akui wanita ini termasuk kuat. Sedari tadi Jeslyne tampak tak mengeluh sakit. Dia lebih tenang atau mungkin menahan.

"Ini sudah larut," gumam Jeslyne sudah tampak lemah.

Mobil mereka sudah hancur saat kecelakaan Dixton dua bulan lalu. Mereka juga belum sempat ingin membeli lagi.

"Baiklah. Aku akan membersihkan luka ini."

"K..kau bisa?"

"Tidak," acuh Dixton.

Jeslyne tersentak. Bella terdiam tak mengerti dengan ucapan Dixton barusan.

"K..Kau.."

"Tergantung kau mau atau tidak. Di lihat dari lukanya, ini tak begitu dalam. Masih bisa ku kerjakan," jelas Dixton tanpa ekspresi.

Ia seakan sudah biasa melakukan itu dan memang benar. Di dimensinya Dixton lebih sering mengeksekusi lukanya sendiri di banding harus masuk rumah sakit.

Melihat keseriusan Dixton, Jeslyne jadi percaya. Lagi pula, malam-malam begini tak ada yang bisa dimintai tolong. Tetangga mereka juga tak ada yang keluar ketika bencana datang menyerang rumah.

Mengingat hal itu Jeslyne menelan miris. Ternyata begitu banyak orang yang tak menyukainya.

"Kau mau?"

"Yah. Aku percaya padamu," jawab Jeslyne pasrah.

"Pergilah istirahat di kamar. Aku akan mengurus mommy-mu," tegas Dixton pada Bella yang menggeleng.

"Bella mau menemani mommy."

"Baby! Tak masalah. Daddy ada disini. Pergilah istirahat, hm?" lembut Jeslyne membuat Bella murung.

"Baik, Mom! Selamat malam," ucapnya tak rela.

Sebelum pergi ia mengecup pipi pucat Jeslyne meredam kekhawatiran dan barulah keluar kamar.

Tanpa membuang waktu lagi, Dixton mengambil kapas dan membersihkan luka kikisan peluru di bagian paha kanan Jeslyne. Beruntung tak ada peluru yang menancap tapi jelas itu sakit.

"Asststt..pelan-pelan" desis Jealyne mencengkram selimut karena perih.

Tapi, sialnya suara mendesis itu terdengar sangat menggoda. Sedari tadi Dixton menahan untuk tak berpikiran kotor, Jeslyne justru tanpa sadar membangkitkan gairahnya.

"Fokus," batin Dixton lanjut mengobati luka itu.

Membelitkan perban ke paha Jeslyne dengan hati-hati sampai satu spot selesai. Mata Dixton kembali naik ke arah pinggang dimana juga ada luka serpihan kaca menggores di sana.

Hanya saja, Dixton menelan ludah melihat kemolekan pinggul dan perut datar Jeslyne yang hanya memakai daleman dan bra. Siapa bisa tahan membayangkan pemandangan indah di balik segitiga merah ini?

"Shitt!! Fokus!! Fokus sialan!!" maki Dixton di batinnya.

Jeslyne tak sadar dengan kegelisahan Dixton. Ia hanya meresapi sensasi perih saat kapas yang sudah diberi alkohol itu mengusap luka di permukaan kulit putihnya sampai Jeslyne mengigit bibir bawah dan memejamkan mata menahan sakit.

Sejenak Dixton mematung melihat apa yang Jeslyne lakukan. Kedua tangan wanita itu mencengkram bad cover dengan wajah pucat berkeringat dan sensasi seksi mengigit bibir adalah pose paling tak bisa diabaikan.

Jeslyne seperti tak berdaya. Nafasnya memburu mempertontonkan dua aset kembar sintal naik turun tampak sesak di balik bra merah yang ia pakai. Pikiran kotor Dixton mulai bebas merasuki benaknya. Bayangan dimana Jeslyne berekspresi seperti itu dengan wajah merah dan keringat bercucuran di bawah kungkungannya membuat Dixton berulang kali menelan ludah.

Semua kekaguman dan kegelisahan Dixton berkumpul di area bawah sana. Ia siap bertarung.

"D..Di! S..sudah?"

Dixton tersadar. Ia menggeleng beberapa kali dan menepuk-nepuk pipinya agar fokus. Godaan ini begitu berat.

Karena tak mau berpikiran aneh-aneh lagi dan bagian intinya sudah begitu keras tak nyaman, Dixton buru-buru mengobati setiap luka di tubuh Jeslyne.

Ekspresi wanita itu kian membuat jiwa Dixton mengamuk. Tak hanya mendesis sakit karena perih, Jeslyne juga menggeram rendah agak serak di kala Dixton mengusapkan kapas itu pada bahu dan pipinya.

"D..Di?" lirih Jeslyne karena tak ada suara apapun dari Dixton. Usapan pria itu juga terhenti.

Wajah Dixton sudah merah padam. Celananya sesak dan mengetat. Hal itu membuat kepala Dixton pusing dan rasanya hanya ingin menyerang Jeslyne membabi-buta.

"D..Di!" ringis Jeslyne kala Dixton agak menekan luka di bahunya.

Tak tahan mendengar suara lembut Jeslyne, Dixton melempar kotak obat itu ke lantai membuat mata Jeslyne terbuka.

"Ada ap.."

Cup..

Mata Jeslyne terbelalak kala Dixton menyambar bibirnya ganas bahkan Jeslyne sampai jantungan akan cumbuan buas ini. Tubuhnya menegang tak mampu bernafas sebegitu terkejutnya dengan tindakan tiba-tiba yang Dixton lakukan.

....

Vote and like sayang

Terpopuler

Comments

Denzo_sian_alfoenzo

Denzo_sian_alfoenzo

akhirnya runtuh jga tembok raksasa cina 🤣

2024-03-23

0

Rohana

Rohana

ga tahan y di😂😂

2024-03-06

0

Ibelmizzel

Ibelmizzel

ho...runtuh juga pertahanamu dixton😁😁😁

2024-02-08

0

lihat semua
Episodes
1 Sistem Dimensi Waktu
2 Tak bisa berpura-pura
3 Benar-benar mengerikan
4 Kita tak dekat
5 Ku tunggu serangan barumu
6 Menyusahkan
7 Jangan tersenyum
8 Jangan pergi
9 Jangan sakiti putriku!
10 Tak tahan
11 Aku tak punya batasan, Nona!
12 Hanya rasa sepihak
13 Aku akan selalu menunggumu
14 Kau dimana?
15 Hanya tempat pelampiasan
16 Dia berbohong!
17 Apa yang dia pikirkan?
18 Ayo cari mommy
19 A..Aku tak kuat
20 Shitt! Mengganggu
21 Saatnya makan malam
22 Bolehkah ia berharap?
23 Meracuni otaknya
24 Cambukan 50 kali
25 Wanita aneh
26 Cara menyatukan daddy dan mommy
27 Sayang?
28 Keras kepala
29 Mode gaib
30 Tak kalah cantik
31 Dia tak tahu apapun
32 Dapatkan dia lebih dulu
33 Shitt! aku terlambat
34 Hukuman-mu
35 Tidak ada kata ampun
36 Kegelisahan Jeslyne
37 Haruskah aku merelakanmu?
38 Kembali menghilang
39 Pergilah! Aku melepaskan Mu.
40 Jeslyne hamil?
41 Kau bebas untuk saat ini
42 Ternyata kau terlibat
43 Bunuh diri?
44 Sama saja dengan ibumu!
45 Jangan benci aku!
46 Berburu
47 Bukan dia lalu siapa?
48 Harus percaya
49 Pembalasan dimulai
50 Jangan Tinggalkan Aku
51 Kau tidak pantas
52 Perubahan Jeslyne
53 Tidak Mungkin Bukan?
54 Dia sangat berbahaya
55 Kaulah yang harus pergi ke neraka
56 Aku akan membantumu!
57 Wajah aslimu
58 Masih menjadi rahasia
59 Aku mohon, bebaskan dia!
60 Menipu Dixton
61 Dendam sebenarnya
62 Apa dia akan membenciku?
63 Merasa dipermainkan
64 Aku paling benci dikhianati
65 Maafkan aku, Sayang!
66 Memulai rencana
67 Berhasil lolos
68 Kebencian mendarah daging
69 Kekecewaan Dixton
70 Kehancuran Jeslyne
71 Tidak bisa berjanji
72 Mempersiapkan sebelum pergi
73 Beri aku waktu 3 hari
74 Govani Trauma
75 DIA MENGANDUNG
76 J-Jangan pergi!
77 A-Aku pergi!
78 Kembali ke dunianya
79 Mencari istri
80 Jeslyne, Dia istriku!
81 Mencari Jeslyne yang asli
82 Nyaris diperkosa
83 Harus melakukan apa?!
84 Dasar anak gelandangan!
85 Bertemu?
86 Keterkejutan Dixton
87 Jadi sosok berbeda
88 Gagal masuk sangkar
89 Mencari wanita yang tepat
90 Fakta sebenarnya
91 Niat jahat Tuan Azof
92 Tidak sepolos itu
93 Calon Daddy pemula
94 Siapa mereka?
95 Menyusui dua bayi
96 Salah Tempat dan Keadaan
97 Info penting
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Sistem Dimensi Waktu
2
Tak bisa berpura-pura
3
Benar-benar mengerikan
4
Kita tak dekat
5
Ku tunggu serangan barumu
6
Menyusahkan
7
Jangan tersenyum
8
Jangan pergi
9
Jangan sakiti putriku!
10
Tak tahan
11
Aku tak punya batasan, Nona!
12
Hanya rasa sepihak
13
Aku akan selalu menunggumu
14
Kau dimana?
15
Hanya tempat pelampiasan
16
Dia berbohong!
17
Apa yang dia pikirkan?
18
Ayo cari mommy
19
A..Aku tak kuat
20
Shitt! Mengganggu
21
Saatnya makan malam
22
Bolehkah ia berharap?
23
Meracuni otaknya
24
Cambukan 50 kali
25
Wanita aneh
26
Cara menyatukan daddy dan mommy
27
Sayang?
28
Keras kepala
29
Mode gaib
30
Tak kalah cantik
31
Dia tak tahu apapun
32
Dapatkan dia lebih dulu
33
Shitt! aku terlambat
34
Hukuman-mu
35
Tidak ada kata ampun
36
Kegelisahan Jeslyne
37
Haruskah aku merelakanmu?
38
Kembali menghilang
39
Pergilah! Aku melepaskan Mu.
40
Jeslyne hamil?
41
Kau bebas untuk saat ini
42
Ternyata kau terlibat
43
Bunuh diri?
44
Sama saja dengan ibumu!
45
Jangan benci aku!
46
Berburu
47
Bukan dia lalu siapa?
48
Harus percaya
49
Pembalasan dimulai
50
Jangan Tinggalkan Aku
51
Kau tidak pantas
52
Perubahan Jeslyne
53
Tidak Mungkin Bukan?
54
Dia sangat berbahaya
55
Kaulah yang harus pergi ke neraka
56
Aku akan membantumu!
57
Wajah aslimu
58
Masih menjadi rahasia
59
Aku mohon, bebaskan dia!
60
Menipu Dixton
61
Dendam sebenarnya
62
Apa dia akan membenciku?
63
Merasa dipermainkan
64
Aku paling benci dikhianati
65
Maafkan aku, Sayang!
66
Memulai rencana
67
Berhasil lolos
68
Kebencian mendarah daging
69
Kekecewaan Dixton
70
Kehancuran Jeslyne
71
Tidak bisa berjanji
72
Mempersiapkan sebelum pergi
73
Beri aku waktu 3 hari
74
Govani Trauma
75
DIA MENGANDUNG
76
J-Jangan pergi!
77
A-Aku pergi!
78
Kembali ke dunianya
79
Mencari istri
80
Jeslyne, Dia istriku!
81
Mencari Jeslyne yang asli
82
Nyaris diperkosa
83
Harus melakukan apa?!
84
Dasar anak gelandangan!
85
Bertemu?
86
Keterkejutan Dixton
87
Jadi sosok berbeda
88
Gagal masuk sangkar
89
Mencari wanita yang tepat
90
Fakta sebenarnya
91
Niat jahat Tuan Azof
92
Tidak sepolos itu
93
Calon Daddy pemula
94
Siapa mereka?
95
Menyusui dua bayi
96
Salah Tempat dan Keadaan
97
Info penting

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!