5. Revisi

#5 (revisi) 

Daniel dalam dilema besar. Maju salah mundur pun salah, jika maju ia terpaksa menikahi gadis yang baru ditemuinya hati ini, jika mundur, wassalam, dia pasti di cap sebagai pengecut yang lari dari tanggung jawab, dan itu sama sekali bukan sifatnya. 

Tempatnya mendarat darurat pagi tadi adalah sebuah kota kabupaten kecil, perlu waktu hingga 5 sampai  jam menggunakan mobil atau motor untuk sampai ke ibukota provinsi Jawa Timur. 

Karena Daniel masih minta waktu berpikir, bahkan bila mungkin ia ingin sedikit berkenalan dulu dengan gadis bernama Mila tersebut, Pak Dika setuju, bahkan pria paruh baya itu meminta Daniel menyerahkan KTP nya sebagai bukti keseriusan. Daniel tak bisa menolak, karena ia pun tak mungkin mengelak dari tanggung jawab sebagai seorang pria sejati. 

Setelah KTP berpindah tangan, Daniel di persilahkan tinggal di rumah Mak Susi dan Pak Junaedi demi menghindari fitnah. Karena kebetulan Pak Junaedi adalah Pak RT di lingkungan tersebut, sementara Mak Susi adalah Kakak kandung Mama Miran. 

Kota kecil ini bukan hanya jauh dari kota, tapi juga jauh dari sinyal ponsel, mungkin jika terlalu lama tinggal di kota kecil ini, ponsel mahal Daniel hanya akan berubah menjadi barang rongsokan. 

Hampir satu jam Daniel mencoba menghubungi Tara asistennya, namun puluhan kali mencoba, usahanya masih saja sia-sia, ingin marah tapi tak bisa ia luapkan begitu saja, mengingat ini bukan rumahnya sendiri. Lelah mencoba Daniel pun Menghempaskan tubuhnya ke ranjang kecil di kamar tersebut. Tak butuh waktu lama Daniel pun tertidur, padahal ia tak tahu kamar siapa yang tengah ia tempati, namun karena kebiasaan tidurnya sudah mendarah daging, jadi Daniel pun terlelap begitu saja. 

Saking lelapnya, bahkan ketukan di pintu kamar pun tak lagi terdengar. 

Karena tak mendapat sahutan, Mak Susi pun kembali turun, tak berani lancang membuka pintu sembarangan. 

“Eh copot … “ Mak Susi gelagapan karena ketika berbalik, Jupri si pemilik kamar sudah berdiri di belakangnya, bahkan memasang wajah heran.

“Ngapain mak? kayak lihat hantu aja?” tanya Jupri, heran dengan tingkah Emaknya yang kadang agak ajaib.

“Kamu ngagetin Emak … ”

“Ya maap.” Jawab Jupri. 

“Tolong bangunin Daniel?” Pinta Mak Susi. 

“Daniel? Siapa Daniel? Emang ada orang di kamar Jupri?” Jupri bertanya keheranan. 

“Gimana nyeritain nya ya? Emak juga bingung.” Jawab Mak Susi. 

Karena tadi adik iparnya tiba-tiba datang dan meminta bantuan untuk jadi saksi perjanjian, bahwa pemuda bernama Daniel itu akan menikahi Mila dalam tempo 1 minggu ke depan. 

“Kalo Emak aja bingung, gimana Jupri.”

“Ah … tau ah… Emak juga bingung,” Mak Susi akhirnya menyerah pada kebingungannya sendiri, “eh iya, tadi di sekolah, ada yang aneh gak dengan tingkah Mila?”

Jupri diam, ia mencoba mengingat kala Mila menyampaikan materi di kelas, “iya sih Mak, agak aneh, gak se galak hari biasa nya.”

“Trus … trus…?”

“Pokoknya banyak ngelamun lah, emang kenapa?”

Mak Susi manggut-manggut. “Daniel itu, calon suami Mila.”

“Apa Mak? Jupri gak salah denger kan?!” Tanya Jupri terkejut, karena Bu Mila yang kalem, bahkan sering menolak lamaran para pemuda yang menyukainya, tiba-tiba punya calon suami.

“Maksud Emak, tuh orang pacarnya Bu Mila?”

“Bukan…” Sergah Mak Susi. 

“Kalo Bukan, kenapa bisa jadi calon suami?” 

“Nah itu, bapak kamu gak mau cerita, Emak juga penasaran, macam nonton sinetron tapi gak ada lanjutan ceritanya.” Mak Susi meng analogikan apa yang tengah ia alami. 

“Ah tak tahu lah, pokok nya Emak minta tolong bangunin Daniel, trus ajak dia makan siang, kasihan sejak pagi belum makan.” 

Mak Susi pun berlalu pergi, ia turun kembali ke bawah. 

Jupri pun pasrah, ia memasuki kamar yang kini kedatangan penghuni baru. 

Benar saja ranjang sempitnya kini dihuni sosok Pria muda, paras tampan, tubuh atletis sempurna, kulitnya putih bersih, lengkap dengan rambutnya yang kecoklatan. benar benar fisik idaman Jupri. 

“Mas… eh kak… aduh kudu manggil apa aku?” Monolog Jupri. 

Tak biasanya, Daniel membuka mata dengan mudah ketika terlelap, entahlah, mungkin karena kini ia berada ditempat asing, karena itulah sikap waspadanya kini lebih dominan. 

“Eh… Siapa kamu?” Tanya Daniel ketika membuka mata melihat Jupri tengah berdiri kebingungan menatap dirinya. 

“Kenalkan… Jupri… yang punya kamar ini.” Jupri mengulurkan tangannya, tak lupa dengan senyum cerah pep*sodent.

Daniel mendudukkan tubuhnya, ia kembali mengacak rambutnya yang memang sudah berantakan sejak ia divonis harus bertanggung jawab menikahi anak gadis orang.

“Daniel.” jawab Daniel balas mengulurkan tangannya. 

“Iya… udah tahu dari emak.” 

“Kalo gitu kenapa ngajak kenalan?”

“Formalitas, sopan santun pada yang lebih tua.”

Daniel yang memang bermaksud mencari bantuan pun mengabaikan formalitas sopan santun ala Jupri. 

“Apa di tempat ini memang susah mendapatkan sinyal ponsel?” Tanya Daniel tanpa basa basi. “Aku butuh segera menghubungi seseorang.”

“Bisa sih mas… eh kak… eh…” Jupri menggaruk rambutnya kikuk, ia bingung hendak memanggil Daniel dengan sebutan apa. 

“Abang… biasanya begitulah panggilan adik-adikku.” 

Jawaban Daniel menghilangkan kebingungan Jupri. 

“Bisa sih Bang, tapi harus memanjat atap.”

Jawaban Jupri membuat Daniel menelan ludahnya, hanya demi sinyal ponsel dirinya harus memanjat atap, padahal zaman serba elektrik, tapi ditempat ini, Daniel serasa hidup di zaman batu. 

“Nggak salah?”

“Beneran Bang, sinyal bagus tuh ada di dekat sekolah dan kantor kecamatan, sisanya… mengalami hal yang sama.” Jawab Jupri mencoba meyakinkan Daniel. 

Daniel pun akhirnya pasrah, melempar ponselnya ke kasur, ia kembali mengusap kasar wajahnya. 

Jupri terbelalak menatap ponsel Daniel, pria di hadapannya ini seakan menunjukkan betapa sempurna dan sultannya dia, karena perangkat gadgetnya saja berlambang apel kroak seri terbaru, ponsel idaman Jupri. sementara Hape Jupri adalah ponsel KW made in negara Annu, tampilannya pun sudah mengenaskan dengan karet dan selotip agar tak ambyar ketika jatuh.

“Ayo Bang, turun dulu, kita makan, Emak bilang Abang belum makan sejak pagi.” 

Daniel mengangguk, ia meninggalkan ponselnya begitu saja. Percuma juga dibawa, tak akan ada notifikasi atau panggilan masuk. 

Sesampainya di bawah, hidangan sederhana sudah ada di meja, bagi Daniel tak masalah, dia cukup mudah mencerna makanan, walaupun dimasak oleh orang asing. 

“Ayo makan dulu, maaf … kalau ada yang kurang, soalnya Emak masak seadanya di dapur.”

“Gak papa Mak, ini saja sudah cukup.” Jawab Daniel. 

Mendengar jawaban Daniel, Mak Susi bernafas lega. 

“Bapak mana Mak?” 

“Bapakmu kan lagi ke kantor Kecamatan, ngurus berkas untuk pernikahan.” 

“Memang kapan rencana pernikahannya, Bang?” 

Daniel menggeleng, kalau bisa sih jangan butu buru, harapnya dalam hati. 

“Minggu depan.” Seloroh Mak Susi. 

“Cepet amat Mak?” 

“Niat baik harus disegerakan, bener kan nak Daniel?” 

Daniel hanya tersenyum pasrah tanpa berani membantah.

Terpopuler

Comments

nobita

nobita

ya ampun uapik banget nih alur ceritanya... kanapa baru aku temukan karyamu ini thor...

2024-11-30

1

Sabaku No Gaara

Sabaku No Gaara

apakah mila amnesia?
apakah dokter kevin di balik menghilangx naya aka mila

2025-01-16

0

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

🤭😝

2024-08-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!