14

#14

Daniel menyerahkan Golden Pass miliknya ke tangan Mila. 

Mila masih menatap kartu emas tersebut dengan pandangan heran, “kenapa kamu menyerahkan ini?”

“Ini kunci kamarku, sekaligus kartu sakti, kamu akan selalu di terima di Twenty Five Hotel, jika kamu memiliki Golden Pass ini.” Jawab Daniel santai. 

“Jadi ini kamarmu? Lalu kenapa kamu membawaku ke kamarmu?” tanya Mila panik, ia bahkan menyilangkan kedua tangannya ke dada. 

Tak!! 

Daniel menyentil dahi Mila. “Apa yang kamu pikirkan?” 

Mila menggosok bekas sentilan Daniel di keningnya. “Memang apa yang aku pikirkan? Lagi pula apa tujuanmu membawa ku menginap di kamarmu? Bukannya menyewa kamar terpisah?”

Daniel menghela nafas, kemudian tersenyum. 

“Ini memang kamarku, tapi malam ini kamu boleh menempatinya, sementara aku akan ke ruanganku menyelesaikan pekerjaan yang tertunda.”

“Jadi kamu bekerja di sini?”

“Iya?”

“Apa jabatanmu, sampai sampai dapat fasilitas kamar semewah ini?” tanya Mila penasaran.

Daniel menatap wajah Mila, ingin berterus terang, tapi ia rasa belum saatnya. “Nanti juga kamu tahu, oh iya, baju-bajumu juga sudah disiapkan oleh sekretaris ku.”

“Bajuku? Bagaimana kamu tahu ukuran bajuku?”

“Ckckckck … masa iya kamu lupa?” Jawab Daniel jahil, tatapan matanya menelusuri tubuh Mila dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Wajah Mila kembali memerah. “Yaaakk haruskah kamu membahasnya?!!” Tanya Mila kesal, karena sepertinya Daniel mengetahui size pakaiannya ketika peristiwa memalukan tempo hari. 

“Memang apa yang kamu pikirkan? Aku hanya memesan sesuai ukuran baju adik perempuanku, karena kulihat ukuran tubuhmu sama dengannya.” Gumam Daniel, tak tega juga ia menggoda gadis sepolos Mila. 

Mila menghembuskan nafas lega usai mendengar jawaban Daniel. “Ah … syukurlah.” Gumam Mila pelan. 

“Istirahatlah, aku harus bergegas dengan pekerjaanku, agar besok kita tak kemalaman sampai di rumah.” 

“Hmmm…” Jawab Mila. 

Mila terbangun karena sinar matahari yang menyilaukan, kedua matanya menatap langit-langit kamar, senyum lebar menghiasi bibirnya, manakala ia ingat sedang di mana ia berada saat ini.

Semalam ia benar benar bertingkah seperti orang Desa yang baru pertama kali hijrah ke kota, ia berlari-lari kecil mengelilingi ruangan, memeriksa fasilitas lengkap yang ada di kamar yang menjadi istananya malam ini.

Rupanya, Istana kecil ini bukan sembarangan ruangan, karena fasilitas di dalamnya pun amat sangat lengkap jika harus dibilang sebuah kamar. Barisan air mineral kemasan eksklusif, kopi, teh, creamer dan gula berjar rapi di meja pantry, bahkan ada peralatan makan lengkap dengan wastafel, di sebelahnya terdapat lemari es yang wow isinya, benar-benar seperti dapur mini di kamar pribadi.

Namun hal yang tak kalah mencengangkan kembali Mila temukan manakala ia memasuki walk in closet. Deretan lemari dengan pintu transparan berjajar rapi, bahkan pakaian serta setelan kerja pun memenuhi nya, semuanya tertata rapi sesuai warna bentuk serta fungsinya. Lemari untuk aksesoris pria pun tak ketinggalan, jajaran jam tangan mewah dengan merk eksklusif, berbagai macam dasi dengan warna-warna maskulin, serta aksesoris pria lainnya. Untuk sesaat Mila merasa sedang berada di kamar salah satu Chaebol (pewaris  tahta) dalam drama Korea yang sering ia tonton. 

#Bu Guru masa belum menyadari sih, calon suami ibu juga Chaebol nya halu Indonesia.

Bahkan ketika mandi pun Mila tak melewatkan fasilitas mewah di dalam kamar mandi tersebut, ia sengaja menggunakan boom bath di dalam bathup nya, kemudian berendam air hangat sambil bersenandung kecil, sementara kedua tangannya sibuk memainkan busa mewah melimpah dengan aroma rose yang menutupi sekujur tubuhnya.

Mila beranjak dari tempat tidur, kemudian menyibak tirai kamar, pemandangan ramainya pusat kota surabaya menyambut pagi nya. “Morning Surabaya …” monolog Mila senang, sebahagia inilah Mila, ketika impiannya menyambangi Surabaya akhirnya terwujud, bahkan ia menikmati fasilitas luxury dari salah satu Hotel Bintang Lima, kalau kata orang rejeki nomplok.

Bel kamar berbunyi, Mila bergegas menghampiri pintu, ia mengintip melalui lubang kecil di pintu, sebelum membuka benda pipih dengan cat berwarna cerah tersebut. 

“Selamat pagi Nona … “ Sapa seorang wanita berpakaian rapi.

“Iya, pagi, ada apa yah?” tanya Mila kikuk.

“Perkenalkan, saya Erica, sekretaris Tuan Daniel, beliau meminta kami mengantarkan sarapan pada anda,”

“Oh Iya, silahkan letakkan saja di meja makan.” jawab Mila.

Seorang petugas berseragam rapi, yang Mila duga sebagai Staf bagian dapur, mendorong trolley berisi makanan kemudian menatanya di atas meja makan.

“Jika ada yang kurang, silahkan langsung hubungi Customer Service kami.” Lanjut Erica sopan.

“Baiklah, terima kasih, Oh iya Daniel nya di mana?”

“Tuan Daniel masih beristirahat di ruangannya, semalam beliau begadang sampai jam 4 subuh.” 

“Jam 4 subuh?” tanya Mila terkejut, tak menyangka ternyata calon suaminya adalah sosok pekerja keras.

“Begitulah Tuan Daniel jika sedang bekerja,”

“Jangan melebih-lebihkan … aku sudah bangun.” Daniel tiba tiba masuk dengan wajah kusut, bahkan ada lingkaran hitam di kedua matanya.

“Maaf Tuan, saya hanya menyambung informasi dari Pak Tara.” 

“Oh Iyaa Tuan, apa hari ini juga anda masih tidak bisa menghadiri pertemuan?” sambung Erica. 

“Iya … mungkin sampai minggu depan, tunda saja jadwal pertemuanku, perlu waktu untuk pergi ke Jakarta, sekalian saja sesuaikan dengan kedatangan Ryu, aku ada janji penting dengannya.”

“Baiklah Tuan, akan saya reschedule kembali jadwal pertemuan anda.”

Daniel mengangguk, “Terima kasih Erica.”

“Sama-sama Tuan, saya permisi dulu,” pamit Erica.

Mila yang sejak beberapa saat menjadi pendengar, kini semakin tak bisa membendung rasa penasarannya. Gadis itu menggaruk kepala nya yang tak gatal, namun otaknya yang semakin gatal ingin segera menyusun puzzle yang beberapa hari ini berserakan di kepalanya. 

Selepas kepergian Erica, Daniel menjatuhkan bobot tubuhnya ke tempat tidur, lelah sekali setelah begadang semalaman. Bisa di tebak kan, si tukang tidur tersebut segera terlelap ketika mencium aroma bantal guling. 

“Hei kenapa tidur?” Tanya Mila kesal, namun Daniel sama sekali tak bergerak, ia lelap seperti kebiasaannya di hari libur, tak peduli ada topan, badai, bahkan gempa bumi sekalipun. Padahal ada banyak hal yang ingin Mila tanyakan. 

“Selain Buaya mesum, rupanya dia juga kang tidur.” Gerutu Mila, sudah berbagai macam cara ia lakukan, namun Daniel tak kunjung membuka mata, bahkan terlihat semakin pulas. 

Wajah Mila cemberut kesal, bahkan setelah memakan coklat serta ice cream ia masih juga kesal, penyebabnya adalah si pria tampan yang dua hari ini menjadi sopir pribadinya. 

“Mau sampai kapan kamu menekuk wajahmu begitu?” Tanya Daniel yang tak kunjung melihat senyum di wajah Mila. 

“Abaikan saja aku.” Jawab Mila singkat, kemudian melemparkan pandangannya ke luar jendela. Gadis itu sangat kesal, hampir saja ia pingsan karena bosan, setelah menghabiskan setengah hari menunggu Daniel kembali membuka mata, waktunya di Surabaya sangat singkat, menjadi semakin singkat karena calon suaminya justru tertidur usai menyelesaikan pekerjaannya samalam. 

Bahkan tadi di butik Mila tak begitu bersemangat memilih kebaya yang akan ia kenakan di hari pernikahan, padahal butik tersebut adalah tempat yang mewah dan eksklusif di Surabaya. Akhirnya Mila hanya mencoba 5 model kebaya tanpa berniat menjatuhkan pilihan. Dan sebagai pihak yang merasa bersalah, Daniel pun hanya bisa mengurai rasa sabar, hingga memutuskan semua pilihan seorang diri, termasuk memilih cincin pernikahan mereka. 

#sabar bang, mungkin neng Mila sedang PMS, makanya penyakit ngebo jangan di piara, calon bini jadi ngambek kan 😜

Ketika memasuki rest area, Daniel menghentikan mobilnya di salah satu tempat parkir, ia menarik nafas perlahan kemudian membuka safety belt nya, kemudian safety belt Mila, “lihat aku!” Serunya pelan. 

“Nggak mau.”

“Lihat sebentar saja!” Daniel mengulang perintahnya. 

“Aku bilang gak mau, ya nggak!” Jawab Mila dengan nada sedikit lebih keras, bahkan menahan kesal. 

“Kalau kamu gak mau melihatku, kita akan berhenti disini sampai malam.” 

Sedikit ancaman membuat Mila menoleh ke arahnya. 

Kedua mata cantik Mila tampak sembab, Daniel merasa sangat bersalah, karena kemarin ia sudah berjanji pada gadis itu usai dari butik serta membeli perhiasan, ia akan membawa Mila berkeliling, namun niat itu tak terwujud karena kebiasaan hibernasinya. 

“Kenapa menangis?” 

“Apa harus sesedih itu hanya gara-gara kita batal berkeliling Surabaya?” tanya Daniel memastikan tebakannya tidak salah. 

Mila memalingkan wajahnya, “bagimu mungkin sederhana, tapi bagiku bisa keluar dari lingkaran rumah dan sekolah, menjadi hal yang luar biasa, bahkan istimewa, aku terkurung di kedua tempat itu bahkan untuk pergi ke kabupaten saja, harus ada pendamping.” Jawaban yang polos itu membuat Daniel terenyuh, bahkan kini ia semakin merasa bersalah. 

“Kenapa begitu?”

“Mama bilang, dulu ada yang berniat mencelakai ku, bahkan aku sempat kritis beberapa hari di ICU, untuk alasan itulah, Mama melarangku bepergian jauh.” 

Kini Daniel paham kenapa kemarin Mama Miran menentang keras niatnya membawa Mila ke Surabaya, rupanya ada kejadian yang membuat wanita itu mewanti-wanti dirinya dengan banyak wejangan dan aturan sebelum membawa Mila. 

“Baiklah aku minta maaf, aku tahu aku salah, kebiasaan tidurku memang menyebalkan, bahkan dulu Mama harus berusaha ekstra keras membangunkan aku di pagi hari, jika tidak aku akan terlambat ke sekolah.” Aku Daniel. 

Daniel memberanikan diri menggenggam tangan Mila, “nanti, setelah kita menikah, aku akan membawamu kemanapun, pilih saja negara mana yang kamu mau?” Bujuk si Abang, bukan rayuan gombal, karena ia terbiasa menggunakan cara itu untuk membujuk adik adiknya, terutama jika Luna sedang kesal. 

“Kemanapun?” 

“Iya, kemanapun…”

Rona sedih itu berubah ceria seketika, bahkan tanpa sadar gadis itu memeluk leher Daniel dengan erat, saking bahagianya. 

Sementara yang di peluk mendadak kelu, gugup, bahkan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. 

Senyum jahat itu menghiasi wajahnya, pencariannya bertahun tahun kini membuahkan hasil. 

“Lanjutkan rencana awal!!” Perintahnya pada sang asisten. 

“Baik tuan.” 

“Pastikan kali ini tak ada kegagalan, jika gagal, akhiri saja dia, aku tak butuh orang yang hanya mau uang, tapi tak becus bekerja.”

Sang asisten mengangguk, kemudian pergi meninggalkan ruangan, menuju markas, di dalam markas ia melihat Nick yang sudah kembali berlatih setelah pulih dari cederanya, akibat dihajar Profesor Hardiman. 

Pandangannya sayu menatap pemuda 29 tahun tersebut, kadang hati nuraninya tercabik kala mengingat betapa keras dan kejam nya Profesor Hardiman memperlakukan Nick. 

Hmmm rencana apa? Dan ada apa dengan Nick? Sang pengawal pribadi Carissa. 🤓

 

Terpopuler

Comments

Sriza Juniarti

Sriza Juniarti

baguusss..bangettt..aku slalu suka setiap novelmu kk, buat aku kadang ketawa, kadang jungkir balik🥰🥰

2025-01-25

1

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

Serasa jadi Cinderella ya 😍

2024-08-09

1

Siti Ariani

Siti Ariani

hayoo bang Daniel awas jantungnya tiba-tiba berhenti 🤣

2024-03-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!