12. Revisi

#12. (Revisi) 

Rupanya waktu satu minggu yang Daniel minta untuk berpikir tak seperti yang ia bayangkan, karena hari ini, pagi-pagi sekali ia sudah dipanggil ke rumah Papa Dika, padahal semalam ia begadang sampai jam 3 karena terlalu asyik ngobrol dengan Ryu yang nun jauh di Eropa, mendengarkan celotehan, dan jangan lupa Ryu selalu mengingatkan apa yang ia inginkan ketika tiba di Jakarta nanti, yakni action figure favorit nya, the Iron Man. 

Dan Daniel hanya bisa pasrah ketika Papa Dika memintanya menandatangani dokumen untuk mendaftarkan pernikahannya dengan Mila. Yang lebih mengejutkan lagi, tanggal pernikahan mereka bahkan tinggal 4 hari lagi. Padahal Daniel sudah menyusun rencana, jika seandainya setuju ia akan mengabari orang tuanya terlebih dahulu setelah memantapkan pilihan. Tentu akan menyiapkan mas kawin serta seserahan yang layak untuk si Ibu Guru yang galak dan ngeyelnya nyaris menyerupai Naya tersebut. 

Tapi tak mengapa, yang penting sah dulu, baru kemudian ia membawa Mila tinggal di Jakarta, setelah ia menyelesaikan tugasnya di Surabaya.

“Sudah semua, Pakdhe akan bawa dokumen ini ke KUA.” Pamit Pakde Junaedi. 

Daniel hanya mengangguk pasrah di bawah tatapan Papa Dika, “Maaf, jika kami terkesan buru-buru mensahkan hubungan kalian.” 

“Tidak apa Om, kemarin ketika menemani Mila mengunjungi rumah Tia, saya jadi sedikit mengenal watak Mila, semoga keyakinan saya tak salah.” Ungkap Daniel apa adanya.

Papa Dika dan Mama Miran saling pandang, jawaban yang Daniel lontarkan begitu polos, tapi juga membuat sepasang suami istri itu yakin, bahwa keputusan mereka tidaklah salah. 

“Ada satu hal lagi yang harus kami katakan,”

“Silahkan Om, informasi apapun akan saya dengarkan, agar kedepan saya bisa memahami Mila dengan baik.”

“Sebenarnya … “

“Ma … Mila berangkat dulu ya?” Suara Mila membuat kalimat Papa Dika terputus begitu saja.

“Oh Iya … hati-hati di jalan.” pesan Mama Miran ketika Mila mencium tangannya.

“Om … Tante … saya minta izin juga mengantar Mila.” pamit Daniel, mengingat kejadian Mila hampir diganggu para pemuda iseng, membuat Daniel reflek mengungkapkan keinginannya.

“Aku bisa pergi sendiri, tak perlu repot-repot.” Jawab Mila ketus.

“Bagaimana jika kejadian kemarin terulang?” 

“Yang Daniel katakan benar nak … Papa dan Mama juga jadi khawatir ketika Jupri menceritakan kejadian kemarin pada kami.” Papa Dika ikut bersuara, membuat Mila tak punya pilihan, mengingat betapa posesif dan khawatirnya Papa Dika dan Mama Miran terhadap dirinya.

Merasa tak punya pilihan, Mila pun mengangguk pasrah.

“Apa kamu pengangguran?” tanya Mila ketus ketika Daniel mengambil alih kunci motor.

“Enak saja, apa pria tampan sepertiku terlihat seperti pengangguran tak berguna?” elak Daniel tak terima, bahkan kaos dan kemeja yang ia kenakan saat ini adalah brand asli dengan harga fantastis. “Jangan khawatir, aku sudah menyelesaikan pekerjaanku semalam.” 

“Diatas atap?” tanya Mila memastikan bahwa yang ia lihat semalam tidaklah salah.

Daniel terbelalak, rupanya semalam Mila melihatnya memanjat atap. Mendadak wajah nya memerah, ‘aaarrggghhh lagi-lagi kolor gue ternoda !!!’ jerit Daniel dalam hati.

“Ada masalah?” 

“Gak papa sih, tapi lucu aja liat orang malem-malem manjat atap, cuma pake kolor, ngejreng pula warnanya.” Jawab Mila, sebenarnya ia pun Malu membahas hal ini, tapi biarlah Mila memang ingin membalas perkataan pedas Daniel tempo hari ketika melihat sebagian tubuh polosnya.

Daniel memejamkan matanya, kemudian kembali berbalik, “Kenapa? bukankah sebentar lagi kamu juga akan melihat isinya? Atau jangan jangan kamu malah membayangkan yang tidak tidak?” bisik Daniel, ia bahkan membuang rasa malunya membahas hal intim sebelum waktunya, sesungguhnya ia mati-matian menahan malu. 

Wajah Mila merah padam bagai tomat masak, ia lupa jika pasangan suami istri pasti akan melakukan hal itu, ‘bodoh! bodoh! bodoh kamu Mila! kenapa justru membahas hal itu, pasti Daniel kini berpikir bahwa otak mu memang mesum!’ Pekik Mila dalam hati. 

Jika tak ada Papa Dika dan Mama Miran yang masih mengawasi mereka di depan pintu, tentu Daniel akan mengatakan kalimatnya dengan lantang, tapi kedua Orang tua Mila itu masih mengawasi, jadi Daniel hanya mengangguk tanda berpamitan. 

Seperti hari sebelumnya, Mila yang jadi penunjuk arah kemana Daniel harus mengarahkan motor. Setelah 20 menit berlalu tanpa pembicaraan, mereka pun tiba di depan gerbang sekolah. 

Hal yang Daniel khawatirkan pun terjadi, gerombolan siswi yang sedang melintas tiba-tiba terdiam melihat kedatangan Ibu Guru mereka, bukan kedatangan Mila yang terasa spesial, melainkan si Abang Gojek yang wajahnya kelewat tampan, terlebih lagi wajahnya menyerupai Aktor beken yang sudah lama tak tampil di layar kaca, karena masih berada di London. 

“Hari ini aku pakai motormu.” Izin Daniel, namun Mila tak suka dengan narasi kalimatnya. 

“Mau kamu gadaikan?” Tanya Mila kesal. 

“Et dah gak percaya amad, KTP ku sudah dipegang orang tua kamu loh, apa masih kurang percaya sama calon suamimu?” Sindir Daniel dengan nada sedikit kesal. Rasanya seperti de javu, mengulang kejadian yang entah kapan. Berbicara dengan Mila, tak afdol rasanya jika tak saling sindir hingga ujungnya berdebat, padahal baru hari ke 3 ia berkenalan dengan Mila. 

“Iya … iya … iya … bawa aja, jam 2 harus sudah di depan gerbang ini lagi.” Jawab Mila malas, namun terpaksa mengiyakan agar Daniel segera menjauh. Bukan karena apa, tapi tak nyaman rasanya jika interaksi mereka diperhatikan murid-muridnya. 

Daniel mengacungkan kedua jempolnya, sebelum Mila berpaling pergi dan menggiring para murid-muridnya memasuki gerbang sekolah, dari kejauhan Daniel melihat Naya kerepotan sendiri menghadapi serentetan pertanyaan dari murid-muridnya yang kepo maksimal.

Tak ingin berlama-lama, Daniel pun bergerak meninggalkan sekolah. ia ada janji terkait dengan permintaannya kemarin. Tara bilang sudah mendapatkan apa yang ia inginkan, dan sekarang ia akan pergi untuk melihatnya.

Ketika bel sekolah berbunyi, Mila baru beranjak dari kursinya dj ruang Guru. Walaupun tak mengisi jam terakhir, tapi semua guru tetap diharuskan ada di sekolah sampai jam sekolah berakhir. 

Beberapa siswa menyapa sembari berpamitan, Mila pun balas memberikan pesan agar mereka berhati-hati selama perjalanan pulang. 

Didepan gerbang sekolah Mila celingukan mencari-cari dimanakah gerangan lelaki yang berkata akan menjemputnya, namun yang terlihat hanyalah lalu lalang siswa, serta sebuah mobil Dakar berwarna putih.

Terpopuler

Comments

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

wow jangan" mobil itu yg menjemputmu 😱

2024-08-09

0

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

🤣🤣🤣

2024-08-09

0

NNPAPALE🦈🦈🦈🦈

NNPAPALE🦈🦈🦈🦈

kok naya...

2024-02-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!