6. Revisi

#6. (Revisi) 

Mila meletakkan tas dan helm nya di atas meja, pandangannya masih kosong, di kelas pun ia sama sekali tak fokus mengajar, untunglah hari ini hanya mengisi 2 jam pelajaran saja.

Rasanya ruh nya masih melayang entah kemana, ia masih tak percaya ketika sang Papa mengabarkan akan segera mendaftarkan pengajuan pernikahan ke KUA. 

Masih lekat dalam ingatannya, pembicaraan singkat dengan Papa dan Mamanya sebelum ia pergi mengajar. 

“Menikah? Dengan siapa Pa?” 

“Laki-laki yang tadi?” 

“Papa?!! Menikah bukan perkara 1 atau 2 hari Pa.” Protes Mila, baru kali ini ia membantah keras keinginan Papa Dika. “Tapi ini perkara seumur hidup, Mila gak mungkin menikah dengan laki-laki yang gak Mila cintai Pa.” 

Mama Miran menghela nafas, jika sudah urusan serius begini, ia tak berani ikut campur, karena satu satunya yang bisa menghadapi Mila jika sedang emosi, hanyalah Papa Dika. 

“Papa Tahu nak … tapi kita tak punya jalan lain … lagi pula apa kamu tidak malu, dia bahkan sudah melihat sebagian … “ Papa Dika tak mampu melanjutkan kalimatnya, ia sungguh tak terima karena ada seorang pria yang memandang tubuh putrinya, rasanya berlian berharga yang sekian lama ia jaga dan simpan baik-baik, kini telah tergores. 

Mila menutup wajah dengan kedua telapak tangannya, ia sendiri malu, mungkin ia tak akan sanggup menegakkan kepalanya. Walau hanya laki-laki itu yang melihat sebagian tubuh polosnya, tapi Mila merasa seluruh dunia sudah mengetahuinya, bahkan mungkin ia akan dijadikan bahan ejekan. 

“Tapi Pa …  haruskah dengan laki-laki itu?” Tanya Mila dengan wajah memelas. 

“Papa yakin dia laki-laki baik nak, jika tidak bagaimana mungkin dia menyerahkan KTP nya begitu saja?” 

“Jaman sekarang KTP bisa dipalsukan Pa.”

“Iya, itu juga Papa tahu, tapi Papa sudah memeriksa semua identitasnya, dan semuanya sama, nama, usia, pekerjaan, asal-usul keluarganya juga tak mungkin dipalsukan.”

“Dan sebagai pamungkas, saat ini Pakdhe kamu sedang pergi ke kantor kecamatan, untuk memeriksa keaslian KTP pemuda itu,” lanjut Papa Dika. 

Dengan wajah memelas, Mila menatap Papa Dika, ia seperti berdiri di tepi jurang, maju salah, mundur pun salah. “Begitu percayakah Papa pada Laki-laki yang baru beberapa menit Papa temui.”

Papa Dika dan Mama Miran terdiam saling pandang. 

“Kenapa Papa dan Mama Diam? Apa yang kalian sembunyikan dari ku?” 

“Iya … kami mempercayai pemuda itu,” Pungkas Papa Dika. Mila tak perlu tahu betapa keras usahanya bersama sang istri selama ini, demi melindungi berlian tak ternilai. Tapi bagi Mila sikap kedua orang tuanya sangatlah mencurigakan, seperti sedang menyimpan rahasia besar. 

“Pemuda itu sudah setuju, selepas dari kecamatan, Pakde Junaedi akan langsung mengurus segala sesuatunya, bahkan meminta bantuan orang-orang kepercayaan nya di KUA agar pendaftaran pernikahan kalian bisa diproses dengan cepat.” 

“Tapi Pa … Teman-teman Mila sesama Guru, bahkan para tetangga, akan mengira Mila hamil sebelum menikah?” lirih Mila. 

“Mereka akan diam dengan sendirinya, ketika tuduhan itu tidak terwujud,”

Mila menunduk pasrah. “Tidak bisakah Mila memikirkannya dulu.”

“Bukan memikirkan, tapi kalian bisa berkenalan dulu, masih ada waktu satu minggu sebelum ijab qabul.” 

Jika bisa Mila ingin berteriak sekencang-kencangnya, sudah tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan, karena waktu satu minggu terlalu instan untuk sebuah perkenalan panjang seumur hidup. 

.

,

Daniel menatap ke sekelilingnya, dari penjelasan Jupri, Daniel tahu ia tengah berada di sebuah kota kecil di sebuah kabupaten, dan kendala utama di desa ini adalah sinyal yang timbul tenggelam. 

Daniel duduk di atap kamar, yang kini sedang Jupri bersihkan, Daniel tinggal di kamar tersebut, kamar Mas Fikri kakak sulungnya Jupri, kamar tersebut berada di lantai atas, Daniel setuju menempati kamar itu karena kata Jupri setiap malam ia akan memanjat atap agar bisa nge game  secara Online dengan sinyal yang bagus. 

Dan atas permintaan Mak Susi, Jupri sengaja tak memberitahukan, bahwa setiap malam Bu Mila juga nongkrong di dekat jemuran, demi begadang Drama Korea favorit nya, kata Mak Susi, biar bisa pedekate gitu.

Parasut yang pagi tadi membawanya mendarat di rumah Pak Dika, sudah terlipat rapi, sementara beberapa orang pekerja tengah membenahi atap serta mengganti genteng dan atap jemuran yang rusak karena pendaratan Daniel. Pak Dika memang sama sekali tak meminta ganti Rugi materi, melainkan meminta Daniel menikahi putri tunggalnya. 

“Gimana Bang … udah dapet sinyalnya?” teriak Jupri dari bawah atap. 

Daniel tersadar dari lamunannya, ia buru buru mengeluarkan ponsel dan menyalakan dayanya.

Setelah 2 menit menunggu, rentetan notifikasi membanjiri ponselnya, serta puluhan panggilan tak terjawab, tentu yang pertama Daniel lakukan adalah membuka pesan dari asistennya. Tara begitu mencemaskan keadaan Daniel, ia juga mengabarkan bahwa rapat ditunda, karena Daddy Andre meminta nya fokus mencari keberadaan Daniel.

Panggilan pertama yang Daniel terima adalah dari Tara. “Halo Bos … bagaimana keadaan anda sekarang?” Tanya Tara panik.

“Aku baik baik saja.”

“Jika baik-baik saja, kenapa anda susah dihubungi Bos? Saya khawatir sekali ketika melihat parasut anda terbang menjauh,  bahkan sinyal pelacak dari ponsel anda tidak terdeteksi.” Cecar Tara cemas, Bos mudanya ini memang suka bercanda, tapi kali ini candaan Daniel hampir membuat nyawanya pergi menghadap Tuhan. 

Siapa yang mau punya pekerjaan bergengsi, tapi usianya pendek, sudah susah payah belajar, namun akhirnya tak bisa menikmati hasil kerja kerasnya. Begitu pikir Tara, 

Daniel pun mulai menjelaskan apa yang terjadi pada dirinya, dan Malam ini ia ingin Tara mengirimkan semua yang ia butuhkan, serta apa saja yang harus tara lakukan sementara Daniel tak bisa keluar jauh dari Kota kecil tersebut.

Melihat Daniel telah berhasil melakukan panggilan Jupri tak hendak lagi bertanya, ia kembali melanjutkan tugasnya membersihkan ruangan tersebut. 

Hampir satu jam kemudian, barulah Daniel selesai dengan urusannya. Semilir angin senja kembali membawa tatapan Pria muda itu ke arah para pekerja yang tengah sibuk memperbaiki atap, tak bisa lagi berkata kata untuk mengungkapkan kata katanya.

Jupri yang sudah menyelesaikan tugasnya, ikut bergabung bersama Daniel di atas atap. "Sudah selesai teleponnya Bang?" 

Daniel tersenyum, "makasih ya … " 

"Sama-sama Bang," Jawab Jupri yang tak mampu menghilangkan tatapan kagumnya manakala menatap sosok Daniel. “Abang … kerjanya apa?” tanya Jupri. 

“Kenapa pengen tahu?”

“Ya pengen tahu aja Bang, dilihat dari wajah dan barang-barang Abang, tak mungkin kalo Abang hanya seorang pegawai negeri biasa.” 

Daniel tersenyum, mudah sekali Jupri menyimpulkan siapa dirinya, “terutama Handphone Abang, paporit Jupri tuh.” 

Daniel kembali terkekeh, “Suatu saat kalau kamu sukses, barang seperti ini, mudah kamu dapatkan.”

“Jadi Abang memang orang sukses?”

“Bukan benar-benar sukses sih, hanya kebetulan saja, aku lahir dengan keberuntungan.” jawaban Daniel makin membuat Jupri penasaran, karena Daniel tak sungguh-sungguh menjabarkan siapa dirinya sebenarnya. 

“Eh … Aku mau tanya.” 

“Jupri jawab kalau tahu.”

“Mila ngajar di mana?”

“Di sekolah Jupri lah, Wali kelas jupri malahan.”

“Mila seperti apa? apa sehari-hari dia galak?”

Jupri menoleh menatap pria yang katanya akan jadi calon suami Mila, “Abang beneran calon suaminya kan? kenapa tanya Jupri?” 

“I … Iy … Iya, mungkin” Jawab Daniel, namun ia lanjutkan dalam hati. 

“Kalau benar calon suaminya, kenapa tanya-tanya Jupri?”

“Emang salah kalau aku tanya?” Tanya Daniel datar, merasa ia tidak bersalah.

“Ya salah Bang, gimana bisa Abang memutuskan menikah, kalo Abang gak kenal sama calon bini … dulu waktu pacaran, Abang ngapain aja ??!!!” Seru Jupri Gemas. 

Susah payah Daniel menelan ludah, bagaimana bisa dia menjawab, jangankan pacaran dengan Mila, seumur-umur ia tidak pernah pacaran ataupun dekat dengan seorang gadis. Hanya ada 2 orang gadis yang yang dekat dengannya, adik kandung dan adik iparnya, karena hatinya hanya terpaut pada Naya.

“Pacaran?? Aku gak pernah pacaran, kenal sama yang namanya Mila juga baru hari ini.” 

GLODAAAKK … Ingin rasanya Jupri melompat bebas dari atap, ini hal paling konyol yang pernah ia dengar. Pria tampan yang pembawaannya terlihat mentereng ini ternyata sangat polos, bahkan kalah sama Jeki, kucing jantan piaraan Mak Susi yang sukses menghamili banyak kucing betina di sekitar rumahnya. 

Terpopuler

Comments

Sabaku No Gaara

Sabaku No Gaara

bayikk loh ngakak aja dr tdi ...pdhl gk ada yg lucu ...

2025-01-16

1

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

Pasti kaget kl tahu keluarga besarnya nih 🤭

2024-08-08

1

Sh

Sh

dulu aku mandi pas lagi di vila puncak... bangun tidur langsung masuk kamar mandi, terus mandi.. eh pintu dibuka... aku ternyata lupa kunci pintu... yang buka sepupu... untung ga dinikahin/Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2024-01-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!