#7
Di sebuah rumah mewah daerah elite Ibu Kota.
Sudah lebih dari 3 minggu, Carissa terkurung di dalam rumah mewah tersebut, Pasca melarikan diri dari pesta pertunangannya sendiri.
24 jam setelah dirinya menghilang, anak buah Profesor Hardiman berhasil menemukannya, dan sejak hari itu Carissa terkurung di sangkar emas tersebut. Profesor Hardiman begitu marah terhadap Putri tunggalnya tersebut, bahkan menghukum Nick di ruang bawah tanah rumah mereka, karena berani membantu Carissa melarikan diri.
Gadis muda itu sudah terlampau muak dengan ulah sang Papa yang menurutnya terlalu rakus dengan Harta, bahkan dengan tega memanfaatkan Putri kandungnya demi memuluskan ambisinya.
Sejak Mama nya meninggal, kehidupan Carissa jauh dari kata bahagia, bahkan sudah seperti boneka yang dikendalikan oleh sang Papa. Sekolah, kuliah, bahkan kehidupan sosial bersama teman-temannya pun sangat terbatas.
Seringkali Carissa berandai-andai, bagaimana rasanya bisa tebang bebas seperti burung di angkasa, atau seperti teman-temannya yang bergaul sesama mereka tanpa perlu mencemaskan banyak aturan dan larangan. Bahkan tak sedikit diantara mereka yang hidup bahagia setelah menikah dengan kekasih masing-masing, walau setelah menikah kehidupan mereka sederhana saja, bahkan jauh dari kata MEWAH.
Andai bisa, sehari saja Carissa ingin bisa bebas, tanpa aturan, tanpa batasan, bahkan tanpa perlu mengingat bahwa dirinya adalah putri dari Profesor Hardiman yang tenar di kalangan sosial sebagai Pria yang baik dan ramah, tapi Carissa mual, karena semuanya hanya topeng belaka.
Tok
Tok
Tok
Suara ketukan di pintu membuyarkan lamunannya, seorang wanita paruh baya datang menghampirinya, dia adalah Bu Nana sang pengasuh, tapi bagi Carissa Bu Nana adalah pengganti Mama yang telah lama tiada.
“Nona … Tuan Besar menunggu anda.” Kata Bu Nana lembut, bahkan Bu Nana mengusap serta merapikan rambut Carissa yang berantakan karena hembusan angin.
Carissa berbalik menatap wanita yang sejak kecil menjadi tempatnya mengadu, dan mencari kasih sayang seorang Ibu. penolakan dan rasa malas terlihat di wajah cantiknya, namun tak berdaya menolak. “Baik Bu, aku akan segera turun.” Jawab Carissa lesu.
Bu Nana menatap dengan pandangan iba pada anak asuhnya tersebut, ingin menolong tapi dirinya pun tak berdaya, berniat mengundurkan diri pun tak bisa, dirinya pun sebenarnya telah tergadai, karena balas budi.
Salah seorang anak buah Profesor Hardiman mengangguk hormat ketika berpapasan dengan Carissa. “Ada apa, Papa?” tanya Carissa setibanya di ruang tengah, tempat Profesor Hardiman duduk menunggunya sambil membaca banyak laporan dari anak buahnya.
“Pergilah ke rumah Dokter Kevin.”
“Untuk apa aku ke sana?”
“Tunjukkan penyesalanmu.”
“Untuk apa? bukan hanya aku yang menghilang hari itu.”
“Bisakah kamu melakukannya tanpa perlu membantah?” Suara Profesor Hardiman naik satu oktaf.
“Kalau aku menolak?”
Profesor Hardiman menatap tajam pada Carissa.
Namun belum sempat ia memuntahkan amarahnya, Bu Nana datang dari arah berlawanan, kemudian memeluk pundak Carissa.
“Saya akan memastikan Nona Muda datang ke rumah Dokter Kevin.” Jawab Bu Nana, kemudian membawa Carissa berbalik menuju Kamarnya.
Tapi di tengah jalan, Carissa kembali ke hadapan Profesor Hardiman. “Baik, aku akan pergi, dengan syarat, Nick yang harus mengantarku.”
“Nick masih menjalani hukuman.”
Jawaban itu meluncur pelan, santai tanpa beban dari mulut Profesor Hardiman.
“Apa, Hukuman lagi? Sampai kapan Papa menghukum Nick?” Tanya Carissa, sementara kedua mata indahnya mulai berkaca-kaca. “Bukankah aku sudah menjelaskan pada Papa, bahwa Nick tidak bersalah?”
“Cukup Carissa!!! Haruskah kita berdebat hanya gara-gara pengawal rendahan itu?!” Suara Profesor Hardiman kembali melengking.
Carissa menggeleng lemah, “bagaimana dengan Papa, haruskah sekejam itu pada temanku? aku tak pernah menganggap Nick sebagai pengawal rendahan, sebaliknya dia adalah satu-satunya temanku."
Profesor Hardiman menyipitkan pandangannya, pria yang sudah menjelang usia 60 tahun itu berdiri kemudian menghampiri Carissa, “Papa harap itu benar, karena Papa benar-benar akan menyingkirkan Nick, jika sampai kamu mencintainya.” bisik Profesor Hardiman.
.
.
Dengan sangat terpaksa, Carissa pergi berkunjung ke kediaman Kevin dengan diantar Dendi, salah satu orang kepercayaan Profesor Hardiman, sekaligus rekan kerja Nick.
“Apa Nick baik baik saja?” tanya Carissa dengan suara lirih.
“Iya Nona, sekarang luka-lukanya sudah membaik, proses penyembuhannya lebih lama, karena Tuan melarang kami membawanya ke rumah sakit.” Jawab Dendi, membuat air mata Carissa meleleh begitu saja.
“Tolong terus kabari aku.”
“Baik Nona.”
Beberapa saat kemudian, mereka pun tiba di kediaman Geraldy bersaudara.
Wajah ayu keibuan, tersenyum lembut menyambut kedatangan Carissa. “Apa kabar sayang?” Sapa Mama Disya, disertai pelukan ringan.
“Saya baik-baik saja, Bi.”
Carissa memaksakan senyum di wajahnya, “apakah kedatangan saya mengganggu Bibi?”
Mama Disya menggeleng, “Tidak sayang … mana mungkin kehadiranmu mengganggu.“
Selalu seperti ini jika Carissa bertemu dengan calon Ibu Mertuanya, entah jadi atau tidak, tapi Carissa berharap itu tak akan pernah terjadi, Mama Disya selalu lemah lembut dan penuh perhatian, sungguh sosok keibuan yang sangat Carissa rindukan.
“Saya … ingin minta maaf untuk hari itu.” ujar Carissa, sementara kedua tangannya saling mere*mas karena gugup.
Mama Disya menggenggam kedua tangan Carissa, “Bukan salahmu, kenapa kamu harus minta maaf, Daniel pun tak datang hari itu. Jadi Bibi pun ingin meminta maaf padamu.”
Carissa ingin menangis rasanya, kenapa Orang Tua anak-anak lain bisa begitu pengertian, sementara Orang Tuanya sendiri bahkan tak pernah mencoba bertanya apa yang diinginkan anaknya.
.
hmmm ... Carissa punya misteri apa nih? yakin deh sudah pada bisa menebak 🤓
.
Dengan berbekal GPS, Tara akhirnya menemukan titik koordinat dimana Daniel menunggunya.
Tempat Daniel menunggu, berjarak 40 menit dari desa yang menjadi tempat Daniel singgah sebelum hari pernikahannya. Ketika menghubungi Tara hari sebelumnya, Daniel sudah memberi rincian barang barang apa saja yang ia inginkan.
Sambil menunggu Daniel menyelesaikan urusannya, Jupri bengong di dekat mobil mewah yang mengantar Tara menemui Daniel. Layaknya pemuda desa yang tak pernah menyentuh mobil Mewah, Jupri mengelus, menelusuri setiap lekuk body mobil tersebut dengan pandangan kagum, sambil menghayal suatu hari nanti ia akan mengantar Mak Siti ke pasar malam dengan mengendarai mobil mewah.
Beberapa saat berlalu, Daniel pun menyelesaikan segala urusannya bersama Tara, termasuk meminta Tara merahasiakan keberadaannya. Biar bagaimanapun berita pernikahannya sangat mendadak, biarlah nanti dirinya sendiri yang akan menyampaikan kabar ini pada keluarga besarnya, meskipun ia tak yakin sang Opa dan para anak buahnya tak bisa mengendus keberadaan dirinya.
“Baik Bos, saya permisi dulu.” Pamit Tara, “secepatnya akan saya siapkan permintaan anda.”
“Aku mau sebelum minggu depan semua siap.” Daniel menegaskan, namun suaranya tetap pelan penuh wibawa.
Tara pun pamit, berlalu pergi meninggalkan ransel berisi semua yang Daniel butuhkan.
“Bang, itu siapa?”
“Oh itu, teman kerja di Surabaya,”
“Kayaknya dia orang penting, mobilnya aja mentereng, Abang kerja di mana sih?” Tanya Jupri semakin penasaran, karena jawaban Daniel yang masih menyisakan banyak pertanyaan.
“Aku cuma bawahan, dia itu asisten Bos tempatku bekerja, tadi aku minta dia mengurus surat izin, sekaligus ambilin barang-barang di kontrakan.” Jawab Daniel semakin santai tanpa beban hidup. (ya iya laaahhh dia cucunya Bos besar, Putra mahkota, calon pewaris tahta 🤧🤧🤧)
Jupri pun pasrah mendengar jawaban Daniel, walau masih penasaran, namun sebisa mungkin ia tahan, ‘sabar Jupri masih banyak waktu mengorek informasi’, monolog Jupri.
“Nih … bawain ranselku, sekarang aku yang bawa motor.” Daniel mengambil alih kunci motor dari tangan Jupri, pemuda itu hanya manut manggut-manggut.
Matic butut Jupri melaju perlahan, karena tidak bisa melaju diatas kecepatan 60 km/jam, motor tersebut sengaja dibeli Mak Siti agar Jupri gak ugal-ugalan di jalanan. Lagi pula Matic tersebut irit bahan bakar, Jadi Mak Siti tak perlu repot memberi uang saku lebih untuk Jupri.
“Bang, nanti di kios depan berhenti ya !!” Pinta Jupri dengan sara sedikit keras.
“Beli bensin, tadi pas berangkat lupa.”
Tak banyak bertanya lagi, Daniel hanya mengiyakan permintaan Jupri, daripada mogok dijalan, bisa lebih runyam urusan.
Di Sebuah kios, Daniel menghentikan motor Jupri, Daniel memberikan selembar uang berwarna merah pada Jupri, “Isi penuh, biar beberapa hari ke depan gak perlu isi bahan bakar.” Ucap Daniel, ketika Jupri melihat Daniel dengan entengnya menyerahkan selembar uang merah tersebut.
“Kenapa, apa kurang?” Tanya Daniel, ketikan Jupri tak juga menerima uang tersebut.
“Cukup kok Bang, tapi alangkah baiknya kalau abang kasih lebih.” seringai lebar menghiasi wajah Jupri.
Daniel hanya tersenyum melihat ekspresi Jupri, “Nih … buat kamu jajan.” Kali ini Daniel menambahkan dua lembar uang berwarna merah, sebagai upah karena hari ini Jupri sudah menjadi pemandu perjalanannya.
“Thank you Bang … kalo gini kan jadi semangat nganter Abang kemana-mana.”
Wajah bahagia Jupri mengingatkannya pada Leon yang selalu tersenyum bahagia jika Daniel menghadiahkan action figure favoritnya. Ngomong-ngomong soal Action Figure, ia jadi teringat janjinya pada Ryuga yang sebentar lagi akan pulang ke Indonesia.
“Bang … bukannya itu Bu Mila?” Pandangan Daniel reflek menoleh, ke arah yang ditunjuk Jupri, benar sekali Mila sedang berhenti di sebuah bengkel tambal ban, sepertinya ada masalah dengan motor nya.
Yang membuat Daniel tak suka adalah, di sana ada beberapa pemuda yang sepertinya menatap Mila dengan senyum aneh di wajah mereka.
“Ayo kita kesana, siapa tahu Mila butuh bantuan.”
Tanpa menunggu persetujuan Jupri, Daniel kembali menyalakan motor, dan menghampiri bengkel tambal ban, tempat Mila berada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Nona Aan Chayank
Daniel pasti kena Sport Jantung pada saat melafazkan ijab Qabul dn menyebutkan nama lengkap Naya dn nama Pa²nya.. 😁😁
2024-09-09
2
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
mantap nih 🤣
2024-08-08
1
Sh
apakah daniel jago berantem?? kayaknya kalau ikut stand up comedy, Danie6 bisa menang deh
2024-01-26
1